44.
Menugasi atau Menugaskan?
Harian Flores Pos edisi Rabu 13
November 2002 pada headline berita terkait kasus Ustadz Zakaria tertulis
beberapa kalimat antara lain:
(a) *Camat Elar dan Lurah Tiwu Kondo Ditugasi Mengecek.
(b) *Untuk itu kita tugaskan tim Polres ke Tiwu Kondo pada kesempatan pertama.
(c) *Untuk itu kita menugasi
Camat Elar dan Lurah Tiwu Kondo
melakukan pengecekan.
Jika dicermati kalimat (a), (b), dan (c)
di atas, maka akan ditemukan pemakaian kata dasar ‘tugas’ yang sudah mengalami
afiksisasi (pengimbuhan). Kata dasar ‘tugas’ pada kalimat (a) diberi afiks
berupa konfiks di-/-i (ditugasi). Pada kalimat (b) bentuk dasar ‘tugas’
mendapat afiks berupa sufiks -kan (tugaskan). Sementara itu, pada
kalimat (c) bentuk dasar ‘tugas’ mengalami afiksisasi dengan konfiks me-/-i
(menugasi).
Ketiga contoh kalimat di atas dapat
membingungkan pembaca karena penggunaan bentuk kata dasar ‘tugas’ yang telah
mengalami afiksisasi digunakan secara tidak tepat. Kita sampai pada pertanyaan
tentang bentuk mana yang harus dipakai sehingga kalimat yang dihasilkan
memenuhi kaidah kebahasaan yang baku serta muatan makna semantiknya dapat
dipertanggungjawabkan. Untuk itu, kita perlu menjelaskannya dalam kaitannya
dengan kaidah afiksisasi dalam bahasa Indonesia. Dalam konteks uraian ini,
perlu dijelaskan kepada kita masalah pemakaian imbuhan (afiks) baik konfiks me-/-kan, dan me-/-i, maupun sufiks -kan,
dan –i dalam bahasa Indonesia.
Harimurti Kridalaksana di dalam Pembentukan
Kata dalam Bahasa Indonesia (1992: 53-55) mencatat beberapa makna konfiks me-/-kan.
Konfiks me-/-kan bermakna (a)kausatif (misalnya: menerbangkan,
mengemukakan, merajakan, menghitamkan, melebihkan, menyatukan, membacakan,
menuliskan), (b) bermakna benefaktif (membisikan, menceritakan) (c) bermakna
resultatif (menghasilkan, menelurkan, membuahkan, mengawetkan, mengalengkan).
Sementara itu, afiks me-/-i bermakna (a) repetitif (melempari, menanami)
(b) bermakna lokatif (menuruni, menaiki, menduduki) (c) bermakna menyatakan
intensitas atau kesungguhan (membasahi,
memberesi).
Mengacu pada muatan makna afiks me-/-kan
dan me-/i seperti dijelaskan di atas, kita dapat memastikan makna
pemakaian afiks me-/-kan dan me-/-i pada tiga kalimat
di atas. Ketiga kalimat itu dikodifikasi dengan tanda bintang yang
berarti kalimat itu belum baku atau tidak lazim. Setiap kalimat tersebut memuat
kesalahan. Kalimat (a*) secara sintaksis tidak baku karena ada bagian fungsi
kalimat yang dilesapkan -dalam hal ini-
fungsi objek untuk bentuk kalimat pasif atau fungsi subjek untuk bentuk kalimat
aktif. Juga ada unsur keterangan (tujuan) yang dilesapkan sehingga menimbulkan
kesan bahwa kata ‘mengecek’ seolah-olah menjadi objek pada kalimat tersebut.
Kalimat (a*) harus dibetulkan menjadi
Camat Elar dan Lurah Tiwu Kondo Ditugasi (Kapolres) untuk mengecek (sesuatu).
Kalimat (b*) juga memuat kesalahan karena pemakaian kata ‘tugaskan’ di antara
kata ‘kita’ dan ‘tim Polres’ membuat kalimat itu bercorak taksa atau ambigu.
Pertanyaan yang perlu dijawab: apakah
‘kita’ sebagai subjek untuk kalimat aktif ataukah ‘kita’ sebagai objek
dalam kalimat pasif? Dengan kata lain, apakah kita menugaskan tim Polres atau kita
ditugaskan tim Polres? Apakah kalimat itu menyaran pada bentuk: Untuk itu, kita menugaskan tim
Polres ke Tiwu Kondo pada kesempatan
pertama ataukah Untuk itu, kita ditugaskan tim Polres ke Tiwu Kondo pada kesempatan pertama? Kalimat (c*) dapat membingungkan pembaca.
Pertanyaannya, manakah predikat dalam kalimat tersebut. Menugasi? Atau
melakukan? Kebingungan ini terjadi karena kalimat ini tidak efektif.
Ketidakefektifan kalimat ini terjadi karena letak keterangan tidak tepat.
Kalimat ini harus ditata lagi agar efektif menjadi: Kami menugasi camat Elar dan lurah Tiwu Kondo untuk melakukan pengecekan.
Kita akhirnya menemukan bentuk kalimat yang baku dan efektif
seperti kalimat (a), (b), dan (c) berikut ini:
(a) Camat Elar dan lurah Tiwu Kondo ditugasi (Kapolres) untuk
mengecek (sesuatu). Bentuk aktifnya menjadi: (Kapolres) menugasi camat Elar dan
lurah Tiwu Kondo untuk mengecek sesuatu.
(b) Untuk itu, pada kesempatan pertama, kita menugaskan tim
Polres ke Tiwu Kondo atau Untuk itu pada
kesempatan pertama, kita ditugaskan tim Polres ke Tiwu Kondo.
(c) Kita menugasi camat Elar
dan lurah Tiwu Kondo untuk melakukan pengecekan.
Setelah membetulkan seperti ini, barulah
kita melihat ketepatan pemakaian afiks me-/-kan dan me-/i pada
kalimat-kalimat itu. Bentuk me-/-i (menugasi) pada kalimat (a) dan
(c) jika dikaitkan dengan makna, maka yang paling mungkin adalah menyatakan
intensitas atau kesungguhan. Jika bentuk itu dilihat dalam konteks semantik
maka dua kalimat itu menyaran pada makna ‘melakukan sesuatu perbuatan sebagai’.
Makna ‘melakukan sesutau sebagai’ lebih tepat untuk afiks me-/-kan. Jadi
menugaskan berarti melakukan dan menjadikan sesuatu itu sebagai tugas.
Dengan demikian, bentuk ditugasi (pasif) dan menugasi (aktif) pada kalimat di
atas lebih tepat diganti dengan kata ditugaskan (pasif) dan menugaskan (aktif).
Sebagai analogi yang memudahkan kita
memahami uraian tentang penggunaan me-/-kan dan me-/-i dalam
contoh kalimat (d) dan (e) berikut:
(d) Siswa Seminari Kisol melemparkan mangga di kebun.
(e) Siswa Seminari Kisol melempari mangga di kebun.
Kalimat (d) yang bergerak atau berpindah tempat adalah mangga sedangkan
pada kalimat (e) mangga tetap di tempatnya, tidak bergerak atau berpindah. Jadi
kalau Kapolres menugasi camat dan lurah itu sama artinya camat dan lurah tak
perlu melakukan sesuatu. Padahal, makna semantik kalimat itu menyarankan agar
camat atau lurah beraksi, bergerak melakukan pengecekan. Sebaliknya kalau
Kapolres menugaskan camat dan lurah itu artinya camat dan lurah yang bergerak
dan berpindah untuk mengecek para teroris di Tiwu Kondo. **
Tidak ada komentar:
Posting Komentar