Jumat, 03 Agustus 2012

Preposisi di dan dalam Perancu


62. Preposisi ‘di’ dan ‘dalam’ Perancu


Dalam praktik berbahasa, baik berbahasa lisan maupun berbahasa tulis sering kita mendengar ucapan atau membaca  kalimat-kalimat yang tidak efektif. Kalimat-kalimat tidak efektif, yang dipakai dalam tindak berbahasa itu terjadi karena pelbagai alasan yang berkaitan erat dengan kepatuhan pemakai bahasa (pebahasa) pada kaidah ketatabahasaan yang standar. Untuk menjelaskan masalah seperti ini, perhatikanlah beberapa contoh tuturan dalam kalimat seperti (a) s.d (e) berikut ini:
(a)   Pekan yang lalu di sekolah kami mengadakan pertandingan olahraga.
(b)   Dalam lokakarya KBK itu membahas metode pembelajaran bahasa Inggris.
(c)    Dalam buku kecil itu menguraikan sistem penyerbukan silang.
(d)   Di pertemuan tingkat pleno membahas masalah sistem perwakilan.
(e)    Dalam pelajaran matematika sangat  membutuhkan peran orangtua
Semua tuturan berbentuk kalimat dalam contoh di atas adalah kalimat yang rancu sehingga pesan atau informasi yang  hendak disampaikan melalui tuturan itu menjadi tidak jelas bagi pendengar(untuk wacana lisan)  atau pembaca (untuk wacana tulis). Pendek kata semuanya tergolong kalimat yang tidak efektif. Keinformatifan ujaran pada contoh-contoh di atas menjadi  tidak jelas. Bagaimana cara kita menjelaskan peristiwa ketidakinformatifan kalimat-kalimat itu? Untuk itu, kita harus melihat proses  perancuan itu.
Contoh tuturan (a) Pekan yang lalu di sekolah kami mengadakan pertandingan olahraga adalah kalimat yang rancu karena dirancukan dari dua bentuk kalimat yang berbeda yaitu kalimat (a1) Pekan yang lalu sekolah kami mengadakan pertandingan olahraga, dan (a2) Pekan yang lalu di sekolah kami diadakan pertandingan olahraga.
Kalimat yang pertama berbentuk aktif, kalimat yang kedua berbentuk pasif. Kalimat: Pekan yang lalu di sekolah kami mengadakan pertandingan olahraga merupakan perancuan kalimat aktif (a1) dan pasif (a2).
Tuturan (b) Dalam lokakarya KBK itu membahas metode pembelajaran bahasa Inggris merupakan bentuk rancu yang diturunkan dari dua bentuk (b1) Lokakarya KBK itu membahas metode pembelajaran bahasa Inggris dan (b2) Dalam lokarya KBK dibahas metode pembelajaran bahasa Inggris. Tuturan (c): Dalam buku kecil itu menguraikan tentang sistem penyerbukan silang diturunkan dari bentuk aktif (c1) Buku kecil itu menguraikan tentang sistem penyerbukan silang dan bentuk pasif (c2) Dalam buku kecil itu diuraikan tentang penyerbukan silang.
Tuturan (d) Di pertemuan tingkat pleno membahas masalah sistem perwakilan diturunkan dari bentuk aktif (d1)  Pertemuan tingkat pleno membahas masalah sistem perwakilan dan bentuk pasif (d2) Di pertemuan tingkat pleno dibahas masalah sistem perwakilan. Tuturan (e) Dalam pelajaran matematika sangat  membutuhkan peran orangtua diturunkan dari bentuk aktif  (e1) Pelajaran matematika sangat  membutuhkan peran orangtua dan bentuk pasif (e2) Dalam pelajaran matematika sangat  dibutuhkan peran orangtua.
Setelah melihat uraian di atas tampak jelas bahwa tuturan (a) s.d. tuturan (e) merupakan tuturan yang rancu yang terpola. Pola dan bentuk perancuan pada tuturan-tuturan itu terjadi karena pencampuradukan pemakaian bentuk aktif dan pasif pada unsur kalimat yang menempati fungsi predikat.
Lebih jauh kita dapat mengedepankan penyebab lain yang menjadikan tuturan-tuturan tersebut menjadi rancu yaitu karena pada tuturan tersebut terjadi pelesapan unsur  yang menempati unsur subjek  kalimat. Pada kalimat yang rancu tersebut tidak terdapat subjek. Pembaca dapat bertanya berhadapan lima contoh di atas: (a) siapakah yang mengadakan pertandingan? (b) Siapa yang membahas metode pembelajaran? (c) Apa/siapa  yang menguraikan sistem (d) siapa yang membahas sistem perwakilan? (e) siapa yang membutuhkan partisipasi?
Jawaban yang tepat untuk pertanyaan seperti ini tentu saja bukan (a) sekolah kami (b) bukan lokakarya KBK itu  (c) bukan buku kecil itu (d) bukan pertemuan tingkat pleno (e) bukan pelajaran matematika karena unsur-unsur  seperti ini menyalahi kelaziman dan keberterimaan dalam berbahasa. Unsur-unsur tersebut dalam contoh tuturan (a) s..d. (d) menduduki fungsi keterangan karena didahulu kata depan ‘di’ dan ‘dalam’. Pada contoh bentuk aktif (a1) s.d. (e1) terasa janggal karena unsur yang menduduki fungsi subjek kalimat-kalimat itu tidak tampak atau dilesapkan atau hadir secara implisit. Unsur yang muncul dan menduduki fungsi subjek terisi oleh kata: sekolah, lokakarya, buku, pertemuan, dan pelajaran. Penggunaan kelima kata ini memungkinkan subjek yang sebenarnya tersembunyi. Jika subjek kalimat itu dinyatakan secara eksplisit maka  subjek kalimat itu dapat disi dengan kata: warga sekolah (siswa); Pemimpin (peserta); Penulis; Peserta; dan guru.
Kelima contoh kalimat (a) s.d. (e) jika dilihat berdasarkan  fungsi sintaksis maka menampilkan kalimat berpola: Keterangan, Predikat, Objek (Ket, P, O). Pola-pola seperti ini tidak lazim dalam kalimat bahasa Indonesia yang berterima. Jadi, Jika kelima contoh itu  mau dijadikan sebagai kalimat yang berterima (gramatikal) maka unsur Subjek harus dinyatakan secara eksplisit  sehingga kita dapatkan klimat-kalimat  (1) s.d. (5) berikut ini:
(1) Pekan yang lalu di sekolah kami warga (siswa) mengadakan pertandingan olahraga.
(2) Dalam lokakarya KBK itu pemimpin membahas metode pembelajaran bahasa Inggris.
(3) Dalam buku kecil itu penulis menguraikan sistem penyerbukan silang.
(4) Di pertemuan tingkat pleno peserta membahas masalah sistem perwakilan.
Dalam pelajaran matematika guru sangat  membutuhkan peran orangtua **

Tidak ada komentar:

Posting Komentar