65. Terlibat,
Partisipasi, Peran Serta
Dalam kehidupan yang biasa, masyarakat pemakai bahasa
hampir pasti pernah mengucapkan, mendengar atau mebaca kata ‘terlibat’ dan kata
partisipasi. Bersamaan dengan itu pula masyarakat pemakai bahasa (pebahasa)
sering mempersandingkan keduakata itu dengan istilah ‘peran serta’,
‘keikutsertaan’, dan ‘partisipasi’. Ungkapan-ungkapan tersebut semakin sering
kita jumpai dalam percakapan dan dalam tulisan, terutama ketika isu jender
diwacanakan secara luas. Kita dapat membaca misalnya kalimat berikut yang kami
kutip dari surat kabar:
(a)
Kaum perempuan harus terlibat dan dilibatkan
dalam proses pesta demokrasi.
(b)
Partisipasi kaum perempuan dalam politik belum sepenuhnya
dijalankan.
(c)
Peran serta
masyarakat amat diperlukan dalam menjaga kawasan hutan.
(d)
Keikutsertaan
kaum perempuan dalam pemilu tahun 2004 semakin nyata.
Kalimat (a) s.d. (d) di atas, dalam konteks yang biasa,
memang mudah dipahami tetapi bagi
pemerhati masalah bahasa penggunaan kata: terlibat, partisipasi, peran serta,
dan keiikutsertaan pada kalimat itu memunculkan pertanyaan yang membutuhkan
penjelasan yang memadai. Pertanyaan muncul karena dalam kehidupan yang biasa
atau dalam aktivitas berbahasa yang biasa kata-kata tersebut sering dianggap
sinomim sehingga dapat saling menggantikan pemakaiannya.
Bagi pemerhati bahasa (mereka yang memiliki kepekaan
dalam berbahasa), pemakaian kata-kata tersebut memunculkan pertanyaaan ini:
manakah yang lebih tepat terlibat, partisipasi, peran serta, atau
keiikutsertaan?Untuk menjawab pertanyaan ini kita perlu merunut seluk beluk
proses pemakaian kata-kata tersebut dalam tindak berbahasa.
Kata
‘terlibat’ secara morfologis dibentuk dari leksem dasar libat dengan imbuhan
prefiks ter. Secara leksikal leksem libat berarti (1) membebat
(2) membelit (3) menyangkut, membawa-bawa ke dalam suatu perkara. Bentuk terlibat
diartikan sebagai (1) tersangkut, turut terbawa-bawa dalam suatu masalah
(2) terbelit, terbebat. Dari bentuk terlibat muncul bentuk keterlibatan artinya
keadaan terlibat. Bentuk libat dan terlibat berkategori verba (kata kerja)
sedangkan bentuk keterlibatan berkategori nonima (kata benda) abstrak mengingat
nosi (makna) imbuhan ke-/-an sebagai pembentuk kata benda abstrak.
Sebagai
bahasa yang sedang berkembang, bahasa Indonesia menerima kata bahasa asing
setelah mengalami proses penyesuaian (adaptasi) dengan mengikuti kaidah
penyerapan kata asing ke dalam bahasa Indonesia. Kata partisipasi merupakan
salah satu kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia. Bentuk partisipasi merupakan serapan dari
kata bahasa Inggris participation. Karena bentuk participation
berkategori nonima (kata benda), dalam bahasa Indonesia harus diartikan menjadi
kata berkategori nomina yaitu pengambilan bagian, keikutsertaan, peran serta, penggabungan
diri (menjadi peserta).
Setelah kata partisipasi digunakan secara luas selama
beberapa waktu lamanya dalam bahasa Indonesia, kata itu kemudian diterjemahkan
menjadi keikutsertaan (perihal ikut serta).
Kata keikutsertaan kemudian lebih sering dipakai. Setelah sekian lama kata keikutsertaan
digunakan dalam bahasa Indonesia, di antara penutur bahasa Indonesia merasa
kurang puas terhadap terjemahan tersebut.
Kata ikut dirasa kurang aktif dan nilai rasanya lebih rendah. Orang
mempertanyakan, mengapa hanya ikut? Mengapa tidak berperan? Kata ikut dirasa
berkonotasi negatif, lebih-lebih kalau dihubungkan dengan kata ikut-ikutan.
Untuk menghindarkan kesan pasif dan konotasi negatif itu, lalu dimunculkan kata
baru, yaitu peran serta. Jadi, berpartisipasi tidak hanya sekadar ikut, melainkan juga berperan,
meskipun peran itu hanya sertaan. Tentu muncul pertanyaan: Apakah partisipasi
itu selalu berujud pengambilan peran?
Partisipasi dapat berupa tanggapan positif, sikap mendukung, pengertian
dan penghargaan.
Dalam bahasa Indonesia perangkaian kata ikut serta
sering kita jumpai. Bentuk ikut serta
ini kemudian mengalami proses morfologis (afiksasi) dengan konfiks ke-/-an sehingga dijumpai bentuk keikutsertaan.
Pemakaian bentuk serta pada ‘peran
serta’ merupakan kependekan dari sertaan atau penyerta. Kata serta merupakan kata tugas yang
artinya sama dengan "dan".
Contohnya: bapak serta ibu, adik serta kakak, peran serta fungsi, makan
serta minum, dan sebagainya. Kata serta pada
peran serta kadang-kadang dikacaukan maknanya dengan kata serta sebagai
kata tugas.
Di samping keikutsertaan kita mengenal bentuk
mengikutsertakan, dan pengikutsertaan dari bentuk ikut serta. Keragaman bentuk beserta maknanya
masing-masing itu tidak kita jumpai bentuk berperan serta. Bentuk memeransertakan atau pemeransertaan
tidak pernah kita jumpai.
Ada dua alasan untuk memilih keikutsertaan daripada
peran serta. Pertama, kata serta pada
peran serta mudah dikelirukan dengan kata tugas serta yang artinya
"dan". Kedua, dalam
hubungannya dengan keikutsertaan kita mengenal bentuk-bentuk lain dengan
maknanya masing-masing, sedang dalam hubungannya dengan peran serta kita hanya
mengenal satu bentuk saja.
Setelah mengikuti uraian ini kita dapat menentukan
ketepatan penggunaan kata terlibat, partisipasi, peran serta, dan keikutsertaan
pada kalimat (a) s.d. (d) di atas. harus
benahi menjadi kalimat (e) s.d. (h) berikut ini:
(e)
Kaum perempuan harus diikutsertakan
dalam proses pesta demokrasi.
(f)
Partisipasi kaum perempuan dalam politik belum sepenuhnya
dijalankan.
(g)
Keikutsertaan
masyarakat amat diperlukan dalam menjaga kawasan hutan.
(h)
Keikutsertaan
kaum perempuan dalam pemilu tahun 2004 semakin nyata.**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar