67.
Meliwis di Pohon Melinjo
Harian
Umum Flores Pos Edisi Selasa, 30 Desember 2003 hlm.4 menurunkan
berita tentang persediaan bahan makanan di beberapa toko di Ruteng menjelang
Natal dan Tahun Baru. Salah satu berita berjudul: ‘Habis, Persediaan Buah
Melinjo di Toko-Toko’ menarik untuk disimak terutama dalam kaitannya dengan
masalah bahasa pada umumnya dan penulisan kata pada khususnya. Dalam berita itu
kita dapat menemukan dan membaca kalimat (a) s.d. (f) berikut ini:
(a) Salah satu hidangan populer saat Natal di
Ruteng adalah melinjo yang dibuat kerupuk.
(b) Dari pantauan Flores Pos di
sejumlah kerabat yang dikunjungi, melinjo telah menjadi menu favorit.
(c) Namun memasuki akhir Desember, Senin
(29/12) persediaan melinjo di toko-toko sudah habis.
(d) Sejumlah ibu rumah tangga mengungkapkan
kepada Flores Pos, kerupuk melinjo adalah hidangan yang meriah namun cukup
bergizi.
(e) Kami membeli melinjo biji, baru kemudian
digoreng di rumah dan dihidangkan untuk tamu.
(f) Istri pejabat golongan menengah ini mengaku,
dirinya membeli melinjo jauh-jauh hari sebelumnya agar tidak kelabakan
mendekati hari Natal dan tahun Baru.
Hal
apa sebenarnya yang menarik kalau kita membaca kalimat-kalimat dalam penggalan
berita di atas? Ada beberapa hal menarik yang perlu kami uraikan melalui kolom
Rubrik Bahasa ini. Bukannya maksud kami untuk mencari-cari kesalahan tetapi
semata-mata melihat dan menilai cara kita berbahasa yang kebetulan terwakilkan
dalam diri para pengasuh media kesayangan kita.
Kita tentu tetap sepakat untuk berkata ‘Kita perlu belajar dari
kesalahan’ termasuk kesalahan berbahasa sehingga dengan kesadaran seperti itu
kita semakin cermat dalam berbahasa.
Judul
berita yang kami kutip dalam ulasan ini serta keenam kalimat di atas, semuanya
memuat kata ‘melinjo’. Jika kita membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1989: 571) maka kita akan menemukan lema ‘melinjo’ tanpa penjelasan.
Makna lema ‘melinjo’ itu justru merujuk
pada lema ‘belinjo’ (KBBI, 1989:97) dengan penjelasan bahwa ‘belinjo’ (nama ilmiahnya Gnetum gnemon
dan termasuk suku Gnetaceae) adalah sejenis tumbuhan yang buahnya dapat
dijadikan bahan makan menyerupai kerupuk yang disebut emping. Rujukan lema
‘melinjo’ pada lema ‘belinjo’ mengisyaratkan bahwa bentuk yang baku dan
dianjurkan untuk digunakan adalah bentuk ‘belinjo’ dan bukan ‘melinjo’.
Mengapa
muncul bentuk ‘melinjo’? Kita patut dan dapat menduga bahwa bentuk ‘belinjo’
sebagai kata bahasa Indonesia menjadi ‘melinjo’ kemungkinan karena tumbuhan itu
banyak ditanam masyarakat Jawa dan oleh masyarakat Jawa kata itu diucapkan
menjadi ‘mlinjo’. Dalam perkembangannya, pemakai bahasa menggunakan
bentuk itu dengan menambahkan unsur
pelancar bunyi (anaptiksis dan epentesis) berupa fenem /e/. Berdasarkan bentuk mlinjo lalu dibentuklah kata ‘melinjo’ yang kemudian
digunakan tanpa disadari sebagai bentuk yang salah.
Sebagai
bahan pembanding kita dapat melihat penggunaan kata ‘meliwis’ yang merupakan
pengindonesiaan kata Jawa mliwis. Dalam bahasa Indonesia bentuk meliwis
itu merupakan bentuk yang salah. Bentuk yang benar adalah ‘belibis’. Kata
‘belibis’ (Dendrocygna javanica) mengacu pada makna berupa nama sejenis
burung liar yang menyerupai seekor itik.
Kalimat
(a) s.d. (f) di atas juga menarik karena ada hal yang salah dan harus dibenahi.
Pada kalimat (a) kita temukan kelompok kata ‘melinjo yang dibuat kerupuk”.
Apakah kerupuk dapat membuat melinjo? Kalimat itu akan menjadi logis dan baku
kalau ditambahkan kata ‘menjadi’ sehingga kalimatnya menjadi: Salah satu
hidangan populer saat Natal di Ruteng adalah belinjo yang dibuat menjadi kerupuk. Pada kalimat (b) kita temukan
kelompok kata yang mengganggu ‘di sejumlah’ yang seharusnya diganti
dengan kata ‘terhadap’ sehingga kalimatnya menjadi: Pantauan Flores Pos
‘terhadap’ kerabat yang dikunjungi, menunjukkan belinjo telah menjadi menu
favorit. Kalimat (c) memuat kelompok kata ‘sudah habis’. Kata ‘sudah’ terasa mubazir. Bentuk yang
benar adalah: Namun, memasuki akhir Desember, Senin (29/12) persediaan
melinjo di toko-toko habis.
Kalimat (d)
menggunakan kata ‘namun’ secara tidak tepat karena tidak ada bagian kalimat
sebelumnya yang dipertentangkan. Kata namun harus diganti dengan kata
‘dan’ Kalimatnya menjadi: Sejumlah
ibu rumah tangga mengungkapkan kepada Flores Pos, kerupuk belinjo adalah
hidangan yang meriah dan cukup bergizi. Kalimat (e) menggunakan bentuk
aktif dan pasif secara tidak konsisten
dan tambahan kelompok kata ‘baru kemudian’ terasa berlebihan. Kalimat
yang baik sebagai penggantinya adalah: Kami membeli belinjo biji, kemudian
menggorengnya di rumah lalu menghidangkannya untuk tamu. Kalimat (f) juga perlu
dibenahi karena penggunaan kata penghubung ‘agar’ kurang tepat dan harus
diganti dengan kata penghubung ‘sehingga’. Dengan demikian, kita temukan
kalimat yang baik ini: Istri pejabat golongan menengah ini mengaku, dirinya
membeli belinjo jauh-jauh hari sebelumnya sehingga tidak kelabakan saat
mendekati hari Natal dan tahun Baru.**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar