62. Preposisi ‘di’
dan ‘dalam’ Perancu
Dalam praktik berbahasa, baik berbahasa lisan maupun
berbahasa tulis sering kita mendengar ucapan atau membaca kalimat-kalimat yang tidak efektif.
Kalimat-kalimat tidak efektif, yang dipakai dalam tindak berbahasa itu terjadi
karena pelbagai alasan yang berkaitan erat dengan kepatuhan pemakai bahasa
(pebahasa) pada kaidah ketatabahasaan yang standar. Untuk menjelaskan masalah
seperti ini, perhatikanlah beberapa contoh tuturan dalam kalimat seperti (a)
s.d (e) berikut ini:
(a)
Pekan yang lalu di sekolah kami mengadakan
pertandingan olahraga.
(b)
Dalam lokakarya KBK itu membahas metode
pembelajaran bahasa Inggris.
(c)
Dalam buku kecil itu menguraikan sistem
penyerbukan silang.
(d)
Di pertemuan tingkat pleno membahas masalah
sistem perwakilan.
(e)
Dalam pelajaran matematika sangat membutuhkan peran orangtua
Semua
tuturan berbentuk kalimat dalam contoh di atas adalah kalimat yang rancu
sehingga pesan atau informasi yang
hendak disampaikan melalui tuturan itu menjadi tidak jelas bagi
pendengar(untuk wacana lisan) atau
pembaca (untuk wacana tulis). Pendek kata semuanya tergolong kalimat yang tidak
efektif. Keinformatifan ujaran pada contoh-contoh di atas menjadi tidak jelas. Bagaimana cara kita menjelaskan
peristiwa ketidakinformatifan kalimat-kalimat itu? Untuk itu, kita harus
melihat proses perancuan itu.
Contoh
tuturan (a) Pekan yang lalu di sekolah kami mengadakan pertandingan olahraga
adalah kalimat yang rancu karena dirancukan dari dua bentuk kalimat yang
berbeda yaitu kalimat (a1) Pekan yang lalu sekolah kami mengadakan pertandingan
olahraga, dan (a2) Pekan yang lalu di sekolah kami diadakan pertandingan
olahraga.
Kalimat
yang pertama berbentuk aktif, kalimat yang kedua berbentuk pasif. Kalimat:
Pekan yang lalu di sekolah kami mengadakan pertandingan olahraga merupakan
perancuan kalimat aktif (a1) dan pasif (a2).
Tuturan (b) Dalam lokakarya KBK itu membahas metode
pembelajaran bahasa Inggris merupakan bentuk rancu yang diturunkan dari dua
bentuk (b1) Lokakarya KBK itu membahas metode pembelajaran bahasa Inggris
dan (b2) Dalam lokarya KBK dibahas metode pembelajaran bahasa Inggris. Tuturan
(c): Dalam buku kecil itu menguraikan tentang sistem penyerbukan silang
diturunkan dari bentuk aktif (c1) Buku kecil itu menguraikan tentang sistem
penyerbukan silang dan bentuk pasif (c2) Dalam buku kecil itu diuraikan tentang
penyerbukan silang.
Tuturan
(d) Di pertemuan tingkat pleno membahas masalah sistem perwakilan diturunkan
dari bentuk aktif (d1) Pertemuan tingkat
pleno membahas masalah sistem perwakilan dan bentuk pasif (d2) Di pertemuan
tingkat pleno dibahas masalah sistem perwakilan. Tuturan (e) Dalam pelajaran
matematika sangat membutuhkan peran
orangtua diturunkan dari bentuk aktif
(e1) Pelajaran matematika sangat
membutuhkan peran orangtua dan bentuk pasif (e2) Dalam pelajaran
matematika sangat dibutuhkan peran
orangtua.
Setelah melihat uraian di atas tampak jelas bahwa
tuturan (a) s.d. tuturan (e) merupakan tuturan yang rancu yang terpola. Pola
dan bentuk perancuan pada tuturan-tuturan itu terjadi karena pencampuradukan
pemakaian bentuk aktif dan pasif pada unsur kalimat yang menempati fungsi
predikat.
Lebih
jauh kita dapat mengedepankan penyebab lain yang menjadikan tuturan-tuturan
tersebut menjadi rancu yaitu karena pada tuturan tersebut terjadi pelesapan
unsur yang menempati unsur subjek kalimat. Pada kalimat yang rancu tersebut
tidak terdapat subjek. Pembaca dapat bertanya berhadapan lima contoh di atas:
(a) siapakah yang mengadakan pertandingan? (b) Siapa yang membahas metode
pembelajaran? (c) Apa/siapa yang
menguraikan sistem (d) siapa yang membahas sistem perwakilan? (e) siapa yang
membutuhkan partisipasi?
Jawaban
yang tepat untuk pertanyaan seperti ini tentu saja bukan (a) sekolah kami (b)
bukan lokakarya KBK itu (c) bukan buku
kecil itu (d) bukan pertemuan tingkat pleno (e) bukan pelajaran matematika
karena unsur-unsur seperti ini menyalahi
kelaziman dan keberterimaan dalam berbahasa. Unsur-unsur tersebut dalam contoh
tuturan (a) s..d. (d) menduduki fungsi keterangan karena didahulu kata depan ‘di’
dan ‘dalam’. Pada contoh bentuk aktif (a1) s.d. (e1) terasa janggal
karena unsur yang menduduki fungsi subjek kalimat-kalimat itu tidak tampak atau
dilesapkan atau hadir secara implisit. Unsur yang muncul dan menduduki fungsi
subjek terisi oleh kata: sekolah, lokakarya, buku, pertemuan, dan pelajaran.
Penggunaan kelima kata ini memungkinkan subjek yang sebenarnya tersembunyi.
Jika subjek kalimat itu dinyatakan secara eksplisit maka subjek kalimat itu dapat disi dengan kata:
warga sekolah (siswa); Pemimpin (peserta); Penulis; Peserta; dan guru.
Kelima
contoh kalimat (a) s.d. (e) jika dilihat berdasarkan fungsi sintaksis maka menampilkan kalimat
berpola: Keterangan, Predikat, Objek (Ket, P, O). Pola-pola seperti ini tidak
lazim dalam kalimat bahasa Indonesia yang berterima. Jadi, Jika kelima contoh
itu mau dijadikan sebagai kalimat yang
berterima (gramatikal) maka unsur Subjek harus dinyatakan secara eksplisit sehingga kita dapatkan klimat-kalimat (1) s.d. (5) berikut ini:
(1) Pekan
yang lalu di sekolah kami warga (siswa) mengadakan pertandingan
olahraga.
(2) Dalam
lokakarya KBK itu pemimpin membahas metode pembelajaran bahasa Inggris.
(3) Dalam
buku kecil itu penulis menguraikan sistem penyerbukan silang.
(4) Di
pertemuan tingkat pleno peserta membahas masalah sistem perwakilan.
Dalam pelajaran
matematika guru sangat
membutuhkan peran orangtua **
Tidak ada komentar:
Posting Komentar