Rabu, 08 Agustus 2012

Partikel –lah menuntut yang



Pertikel –lah dan kata sandang ‘yang’ sebagai unsur bahasa sering kita jumpai dalam praktik berbahasa. Ada satu hal yang menarik  kalau kita mencermati kehadiran dua unsur bahasa tersebut. Jika partikel –lah itu mengikuti atau dilekatkan pada kata berkategori nomina dan pronomina, maka kehadiran kata sandang ‘yang’ menjadi wajib.  Jika partikel –lah itu  diikuti dilekatkan pada kata berkategori verba, maka kehadiran kata sandang ‘yang’ tidak diperlukan. Perhatikan contoh berikut
(a)    Siswa mengerjakan soal matematika itu.
(b)    Adik memetik mangga di kebun.
Kalimat (a) dan (b) di atas dapat dinyatakan secara lebih tegas dengan membubuhkan partikel penekan atau penegas pada kata siswa  dan pada kata adik (keduanya pronomina) lalu menyusul kata sandang ‘yang’ sehingga kita akan jumpai kalimat (c) dan (d) berikut.
(c)    Siswalah yang mengerjakan soal matematika itu
(d)   Adiklah yang memetik mangga di kebun.
Kata ‘siswa’ dan ‘adik’ pada kalimat (a) dan (b), dilihat dari tempat pengisi fungsi sintaksis, menduduki fungsi subjek dalam kalimat dan berperan sebagai pelaku. Kedua kalimat itu tergolong kalimat aktif transitif sehingga dapat ditransformasikan ke dalam kalimat pasif seperti kalimat (e) dan (f) berikut:
(e)    Soal matematika itu dikerjakan siswa
(f)     Mangga di kebun dipetik adik.
Jika  kalimat (a) dan (b) dapat dipasifkan, maka kita dapat mempersoalkah, apakah ada kemungkinan kalimat (c) dan (d) juga dapat dipasifkan? Coba saja kita mengikuti kaidah pemasif kalimat. Pasti kita akan menghadapi kesulitan kalau memaksakan konstruksi itu ditransformasikan ke dalam bentuk kalimat pasif. Kesulitan itu terjadi karena unsur pengisi subjek dan predikat kalimat mengalami pergeseran sebagai konsekuensi penggunaan partikel penegas –lah yang diikuti dengan kata sandang ‘yang’.
Pemakaian partikel penegas –lah dan kata ‘yang’ pada kedua contoh di atas menjadikan kedua kalimat itu tergolong ke dalam kalimat emfatik. Apa sebenarnya kalimat emfatik itu? Kalimat emfatik dapat didefinisikan sebagai konstruksi yang memberikan penegasan khusus terhadap pokok pembicaraan. Ada pokok pembicaraan yang dipentingkan atau diutamakan. Penegasan itu la­zimnya dilakukan dengan membubuhi partikel -lah pada subjeknya. Artinya, subjeklah yang dipentingkan.  Selain itu, ada tuntutan lain ketika partikel –lah digunakan harus dimasukkan  kata sandang ‘yang.  Dalam konteks ini pemakaian  kata  yang sebagai pemarkah (penanda) subjek. Pertikel penegas –lah dapat juga dilekatkan pada kata kerja (verba) yang diletakkan pada awal kalimat. Konstruksi yang dihasilkan  oleh verba pada awal kalimat yang diimbuhi partikel penekan –lah bukan lagi menjadi kalimat emfatik  melainkan kalimat perintah atau kalimat bermodus imperatif (bdk.Alwi, 2003:308-309).
 Kita kembali pada masalah pergeseran fungsi subjek dan predikat pada konstruksi (a) dan (b) setelah diubah menjadi konstruksi seperti (c) dan (d) dalam kalimat emfatik.  Konstruksi (a) dan (b) dilihat dari dimensi semantik tergolong kalimat berita (deklaratif). Kadar ketegasan kalimat (c) dan (d) jauh lebih kuat dibandingkan dengan kalimat (a) dan (b). Subjek  kalimat (a) dan (b) masing-masing ‘Siswa’ dan ‘adik’. Keduanya tergolong subjek orang. Keduakata yang menduduki fungsi subjek inilah yang melakukan sesuatu seperti dinyatakan oleh kata kerja (verba) yang menduduki fungsi predikat  kedua kalimat itu.
Tampak jelas bagi kita bahwa penggunaan partikel penegas –lah pada kata ‘Siswalah’ dan ‘Adiklah’ pada kalimat (c) dan (d) bergeser dari fungsi subjek menjadi predikat. Kita dapat merumuskan bahwa bagian konstruksi  yang dimulai dengan kata sambung ‘yang’ pada kalimat emfatik merupakan subjek kalimatnya sementara  kata ‘siswa’ dan kata ‘adik’ yang semula berfungsi sebagai subjek berubah menjadi predikat..  Dengan perkataan lain, urutan konstruksi kalimatnya berubah. Pola kalimat (a) S-P-O berubah menjadi kalimat (c) dengan pola P-S-O. Begitu pula pola  S-P-O- Ket pada kalimat (b) berubah menjadi kalimat (d) dengan pola P-S-O-Ket.
Jadi jelas, bahwa pergeseran kadar ketegasan makna pada kalimat emfatik itu membawa konsekuensi terjadinya perubahan konstruksi kalimat.  Bagian yang dalam kalimat berita mendu­duki kategori subjek, dalam kalimat emfatik berubah menjadi predikatnya.  Sebaliknya, bagian yang berkategori predikat dalam kalimat berita, dalam kalimat emfatik menjadi subjeknya.
Untuk membuktikan benar atau tidaknya argumentasi seperti ini  kita dapat menderetkan kembali konstruksi bentuk berita dan bentuk emfatiknya, lalu menawarkan konstruksi yang mengacu pada makna semantis bentuk emfatik itu. Konstruksi (i) dan konstruksi (l) berikut ini merupakan konstruksi yang memperlihatkan pergeseran fungsi sintaksis dari kalimat berita dan emfatik (g), (h) (j), (k). Cermatilah  konstruksi-konstruksi di bawah ini!
(g)    Siswa mengerjakan soal matematika itu. (modus deklaratif)
(h)   Siswalah yang mengerjakan soal matematika itu. (modus emfatik)
(i)      Yang mengerjakan soal matematika itu, (adalah) adik. (modus deklaratif emfatik)
(j)      Adik memetik mangga di kebun. (modus deklaratif)
(k)    Adiklah yang memetik mangga di kebun. (modus emfatik)
(l)      Yang memetik mangga dikebun, (adalah) adik. (modus deklaratif emfatik)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar