Pertikel –lah dan kata sandang ‘yang’ sebagai unsur
bahasa sering kita jumpai dalam praktik berbahasa. Ada satu hal yang
menarik kalau kita mencermati kehadiran
dua unsur bahasa tersebut. Jika partikel –lah itu mengikuti atau
dilekatkan pada kata berkategori nomina dan pronomina, maka kehadiran kata
sandang ‘yang’ menjadi wajib.
Jika partikel –lah itu
diikuti dilekatkan pada kata berkategori verba, maka kehadiran kata
sandang ‘yang’ tidak diperlukan. Perhatikan contoh berikut
(a) Siswa mengerjakan soal matematika itu.
(b) Adik memetik mangga di kebun.
Kalimat
(a) dan (b) di atas dapat dinyatakan secara lebih tegas dengan membubuhkan
partikel penekan atau penegas pada kata siswa
dan pada kata adik (keduanya pronomina) lalu menyusul kata sandang
‘yang’ sehingga kita akan jumpai kalimat (c) dan (d) berikut.
(c) Siswalah yang mengerjakan soal matematika itu
(d) Adiklah yang memetik mangga di kebun.
Kata
‘siswa’ dan ‘adik’ pada kalimat (a) dan (b), dilihat dari tempat pengisi fungsi
sintaksis, menduduki fungsi subjek dalam kalimat dan berperan sebagai pelaku.
Kedua kalimat itu tergolong kalimat aktif transitif sehingga dapat
ditransformasikan ke dalam kalimat pasif seperti kalimat (e) dan (f) berikut:
(e) Soal matematika itu dikerjakan siswa
(f) Mangga di kebun dipetik adik.
Jika
kalimat (a) dan (b) dapat dipasifkan, maka kita dapat mempersoalkah,
apakah ada kemungkinan kalimat (c) dan (d) juga dapat dipasifkan? Coba saja
kita mengikuti kaidah pemasif kalimat. Pasti kita akan menghadapi kesulitan
kalau memaksakan konstruksi itu ditransformasikan ke dalam bentuk kalimat
pasif. Kesulitan itu terjadi karena unsur pengisi subjek dan predikat kalimat
mengalami pergeseran sebagai konsekuensi penggunaan partikel penegas –lah
yang diikuti dengan kata sandang ‘yang’.
Pemakaian partikel penegas –lah dan
kata ‘yang’ pada kedua contoh di atas menjadikan kedua kalimat itu tergolong ke
dalam kalimat emfatik. Apa sebenarnya kalimat emfatik itu? Kalimat
emfatik dapat didefinisikan sebagai konstruksi yang memberikan penegasan khusus
terhadap pokok pembicaraan. Ada pokok pembicaraan yang dipentingkan atau
diutamakan. Penegasan itu lazimnya dilakukan dengan membubuhi partikel -lah
pada subjeknya. Artinya, subjeklah yang dipentingkan. Selain itu, ada tuntutan lain ketika partikel
–lah digunakan harus dimasukkan kata
sandang ‘yang. Dalam konteks ini
pemakaian kata yang sebagai pemarkah (penanda)
subjek. Pertikel penegas –lah dapat juga dilekatkan pada kata kerja (verba)
yang diletakkan pada awal kalimat. Konstruksi yang dihasilkan oleh verba pada awal kalimat yang diimbuhi
partikel penekan –lah bukan lagi menjadi kalimat emfatik melainkan kalimat perintah atau kalimat
bermodus imperatif (bdk.Alwi, 2003:308-309).
Kita kembali pada masalah pergeseran fungsi
subjek dan predikat pada konstruksi (a) dan (b) setelah diubah menjadi konstruksi
seperti (c) dan (d) dalam kalimat emfatik.
Konstruksi (a) dan (b) dilihat dari dimensi semantik tergolong kalimat
berita (deklaratif). Kadar ketegasan kalimat (c) dan (d) jauh lebih kuat
dibandingkan dengan kalimat (a) dan (b). Subjek
kalimat (a) dan (b) masing-masing ‘Siswa’ dan ‘adik’.
Keduanya tergolong subjek orang. Keduakata yang menduduki fungsi subjek inilah
yang melakukan sesuatu seperti dinyatakan oleh kata kerja (verba) yang
menduduki fungsi predikat kedua kalimat
itu.
Tampak jelas bagi kita bahwa penggunaan
partikel penegas –lah pada kata ‘Siswalah’ dan ‘Adiklah’ pada kalimat (c) dan
(d) bergeser dari fungsi subjek menjadi predikat. Kita dapat merumuskan bahwa
bagian konstruksi yang dimulai dengan
kata sambung ‘yang’ pada kalimat emfatik merupakan subjek kalimatnya
sementara kata ‘siswa’ dan kata ‘adik’
yang semula berfungsi sebagai subjek berubah menjadi predikat.. Dengan perkataan lain, urutan konstruksi
kalimatnya berubah. Pola kalimat (a) S-P-O berubah menjadi kalimat (c) dengan
pola P-S-O. Begitu pula pola S-P-O- Ket
pada kalimat (b) berubah menjadi kalimat (d) dengan pola P-S-O-Ket.
Jadi
jelas, bahwa pergeseran kadar ketegasan makna pada kalimat emfatik itu membawa
konsekuensi terjadinya perubahan konstruksi kalimat. Bagian yang dalam kalimat berita menduduki
kategori subjek, dalam kalimat emfatik berubah menjadi predikatnya. Sebaliknya, bagian yang berkategori predikat
dalam kalimat berita, dalam kalimat emfatik menjadi subjeknya.
Untuk
membuktikan benar atau tidaknya argumentasi seperti ini kita dapat menderetkan kembali konstruksi
bentuk berita dan bentuk emfatiknya, lalu menawarkan konstruksi yang mengacu
pada makna semantis bentuk emfatik itu. Konstruksi (i) dan konstruksi (l)
berikut ini merupakan konstruksi yang memperlihatkan pergeseran fungsi
sintaksis dari kalimat berita dan emfatik (g), (h) (j), (k). Cermatilah konstruksi-konstruksi di bawah ini!
(g) Siswa mengerjakan soal matematika itu. (modus deklaratif)
(h) Siswalah yang mengerjakan soal matematika itu. (modus
emfatik)
(i) Yang mengerjakan soal matematika itu, (adalah) adik. (modus
deklaratif emfatik)
(j) Adik memetik mangga di kebun. (modus deklaratif)
(k) Adiklah yang memetik mangga di kebun. (modus
emfatik)
(l) Yang memetik mangga dikebun, (adalah) adik. (modus deklaratif
emfatik)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar