Rabu, 08 Agustus 2012

Proses dan Akhiran –isasi


Kehadiran dan pemakaian kata berakhiran –isasi kian mewarnai tindak berbahasa kita baik bahasa lisan maupun terutama bahasa tulis. Deretan kata berakhiran –isasi dapat kita jumpai pada setiap halaman surat kabar. Kita dapat menjumpai kata legalisasi, sosialisasi, modernisasi, abateisasi, miskinisasi, vaksinisasi, generalisasi, konseptualisasi, sterilisasi, dan sebagainya. Kata-kata ini kita dapati pula dalam kalimat seperti pada contoh  (a) s.d. (f) berikut
(a)   DPR yang tidak bermoral terlibat dalam upaya legalisasi judi kupon putih.
(b)   Tim sukses calon presiden menghabiskan dana untuk proses sosialisasi pilpres.
(c)    Upaya modernisasi selalu mengancam masyarakat yang sederhana.
(d)   Petugas kesehatan  harus melakukan vaksinisasi anjing-anjing milik warga.
(e)    Untuk mencegah banjir warga mengupayakan bronjongisasi daerah aliran sungai.
(f)     Mantri biasanya melakukan sterilisasi peralatan medis sebelum digunakan.
Penggunaan enam kata berakhiran –isasi pada kalimat di atas secara sepintas dipahami pembaca. Artinya semua kalimat itu tidak menyembunyikan masalah kebahasaan. Jika kita mencermati keenam kalimat itu berdasarkan pemahaman kita akan adanya kaidah kebahasaan maka secara spontan kita menemukan kesalahan pada semua kalimat tersebut. Apa sebenarnya masalah pokok yang menjadikan semua kalimat itu bermasalah bagikita?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita mau tidak mau merunut makna kata yang berakhiran –isasi dalam bahasa Indonesia. Akhiran –isasi dalam bahasa Indonesia tergolong dalam kahiran yang diserap dari kata asing. Penyerapan akhiran asing –isasi itu memiliki padanan makna atau bernosi sejajar dengan makna dalam bahasa Indonesia. Akhiran –isasi bernosi atau bermakna menyatakan proses me-/-kan (dikaitkan dengan bentuk dasar kata yang dilekati akhiran) –isasi tersebut.
Dengan demikian bentuk dan makna  kata legalisasi itu paralel dengan makna dan bentuk proses melegalkan, bentuk modernisasi sama maknanya dengan upaya atau proses memodernkan; bentuk sosialisasi sejajar maknanya dengan proses atau upaya menyosialkan; vaksinisasi sejajar dengan makna proses memvaksinkan; dan bentuk bronjongisasi sama artinya dengan upaya membronjongkan, dan bentuk sterilisasi sama artinya dengan proses mensterilkan.
Kesejajaran makna seperti ini, lebih jauh berdampak secara kebahasaan. Artinya, kesejajaran makna antara akhiran –isasi dengan upaya atau proses me-/-kan (terhadap bentuk dasar) mengharuskan pemakai bahasa atau pebahasa untuk mempertimbangkan penggunaan dua bentuk itu. Pebahasa dapat memilih bentuk kata yang tepat (aspek diksi) sehingga tidak mengonstruksi suatu pola kebahasaan yang bertolak belakang dengan kaidah kebahasaan. Pemahaman pebahasa akan kesejajaran makna antara akhiran –isasi dengan makna upaya/usaha/proses  membantu pemakai bahasa menghindari penggunaan kata berlebihan (mubazir).
Lalu, bagaimana kita menilai keenam kalimat pada contoh di atas? Tentu saja kita dapat memberi jawaban dengan mudah setelah mengikuti uraian perihal kesejajaran makna akhiran –isasi.  Semua contoh kalimat di atas memuat kata berakhiran –isasi. Itu artinya semuanya menyatakan usaha, kegiatan, upaya, proses seperti yang dipersyaratkan oleh bentuk dasar setiap kata tersebut. Selanjutnya, kita mencermati  kalimat-kalimat tersebut terutama kata yang mendahului setiap kata berakhiran –isasi. Jika kata yang mendahului bentuk dasar berakhiran –isasi tidak menyatakan makna melakukan, proses, usaha, kegiatan maka kalimat itu pasti dapat diterima sebagai kalimat yang gramatikal. Sebaliknya, kalau semua kata berakhiran –isasi itu diawali kata yang menyatakan makna melakukan, upaya,  proses maka pasti kalimat itu tidak gramatikal.
Bentuk atau konstruksi dengan akhiran –isasi pada bentuk dasar legal, sosial, modern, vaksin, bronjong, dan steril masing-masing didahulu kata upaya, proses, upaya, melakukan, mengupayakan, melakukan. Kata upaya, proses, melakukan, mengupayakan sudah tercakup dalam makna akhiran –isasi. Kesimpilan kita menjadi jelas bahwa kalimat (a) s.d. (f) tidak gramatikal dan harus dibenahi. Cara membenahi kalimat itu terbuka pada dua kemungkinan  dengan (1) menghilangkan kata yang menyatakan proses atau upaya di depan kata dasar berakhiran –isasi atau (2) mempertahankan kata yang menyatakan proses atau upaya di depan kata berakhiran –isasi tetapi kata berakhiran –isasi harus diubah menjadi kata berimbuhan me-/-kan. Dengan aturan seperti ini kita dapat mengubah kalimat (a) s.d.(f) di atas menjadi seperti kalimat (g) s.d. (l) berikut:
(g)   DPR yang tidak bermoral terlibat dalam legalisasi judi kupon putih.
(h)   Tim sukses calon presiden menghabiskan dana sosialisasi pilpres.
(i)     Modernisasi selalu mengancam masyarakat yang sederhana.
(j)     Petugas kesehatan  harus memvaksinikan anjing-anjing milik warga.
(k)   Untuk mencegah banjir warga  membronjongkan daerah aliran sungai.
(l)     Mantri biasanya mensterilkan peralatan medis sebelum digunakan.
Apa yang kami tawarkan melalui rubrik ini hanyalah usaha atau proses mengonseptualkan salah satu  kaidah kebahasaan. Usaha seperti ini boleh dikatakan sebagai konseptualisasi kaidah kebahasaan kita.**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar