Masalah
pemakaian kata sambung atau kata penghubung yang dikenal dengan sebutan
konjungtor dalam bahasa Indonesia sering merepotkan baik para guru maupun
terlebih para siswa. Kesulitan para guru
dan siswa seperti itu diperkuat lagi karena baik guru maupun siswa sering
menjumpai penggunaan konjungtor dalam media massa kita yang tidak tepat dan berlawanan dengan kaidah kebahasaan yang
dipelajari.
Konjungtor
adalah kata atau gabungan kata yang berfungsi (kata tugas) menghubungkan
bagian-bagian ujaran yang mungkin berupa kata dengan kata, frase dengan frase,
klausa dengan klausa, maupun kalimat dengan kalimat. Ada dua macam konjungtor, yaitu konjungtor intrakalimat
dan konjungtor antarkalimat. Konjungtor intrakalimat
berfungsi menghubungkan kata dengan kata, frase dengan frase, atau klausa
dengan klausa yang berada di dalam satu kalimat. Konjungtor antarkalimat
adalah kata atau gabungan kata yang menghubungkan kalimat dengan kalimat atau
paragraf dengan paragraf berikutnya.
Bahasa
Indonesia mengenal pelbagai jenis kata penghubung (konjungtor) seperti agar,
supaya, akan tetapi, andaikata, apabila, asal, asalkan, atau, bahwa,
bahwasanya, baik... maupun, biar ...
asal, biarpun, bila, bilamana, dan, daripada, demi, entah
... entah, hingga, jika, jika ... maka, jikalau, kalau, kalaupun,
karena, kecuali, kemudian, kendati,
Kendatipun, ketika,lalu, maka,
manakala, melainkan, meskipun, kemudian,namun, oleh karena, padahal, sambil, sampai, seandainya, sebab, sebelum,
sedangkan, sehingga, sekalipun, sekiranya, serta, supaya, tatkala, tetapi,
walaupun.
Deretan
konjungtor di atas dalam pemakaiannya
memiliki pola tertentu. Artinya, ada aturan atau kaidah yang melekat pada
hakikat sebuah konjungtor. Konjungtor pada hakikatnya berfungsi menghubungkan
bagian-bagian dalam satuan linguistik
yang mendasari pemaknaan suatu konstruksi kebahasaan pada pelbagai
tatarannya. Rubrik bahasa edisi ini
tidak bermaksud mengulas semua jenis konjungtor yang dideretkan di atas. Masalah yang dibahas melalui rubrik edisi ini
berkaitan dengan pemakaian konjungtor ‘sedangkan’. Masalah ini dibahas
karena penggunaan konjungtor ‘sedangkan’
ini tergolong sangat tinggi frekuensi
kemunculannya dalam media kita.
Berikut
kami turunkan contoh pemakaian kata penghubung (konjungtor) ‘sedangkan’ yang
kami kutip dari Flores Pos : Jumat, (29/8/2003). Pada berita
berjudul “Perlu Strategi Jitu untuk Selamatkan Karang di Luar Kawasan
TNK” , kita temukan delapan kali kata ‘sedangkan’ digunakan. Perhatikanlah kutipan
(1) s. (8) berikut:
(1)
"Sedangkan
karang-karang laut yang ada di dalam kawasan TNK, kondisinya tidak terlalu
mengkuatirkan, karena adanya sistem pengamanan yang ketat
(2)
BTNK
adalah instansi lapangan Departemen Kehutanan (Dephut) RI, sedangkan
TNC merupakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) internasional yang bergerak di
bidang konservasi.
(3)
Sedangkan ulah oknum manusia tak bertanggung jawab
di antaranya dengan menggunakan bom dan potasium untuk memperoleh ikan.
(4)
Sedangkan di dalam kawasan TNK, lanjut Hirmen dan
Abu Bakar, sejak tahun 1996 sampai sekarang terus menerus ditekan dengan sistem
pengamanan.
(5)
Sedangkan soal kerusakan akibat ulah manusia tak
bertanggung jawab seperti menggunakan dengan bom, potasium, dan lain-lain
terus ditekan.
(6)
Sedangkan pengamatan yang dilakukan TNC setiap 2
tahun sekali yaitu 1996, 1998, 2000, 2002, 2004, dan seterusnya," ungkap
Hirmen.
(7)
Sedangkan di dalam kawasan TNK tidak lagi menjadi
sasaran oknum-oknum pelaku pengeboman atau pengguna potasium karena ketatnya
pengawasan pihak BTNK dan TNC.
(8)
Sedangkan potasium pengaruhnya buruk sekali karena
meluas seperti apa yang saya katakan tadi," ungkap Hirmen diamini
Abu Bakar yang menjabat sebagai Surveilance TNC itu.
Kutipan (1), (3)
s.d (8) kita dapati penggunaan kata sedangkan itu ditempatkan pada awal
kalimat. Konsekuensinya, kata itu diawali dengan huruf kapital karena awal
kalimat baru dan justru menafikkan atau menghilangkan peran kata ‘sedangkan’
itu sebagai konjungtor intrakalimat. Kata ‘sedangkan’ hanya dapat digunakan sebagai
konjungtor intrakalimat bukan sebagai konjungtor antarkalimat. Penggunaan
konjungtor ‘sedangkan’ sebagai konjungtor intrakalimat dapat dilihat pada
kutipan (2). Di sana konjongtor ‘sedangkan’ menghubungkan bagian-bagian bahasa
yang membentuk satu kalimat. Makna konjungtor ’sedangkan’ pada kutipan (2)
menyatakan perlawanan atau pertentangan.
Jadi, kata ‘sedangkan’ yang berfungsi sebagai konjungtor pada kutipan di
atas hanyalah kutipan (2) sedangkan kata ‘sedangkan’ yang lainnya
merupakan contoh pemakaian konjungtor yang tidak taat asas. Kata sedangkan
yang dicetak miring pada kesimpulan ini, merupakan contoh konjungtor yang
benar.**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar