Jumat, 03 Agustus 2012

Meliwis di Pohon Melinjo


67. Meliwis di Pohon Melinjo


Harian Umum Flores Pos Edisi Selasa, 30 Desember 2003 hlm.4 menurunkan berita tentang persediaan bahan makanan di beberapa toko di Ruteng menjelang Natal dan Tahun Baru. Salah satu berita berjudul: ‘Habis, Persediaan Buah Melinjo di Toko-Toko’ menarik untuk disimak terutama dalam kaitannya dengan masalah bahasa pada umumnya dan penulisan kata pada khususnya. Dalam berita itu kita dapat menemukan dan membaca kalimat (a) s.d. (f) berikut ini:
(a)   Salah satu hidangan populer saat Natal di Ruteng adalah melinjo yang dibuat kerupuk.
(b)   Dari pantauan Flores Pos di sejumlah kerabat yang dikunjungi, melinjo telah menjadi menu favorit.
(c)    Namun memasuki akhir Desember, Senin (29/12) persediaan melinjo di toko-toko sudah habis.
(d)   Sejumlah ibu rumah tangga mengungkapkan kepada Flores Pos, kerupuk melinjo adalah hidangan yang meriah namun cukup bergizi.
(e)    Kami membeli melinjo biji, baru kemudian digoreng di rumah dan dihidangkan untuk tamu.
(f)     Istri pejabat golongan menengah ini mengaku, dirinya membeli melinjo jauh-jauh hari sebelumnya agar tidak kelabakan mendekati hari Natal dan tahun Baru.
Hal apa sebenarnya yang menarik kalau kita membaca kalimat-kalimat dalam penggalan berita di atas? Ada beberapa hal menarik yang perlu kami uraikan melalui kolom Rubrik Bahasa ini. Bukannya maksud kami untuk mencari-cari kesalahan tetapi semata-mata melihat dan menilai cara kita berbahasa yang kebetulan terwakilkan dalam diri para pengasuh media kesayangan kita.  Kita tentu tetap sepakat untuk berkata ‘Kita perlu belajar dari kesalahan’ termasuk kesalahan berbahasa sehingga dengan kesadaran seperti itu kita semakin cermat dalam berbahasa.
Judul berita yang kami kutip dalam ulasan ini serta keenam kalimat di atas, semuanya memuat kata ‘melinjo’. Jika kita membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 571) maka kita akan menemukan lema ‘melinjo’ tanpa penjelasan. Makna  lema ‘melinjo’ itu justru merujuk pada lema ‘belinjo’ (KBBI, 1989:97) dengan penjelasan bahwa  ‘belinjo’ (nama ilmiahnya Gnetum gnemon dan termasuk suku Gnetaceae) adalah sejenis tumbuhan yang buahnya dapat dijadikan bahan makan menyerupai kerupuk yang disebut emping. Rujukan lema ‘melinjo’ pada lema ‘belinjo’ mengisyaratkan bahwa bentuk yang baku dan dianjurkan untuk digunakan adalah bentuk ‘belinjo’ dan bukan ‘melinjo’.
Mengapa muncul bentuk ‘melinjo’? Kita patut dan dapat menduga bahwa bentuk ‘belinjo’ sebagai kata bahasa Indonesia menjadi ‘melinjo’ kemungkinan karena tumbuhan itu banyak ditanam masyarakat Jawa dan oleh masyarakat Jawa kata itu diucapkan menjadi ‘mlinjo’. Dalam perkembangannya, pemakai bahasa menggunakan bentuk itu  dengan menambahkan unsur pelancar bunyi (anaptiksis dan epentesis) berupa fenem /e/.  Berdasarkan bentuk mlinjo  lalu dibentuklah kata ‘melinjo’ yang kemudian digunakan tanpa disadari sebagai bentuk yang salah.
Sebagai bahan pembanding kita dapat melihat penggunaan kata ‘meliwis’ yang merupakan pengindonesiaan kata Jawa mliwis. Dalam bahasa Indonesia bentuk meliwis itu merupakan bentuk yang salah. Bentuk yang benar adalah ‘belibis’. Kata ‘belibis’ (Dendrocygna javanica) mengacu pada makna berupa nama sejenis burung liar yang menyerupai seekor itik.
Kalimat (a) s.d. (f) di atas juga menarik karena ada hal yang salah dan harus dibenahi. Pada kalimat (a) kita temukan kelompok kata ‘melinjo yang dibuat kerupuk”. Apakah kerupuk dapat membuat melinjo? Kalimat itu akan menjadi logis dan baku kalau ditambahkan kata ‘menjadi’ sehingga kalimatnya menjadi: Salah satu hidangan populer saat Natal di Ruteng adalah belinjo yang dibuat menjadi  kerupuk. Pada kalimat (b) kita temukan kelompok kata yang mengganggu ‘di sejumlah’ yang seharusnya diganti dengan kata ‘terhadap’ sehingga kalimatnya menjadi: Pantauan Flores Pos ‘terhadap’ kerabat yang dikunjungi, menunjukkan belinjo telah menjadi menu favorit. Kalimat (c) memuat kelompok kata ‘sudah habis’.  Kata ‘sudah’ terasa mubazir. Bentuk yang benar adalah: Namun, memasuki akhir Desember, Senin (29/12) persediaan melinjo di toko-toko habis.
Kalimat (d) menggunakan kata ‘namun’ secara tidak tepat karena tidak ada bagian kalimat sebelumnya yang dipertentangkan. Kata namun harus diganti dengan kata ‘dan’  Kalimatnya menjadi: Sejumlah ibu rumah tangga mengungkapkan kepada Flores Pos, kerupuk belinjo adalah hidangan yang meriah dan cukup bergizi. Kalimat (e) menggunakan bentuk aktif dan pasif secara tidak konsisten  dan tambahan kelompok kata ‘baru kemudian’ terasa berlebihan. Kalimat yang baik sebagai penggantinya adalah: Kami membeli belinjo biji, kemudian menggorengnya di rumah lalu menghidangkannya untuk tamu. Kalimat (f) juga perlu dibenahi karena penggunaan kata penghubung ‘agar’ kurang tepat dan harus diganti dengan kata penghubung ‘sehingga’. Dengan demikian, kita temukan kalimat yang baik ini: Istri pejabat golongan menengah ini mengaku, dirinya membeli belinjo jauh-jauh hari sebelumnya sehingga tidak kelabakan saat mendekati hari Natal dan tahun Baru.**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar