Rabu, 08 Agustus 2012

Sedikit untuk Sejenak


Kata sedikit dan sejenak sering kita gunakan dalam tindak berbahasa yang biasa baik dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulis. Dalam komunikasi yang biasa penggunaan dua kata tersebut tidak dipersoalkan karena orang berprinsip bahwa bentuk mana yang dipakai pasti dipahami pembaca dalam bahasa tulis dan pendengar untuk bahasa lisan. Pemahaman secara sama perihal makna wacana yang dikomunikasikan antara penulis/pembicara dengan pembaca/pendengar menunjukkan bahwa bahasa telah mengemban fungsi komunikatif. Dalam konteks seperti ini hal yang mau ditekankan berkaitan dengan kompetensi komunikatif seseorang.
Kompetensi komunikatif mengisyaratkan penggunaan bahasa secara baik. Kriteria baik belumlah cukup karena tindak berbahasa juga dapat mengukur kompetensi linguistik pebahasa. Artinya, wacana atau teks yang dihasilkan harus dapat memenuhi standar kepatutan menurut tataran kaidah yang berlaku untuk suatu bahasa. Dengan kata lain, harus mengakomodasi kriteria bahasa yang banar. Bahasa seseorang dikatakan baik berarti menunjukkan kompetensi komunikatif seseorang dan bahasa seseorang dikatakan benar menunjukkan kompetensi linguistik seseorang.
Mengapa sebenarnya kita mempersoalkan kata ‘sedikit’ dan ‘sejenak’ ini? Untuk menjawab masalah ini baiklah kita memperhatikan contoh penggunaan dua kata itu dalam wacana seperti pada  kalimat (a) s.d. (h) berikut:
(a)   Jika ia menunggu sedikit waktu, maka ia akan kehujanan.
(b)   Sedikit waktu lagi, pesta perpisahan dengan siswa kelas III itu akan berakhir.
(c)    Ia tidak mau meluangkan sedikit waktu menikmati keindahan alam pedesaan.
(d)   Ibu menunggu sedikit karena adik masih membeli sedikit supermie.
(e)    Setelah berpikir sedikit, anak itu menjawab pertanyaan guru.
(f)     Peserta upacara hening sejenak sebelum menyanyikan lagu ‘Gugur Bunga’
(g)   Sejenak, anak itu terdiam menyaksikan peristiwa kecelakaan dahsyat itu.
(h)   Petani yang malas bekerja memetik sedikit  hasil dari sawah dan ladangnya.
Pada contoh-contoh di atas kita temukan kata ‘sedikit’ dan kata ‘sejenak’. Secara sepintas muncul kesan dalam diri dan pikiran kita bahwa kedua kata itu tergolong ke dalam kata yang berbentuk sinonim. Meskipun kedua kata itu tampak seperti bersinonim, tetapi penggunaannya dalam konteks kalimat tidak dapat dipertukarkan. Jika dua kata itu dipertukarkan, maka kita akan berhadapan dengan kalimat yang tidak lazim atau tidak gramatikal. Pada contoh di atas kita temukan variasi penggunaan kata sedikit karena ada yang diikuti kata waktu ‘sedikit waktu’ dan ada yang tidak diikuti kata waktu. Variasi seperti ini berpengaruh terhadap kriteria kegramatikalan kalimat.
Kalau kita mencermati pemakaian kata ‘sedikit’ dan ‘sejenak’ pada contoh di atas maka kita dapat menentukan mana kalimat yang gramatikal dan mana yang tidak gramatikal. Kata sedikit pada kalimat (a), (b), (c), berdasarkan makna dan konteks kalimatnya, semuanya menyatakan jumlah. Sedikit yang menyatakan jumlah berkemungkinan atau dapat diperlawankan dengan kata banyak. Sedikit waktu pada contoh-contoh tersebut dapat dipertentangkan dengan ‘banyak waktu’. Sedikit waktu secara semantik berarti waktunya singkat dan banyak waktu identik dengan waktunya lama atau panjang. Tentu lain halnya dengan penggunaan kata  sedikit pada contoh (h). Kata sedikit di sini  juga menyatakan jumlah tetapi tidak dapat dikaitkan dengan waktu. Sedikit pada contoh (a), (b), dan (c)  secara pragmatik mengacu pada keterangan waktu sedangkan pada kalimat (h) mengacu pada keterangan jumlah (kata bantu bilangan). Konsekuesinya, kata sedikit pada contoh tersebut tidak dapat dipertukarkan atau saling menggantikan.
Pada kalimat (d) kita temukan kata ‘sedikit’ itu dipakai dua kali. Sedikit yang pertama sebenarnya mengacu pada keterangan waktu sedangkan sedikit yang kedua mengacu pada keterangan jumlah. Pada contoh (d) ini kata sedikit masing-masing mengacu pada masalah temporal dan masalah numeral. Di sini kita berhadapan dengan masalah ketepatan penggunaan kata ‘sedikit’ itu. Apakah hanya untuk menjelaskan soal waktu atau hanya menjelaskan soal jumlah. Mengacu pada penjelasan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa sedikit itu hanya tepat penggunaannya untuk menjelaskan atau menyatakan jumlah sesuatu. Jika acuannya menjelaskan tentang waktu maka kata sedikit harus diikuti dengan kata waktu. Harus ditulis lengkap ‘sedikit waktu’ seperti contoh (a), (b), dan (c). karena itu jelaslah bagi kita bahwa penggunaan kata sedikit yang pertama pada contoh (d) itu tidak tepat. Kata sedikit itu lebih tepat diganti dengan kata sejenak (sebentar).
Untuk lebih meyakinkan kita, perhatikanlah penggunaan kata sedikit itu pada contoh (e). Kata sedikit itu tidak dapat diperlawankan dengan kata banyak karena itu harus diganti dengan kata sejenak. Penjelasan ini secara lebih meyakinkan lagi pada contoh  penggunaan sejenak pada kalimat  (f) dan (g). Jika kata sejenak pada kedua kalimat ini diganti dengan kata sedikit, maka kita akan berhadapan dengan kalimat yang kurang lazim. Setelah kita mengikuti ulasan yang pajang lebar ini, kita sudah dapat memastikan bahwa kalimat (a) s.d. (h) di atas ada yang tidak tepat, tidak lazim karena kata sejenak dipertukarkan begitu saja dengan kata sedikit. Sedikit waktu itu identik dengan sejenak. Karena itu, lebih tepat menggunakan kata sejenak. Tambahan pula bentuk sejenak jauh lebih ringkas daripada bentuk sedikit waktu. Kalimat yang tidak tepat dari contoh di atas adalah kalimat (a), (b), (c), (d), dan (e) dan harus dibetulkan seperti kalimat  (i) s.d. (m) berikut:
(i)     Jika ia menunggu sejenak, maka ia akan kehujanan.
(j)     Sejenak (sebentar) lagi, pesta perpisahan dengan siswa kelas III itu akan berakhir.
(k)   Ia tidak mau meluangkan waktu sejenak menikmati keindahan alam pedesaan.
(l)     Ibu menunggu sejenak karena adik masih membeli sedikit supermie.
(m)  Setelah berpikir sejenak, anak itu menjawab pertanyaan guru.**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar