Ketika membahas masalah penggunaan kalimat
efektif, beberapa siswa mencoba menulis kalimat-kalimat yang beragam atau
bervariasi. Dari sekian banyak contoh kalimat yang dibuat dapat dilihat pada
kalimat (1a) s.d.(4b) berikut:
(1a) Egy menulis surat itu dan membawanya
ke kantor pos
(1b) Egy menulis dan membawa surat itu ke
kantor pos
(2a) Hendro menguntit orang itu dan
menodong
(2b) Hendro menguntit dan menodong orang
itu
(3a) Setelah bertele-tele dirapatkan,
pimpinan memutuskan persoalan korupsi itu
(3b) Setelah bertele-tele dirapatkan, persoalan
korupsi itu diputuskan oleh pimpinan.
(4a) Karena sangat sering melanggar
disiplin, atasan memberhentikan pegawai itu.
(4b) Karena sangat sering melanggar
disiplin, pegawai itu diberhentikan oleh atasan(nya).
Keempat
kalimat di atas semuanya dikategorikan sebagi kalimat yang baik tetapi tidak
semuanya benar. Manakah bentuk yang benar dari semua bentuk yang baik itu?
Untuk menentukan penulisan tuturan yang benar, pertama-tama harus dipahami
terlebih dahulu bahwa secara struktural, unsur pembangun klausa yang lengkap
paling kurang memuat fungsi subjek, predikat, objek, dan keterangan. Kedua unsur pembangun yang disebut terakhir
(objek dan keterangan) sifatnya tidak mutlak (non-obligatory). Unsur objek lazimnya muncul dalam klausa
jika verba yang menduduki fungsi predikatnya transitif dan tidak muncul apabila
verbanya tidak berciri transitif. Adapun
unsur keterangan akan muncul hanya apabila penutur ingin memberikan penekanan
khusus pada unsur pembangun konstruksi tersebut dalam bertutur. Penafsiran
makna tuturan secara struktural akan sangat ditentukan oleh keberadaan
unsur-unsur pembangun klausa tersebut secara keseluruhan.
Secara pragmatik atau sosiopragmatik,
kaidah yang berlaku secara struktural seperti yang disebutkan di atas sering
tidak sepenuhnya diterapkan. Dalam hal
ini, pengetahuan yang sama-sama dimiliki penutur dan mitra tuturlah yang akan
menentukan kebenaran penafsiran makna sebuah tuturan. Manakala penutur dan mitra tutur memiliki
perbedaan latar belakang pengetahuan tentang sesuatu hal, akan muncullah
kesenjangan pemaknaan sebuah tuturan antarkedua pihak itu.
Dengan perkataan lain, pemaknaan tuturan
secara struktural (diadic meaning) berbeda dengan secara pragmatik (triadic
meaning). Penilaian perihal
keberterimaan suatu tuturan secara struktural akan berbeda dengan penilaian
perihal keberterimaan secara pragmatik.
Berdasarkan pemahaman yang berbeda di atas, penilaian keberterimaan
tuturan (*1a) Egy menulis surat itu dan membawanya ke kantor
pos dan tuturan (1b) Egy menulis dan membawa surat itu ke kantor pos
pun menjadi berbeda. Secara pragmatik barangkali
perbedaan kedua tuturan itu cenderung tidak dipermasalahkan karena keduanya
berproposisi sama. Kedua tuturan itu
sama-sama dapat dipahami dan mengandung maksud yang tidak berbeda. Keduanya
merupakan tuturan yang baik.
Ditinjau dari perspektif kaidah struktural,
tuturan (*1a) Egy menulis surat itu dan membawanya ke kantor pos adalah
tuturan salah dan yang benar adalah (1b) Egy menulis dan membawa
surat itu ke kantor pos". Kedua
tuturan itu harus dilihat dalam kaitan yang erat dengan masalah penghilangan,
pelesapan atau pelepasan unsur objek dalam klausa. Ketika klausa-klausa dalam konstruksi kalimat
majemuk memiliki unsur pembangun sama, salah satu unsur bisa dilesapkan demi
penghematan susunan (prinsip kalimat efektif adalah hemat kata). Hal pokok yang perlu diperhatikan adalah bahwa
unsur yang menemati fungsi objek surat itu harus diletakkan di belakang
verba yang disebutkan terakhir, yakni verba membawa bukan yang disebutkan
pertama (verba menulis).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
tuturan kedualah yang lebih berterima secara struktural dibandingkan tuturan
pertama. Hal yang sama juga terjadi pada
contoh tuturan (2a) dan (2b). Tuturan (*2a) Hendro menguntit orang itu dan
menodong, secara struktural tidak benar karena letak unsur pengisi fungsi
objek orang itu seharusnya di belakang verba kedua, yakni menodong bukan
di belakang verba pertama. Jadi, tuturan bakunya adalah (2b) Hendro
menguntit dan menodong orang itu.
Kalau tuturan-tuturan di atas (1a, 1b, 2a,
2b) bersentuhan dengan masalah pelesapan objek klausa, tuturan (3a, 3b, 4a,
4b) berpautan dengan masalah pelesapan unsur subjek klausa. Dengan memperhatikan aturan pelesapan unsur
klausa seperti yang disampaikan di atas, tuturan yang benar secara struktural
berkonstruksi (3b) Setelah bertele-tele dirapatkan, persoalan korupsi
pegawai itu diputuskan oleh pimpinan, bukan tuturan (*3a) Setelah bertele-tele dirapatkan, pimpinan
memutuskan persoalan korupsi pegawai itu. Hal yang sama dapat dilihat pada
tuturan (*4a) Karena sangat sering melanggar disiplin, atasan memberhentikan
pegawai itu. Tuturan yang benar
mestinya adalah (4b) Karena sangat sering melanggar disiplin, pegawai itu
diberhentikan oleh atasan(nya).
Selain terjadi
pelesapan unsur subjek dan objek klausa sebagaimana telah disampaikan di atas, di dalam pemakaian
bahasa sehari-hari juga sering terdapat pelesapan unsur pengisi fungsi predikat
atau verba dalam klausa. Tuturan seperti
Sr.Elisio membeli daging, sayuran, rempah-rempah, dan kelapa, misalnya,
kalau dijabarkan satu demi satu akan menjadi empat tuturan yang subjek dan
predikatnya sama, yakni (a) Sr. Elisio membeli daging; (b) Sr. Elisio membeli
sayuran; (c) Sr. Elisio membeli rempah-rempah; dan (d) Sr. Elisio membeli
kelapa. Karena keempat tuturan itu
bersubjek dan berpredikat sama, unsur subjek dan predikat tersebut cukup digunakan
sekali saja demi efisiensi susunan klausa.
Dengan perkataan lain telah terjadi pelesapan subjek dan predikat atau verba.**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar