30. Wanita atau Perempuan
Pada masa rezim Orde Baru kita
mengenal adanya menteri urusan peranan Wanita. Pada masa reformasi semasa
pemerintahan Gus Dur sebagai presiden kita mengenal adanya menteri pemberdayaan
Perempuan. Dua kata, Wanita dan Perempuan ini, tampaknya dipakai dalam
pengertian yang sama dan relatif bersaing. Belakangan, saat derasnya isu
jender, kata wanita terdesak oleh kata perempuan. Untuk sebagian masyarakat
bentuk mana yang dipakai tidak menjadi soal karena toh dua kata itu
memiliki acuan atau referen yang sama. Tidak perlu dipersoalkan.
Bagi para pengamat bahasa, kasus
pemakaian kata wanita dan perempuan, berikut proses geser-menggeser antara
keduanya bermakna yang sangat berarti
karena berkaitan dengan citarasa bahasa. Penggunaan atau pemilihan salah satu dari dua kata itu mempunyai citarasa yang
berbeda. Citarasa itu hanya dapat kita ketahui dengan merunut kembali asal-usul
berikut makna masing-masing kata itu.
Kata perempuan secara etimologis
berasal dari kata bahasa Sansekerta pu artinya hormat, kehormatan, empu
yang kemudian membentuk kata perempuan (empu dalam bahasa Jawa kuno
berarti tuan, mulia, hormat). Dari kata empu ini dibentuk kata
empunya yang berarti tuannya,
pemiliknya. Kata perempuan secara utuh diartikan sebagai sesuatu yang
dikelilingi oleh yang bergantung kepadanya; menjadi yang terpenting. Perempuan
berarti pertuanan.
Sementara itu, kata wanita juga
berasal dari bahasa Sansekerta yang dibentuk dari unsur wan yang berarti
ingin, ita berarti yang di (bentuk pasif). Wanita berarti sesuatu
yang dingini (oleh laki-laki). Maaf boleh saya katakan menjadi objek yang
selalu diingini. Kata wanita itu sendiri dalam perkembangannya melahirkan
kata lain yaitu kata betina. Bentuk betina itu berasal dari
bentuk wanita. Dalam bahasa dikenal adanya hukum B/W artinya dua konsonan itu
dapat dipakai secara bergantian tetapi maknanya sama (bdk. bibir =wiwir,
batu=watu). Wanita = banita. Lalu ada proses metatesis yaitu pergantian posisi
huruf /nit/ menjadi /tin/ sehingga muncul kata batina. Kata batina kemudian
terjadi pergantian vokal /a/ dengan /e/. Jadilah kata betina.
Melihat proses dan penelusuran di
atas kita dapat menentukan bentuk mana yang sepantasnya dipakai. Untuk memilih
kita harus mengetahui konsep ameliorasi (nilai kata dengan citarasa yang lebih
baik sekarang daripada duhulu) dan konsep peyorasi (nilai kata dengan citarasa
yang lebih buruk sekarang daripada dahulu). Lalu tinggal Anda pilih yang
mana??? Wanita atau Perempuan. Itu hak prerogatif Anda.
Terima kasih pencerahannya bapak...salaam
BalasHapusSaya dulu kalo ngomong selalu pake kata "wanita" sampe guru bahasa Indonesia pernah nerangin asal usul kata "perempuan". Nah sejak saat itu saya selalu ngomong pake kata "perempuan" karena menurut saya ini lebih menunjukkan rasa hormat sebagai sesama perempuan. Kecuali kalo saya udah marah baru saya pake kata "wanita". Tapi makasih banyak infonya, sangat menarik ^^
BalasHapus