Saat mengikuti
resepsi peringatan 25 tahun seorang rekan imam, kami mendengar bagaimana kata : semua, seluruh, segala,
segenap digunakan berulang-ulang.
Seorang yang teman kelas yang agak usil melontarkan pertanyaan yang mungkin
tampaknya sepele. Dia bertanya perihal perbedaan antara pemakaian semua dan
seluruh, segala dan segenap. Pertanyaan yang tampak sepele seperti ini memaksa
kami menggunakan kolom rubrik bahasa ini untuk menjelaskan masalah tersebut.
Kami harus mengakui bahwa pertanyaan yang terkesan usil itu mengusung masalah
bahasa yang penting terutama terkait masalah diksi.
Jika kita
mencermati makna dasar, makna pokok keempat kata yang menjuduli ulasan ini,
maka kita simpulkan keempat kata tersebut
digunakan untuk menyatakan makna lebih dari satu atau jamak. Meskipun makna dasar keempat kata itu
sama, tetapi dalam penggunaannya pada tataran kalimat dan wacana memerlukan kecermatan dan rasa
berbahasa. Keempat kata itu memiliki karakteristik dan ciri yang unik ketika
dipersandingkan pada tataran kalimat dan wacana. Sebagai pedoman atau patokan,
kami menurunkan kekhasan setiap kata itu.
Pertama, kata ‘semua’ berkarakteristik dan dikenal
melalui perilakunya ketika disandingkan pada tataran kebahasaan lain. Kata
‘semua’ berciri antara lain(a) dapat berdiri sendiri (b) berlokasi baik di
depan maupun di belakang kata yang diterangkan (c) menyatakan pengertian
'jumlah' benda (abstrak atau konkret) yang banyak; dan (d) dapat bergabung
dengan kata benda yang mengandung arti 'keanekaragaman'.
Kedua kata ‘seluruh’
dikenal dengan ciri-ciri (a) tidak dapat berdiri sendiri (b) selalu mendahului
kata yang diterangkan (c) menyatakan pengertian 'keutuhan'; dan (d) tidak dapat bergabung dengan kata benda
yang mengandung arti 'keanekaragaman'.
Ketiga kata ‘Segala’
bercirikan (a) tidak dapat berdiri sendiri (b) mendahului kata yang diterangkan
(c) menyatakan pengertian 'keanekaragaman', dan (d) selalu bergabung dengan kata benda yang berarti
'keanekaragaman'.
Keempat
kata ‘Segenap’ dengan karakteristik (a) tidak dapat berdiri sendiri; (b) selalu mendahului kata yang diterangkan (c)
menyatakan pengertian semua secara lengkap/sempurna (tak ada yang terkecuali);
dan (d) tidak dapat bergabung dengan kata yang berarti 'keanekaragaman'.
Melihat
karakteristik setiap kata tersebut dapatlah disimpulkan bahwa kata-kata itu
tidak dapat digunakan secara bergantian mesekipun keempat kata itu tegolong
sinonim. Untuk itu, perhatikan dan bandingkanlah dengan beberapa contoh
penggunaan kata-kata itu dalam konteks kalimat.
Contoh:
(1)
Siswa
Seminari Kisol berjumlah 380 orang. (Semua *Seluruh *Segala, *Segenap)
mereka laki-laki.
(2)
Tamu
yang datang (semua,*seluruh,
*segala, *segeenap) perempuan
(3)
Flu
Burung sudah tersebar ke (seluruh, *semua, *segala, *segenap) Indonesia.
(4)
Pemerintah
mewujudkan kesatuan dalam (segala, semua *seluruh, *segenap aspek kehidupan.
(5)
(Segenap,
Semua, Seluruh,
*Segala) anggota keluarga hadir dalam
pesta itu.
Catatan:
(1) Kata semua, seluruh, dan segala dapat
dibubuhi akhiran -nya, sedangkan kata segenap tidak
dapat. Cth. (a) Mereka itu semuanya calon guru. (b) Rakyat Indonesia
seluruhnya bersatu padu.
(2) Kata semua dapat diikuti oleh kata itu,
sedangkan kata seluruh, segala, dan segenap tidak dapat. Cth: (a)
Semua itu menjadi sumber ancaman bagi persatuan dan kesatuan bangsa'.
(3) Kata segala dapat diikuti oleh kata sesuatu,
sedangkan kata semua, seluruh, dan segenap tidak dapat. Cth: (a) Segala
sesuatu itu ada waktunya (b) Semua siswa berkumpul di halaman
sekolah. (c) Segala alat pertanian mahal.
Untuk menyatakan jamak/kelompok
lazim pula dipakai kata para, kaum, dan umat.. Para :
cenderung bergabung dengan kata benda insan dan kata benda nama profesi. Kaum:cenderung
bergabung dengan kata benda idiologi/faham.Umat: cenderung bergabung
dengan kata benda yang berlatarbelakang agama.**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar