Jumat, 03 Agustus 2012

Terlibat Partispasi Peran Serta


65. Terlibat, Partisipasi, Peran Serta


Dalam kehidupan yang biasa, masyarakat pemakai bahasa hampir pasti pernah mengucapkan, mendengar atau mebaca kata ‘terlibat’ dan kata partisipasi. Bersamaan dengan itu pula masyarakat pemakai bahasa (pebahasa) sering mempersandingkan keduakata itu dengan istilah ‘peran serta’, ‘keikutsertaan’, dan ‘partisipasi’. Ungkapan-ungkapan tersebut semakin sering kita jumpai dalam  percakapan  dan dalam tulisan, terutama ketika isu jender diwacanakan secara luas. Kita dapat membaca misalnya kalimat berikut yang kami kutip dari surat kabar:
(a)   Kaum perempuan harus terlibat dan dilibatkan dalam proses pesta demokrasi.
(b)   Partisipasi  kaum perempuan dalam politik belum sepenuhnya dijalankan.
(c)    Peran serta masyarakat amat diperlukan dalam menjaga kawasan hutan.
(d)   Keikutsertaan kaum perempuan dalam pemilu tahun 2004 semakin nyata.
Kalimat (a) s.d. (d) di atas, dalam konteks yang biasa, memang mudah dipahami  tetapi bagi pemerhati masalah bahasa penggunaan kata: terlibat, partisipasi, peran serta, dan keiikutsertaan pada kalimat itu memunculkan pertanyaan yang membutuhkan penjelasan yang memadai. Pertanyaan muncul karena dalam kehidupan yang biasa atau dalam aktivitas berbahasa yang biasa kata-kata tersebut sering dianggap sinomim sehingga dapat saling menggantikan pemakaiannya.
Bagi pemerhati bahasa (mereka yang memiliki kepekaan dalam berbahasa), pemakaian kata-kata tersebut memunculkan pertanyaaan ini: manakah yang lebih tepat terlibat, partisipasi, peran serta, atau keiikutsertaan?Untuk menjawab pertanyaan ini kita perlu merunut seluk beluk proses pemakaian kata-kata tersebut dalam tindak berbahasa.
Kata ‘terlibat’ secara morfologis dibentuk dari leksem dasar libat dengan imbuhan prefiks ter. Secara leksikal leksem libat berarti (1) membebat (2) membelit (3) menyangkut, membawa-bawa ke dalam suatu perkara. Bentuk terlibat diartikan sebagai (1) tersangkut, turut terbawa-bawa dalam suatu masalah (2) terbelit, terbebat. Dari bentuk terlibat muncul bentuk keterlibatan artinya keadaan terlibat. Bentuk libat dan terlibat berkategori verba (kata kerja) sedangkan bentuk keterlibatan berkategori nonima (kata benda) abstrak mengingat nosi (makna) imbuhan ke-/-an sebagai pembentuk kata benda abstrak.
Sebagai bahasa yang sedang berkembang, bahasa Indonesia menerima kata bahasa asing setelah mengalami proses penyesuaian (adaptasi) dengan mengikuti kaidah penyerapan kata asing ke dalam bahasa Indonesia. Kata partisipasi merupakan salah satu kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia.  Bentuk partisipasi merupakan serapan dari kata bahasa Inggris participation. Karena bentuk participation berkategori nonima (kata benda), dalam bahasa Indonesia harus diartikan menjadi kata berkategori nomina yaitu pengambilan bagian, keikutsertaan, peran serta, penggabungan diri (menjadi peserta).
Setelah kata partisipasi digunakan secara luas selama beberapa waktu lamanya dalam bahasa Indonesia, kata itu kemudian diterjemahkan menjadi keikutsertaan (perihal ikut serta).  Kata keikutsertaan kemudian lebih sering dipakai.  Setelah sekian lama kata keikutsertaan digunakan dalam bahasa Indonesia, di antara penutur bahasa Indonesia merasa kurang puas terhadap terjemahan tersebut.  Kata ikut dirasa kurang aktif dan nilai rasanya lebih rendah. Orang mempertanyakan,  mengapa hanya ikut?  Mengapa tidak berperan? Kata ikut dirasa berkonotasi negatif, lebih-lebih kalau dihubungkan dengan kata ikut-ikutan. Untuk menghindarkan kesan pasif dan konotasi negatif itu, lalu dimunculkan kata baru, yaitu peran serta. Jadi, berpartisipasi tidak  hanya sekadar ikut, melainkan juga berperan, meskipun peran itu hanya sertaan. Tentu muncul pertanyaan: Apakah partisipasi itu selalu berujud pengambilan peran?  Partisipasi dapat berupa tanggapan positif, sikap mendukung, pengertian dan penghargaan.
Dalam bahasa Indonesia perangkaian kata ikut serta sering kita jumpai. Bentuk ikut serta  ini kemudian mengalami proses morfologis (afiksasi) dengan konfiks  ke-/-an  sehingga dijumpai bentuk keikutsertaan. Pemakaian bentuk  serta pada ‘peran serta’ merupakan kependekan dari sertaan atau penyerta.  Kata serta merupakan kata tugas yang artinya sama dengan "dan".  Contohnya: bapak serta ibu, adik serta kakak, peran serta fungsi, makan serta minum, dan sebagainya.  Kata serta pada peran serta kadang-kadang dikacaukan maknanya dengan kata serta sebagai kata tugas.
Di samping keikutsertaan kita mengenal bentuk mengikutsertakan, dan pengikutsertaan dari bentuk ikut serta.  Keragaman bentuk beserta maknanya masing-masing itu tidak kita jumpai bentuk berperan serta.  Bentuk memeransertakan atau pemeransertaan tidak pernah kita jumpai.
Ada dua alasan untuk memilih keikutsertaan daripada peran serta.  Pertama, kata serta pada peran serta mudah dikelirukan dengan kata tugas serta yang artinya "dan".  Kedua, dalam hubungannya dengan keikutsertaan kita mengenal bentuk-bentuk lain dengan maknanya masing-masing, sedang dalam hubungannya dengan peran serta kita hanya mengenal satu bentuk saja.
Setelah mengikuti uraian ini kita dapat menentukan ketepatan penggunaan kata terlibat, partisipasi, peran serta, dan keikutsertaan pada kalimat (a) s.d. (d) di atas.  harus benahi menjadi kalimat (e) s.d. (h) berikut ini:
(e)    Kaum perempuan harus diikutsertakan dalam proses pesta demokrasi.
(f)     Partisipasi  kaum perempuan dalam politik belum sepenuhnya dijalankan.
(g)   Keikutsertaan masyarakat amat diperlukan dalam menjaga kawasan hutan.
(h)   Keikutsertaan kaum perempuan dalam pemilu tahun 2004 semakin nyata.**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar