39. Bides suka Dansa; Tomas suka Tomat
Judul
Rubrik Bahasa edisi ini tampak nyentrik bukan karena kita menyaksikan
seorang bidan desa (Bides) yang keranjingan berdansa atau karena seorang tokoh
masyarakat (tomas) kedapatan mencuri buah-buah tomat. Judul ini agak aneh (saya
sendiri merasa demikian) karena memang judul ini saya rumuskan dari kegamangan
media massa kita dalam berbahasa. Media kita kebanjiran akronim (akronimania).
Segalanya mau disingkatkan, mau dipendekkan tanpa mempertimbangkan benar dan
salahnya. Pokoknya asal ‘saya suka’ atau memenuhi ‘selera saya’ kalimat diringkas, dipendek, ‘disunat’,
dipotong. Tindakan memotong seperti itu tentu saja tidak ada salahnya sejauh
tetap mempertimbangkan akibatnya. Akibat yang dimaksudkan di sini, berpautan
dengan pembinaan dan dan pengembangan bahasa kita.
Gejala
akronimania ini tampaknya bertumpang-tindih dengan istilah singkatan.
Dua konsep itu sering dicampur-adukan. Orang bermaksud membuat/membentuk
singkatan tetapi yang tertulis justru akronim. Begitu juga sebaliknya, orang
bermaksud menuliskan akronim tetapi yang muncul justru bentuk singkatan. Hal
seperti ini jelas terjadi karena orang belum tahu persis hakikat singkatan dan
hakikat akronim. Dua istilah itu memiliki makna yang berbeda. Dari segi
cakupannya, singkatan itu, jauh lebih luas daripada akronim. Mengapa? Karena semua akronim dapat disebut sebagai singkatan
tetapi tidak semua singkatan (bentuk ringkas disebut akronim). Semua bentuk
seperti TVRI, MPR, ABRI, Polri, Bides, Tomas, misalnya dapat disebut sebagai
bentuk ringkas atau singkatan. Meskipun demikian, semua bentuk seperti ini
tidak dapat dikatakan sekaligus sebagai
akronim. Dari deretan bentuk singkat itu, ada yang hanya disebut
singkatan (TVRI, MPR), ada yang disebut akronim sekaligus singkatan (ABRI) dan
ada yang hanya disebut sebagai akronim (Polri, Bides, Tomas).
Buku Pedoman Umum Pembentukan Istilah (Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa terbitan Grasindo, 1993, Bab ke-5) membedakan
secara tegas pengertian dua istilah itu.
Singkatan: istilah yang tulisannya dipendekkan dengan tiga kemungkinan
(a) bentuk tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih dan dilisankan, dieja
per huruf secara lengkap (cm untuk sentimeter); (b) bentuk tulisannya
terdiri atas satu atau lebih huruf dan dilisankan huruf demi huruf (TKW untuk Tenaga
Kerja Wanita) (c) bentuk yang ringkas dengan cara melesapkan sebagian unsurnya
(lab untuk laboratorium, harian untuk surat kabar harian).
Akronim: singkatan berupa gabungan huruf awal, suku kata, atau pun gabungan
kombinasi huruf dan suku kata yang diperlakukan sebagai kata. Contoh akronim rudal
untuk peluru kendali; tilang untuk bukti pelanggaran.
Perbedaan juga dapat dilihat pada bentuk penulisannya.
Kembali pada judul nyentrik di atas, di samping
memahami perbedaan singkatan dan akronim, kita juga mau melihat bentuk mana
yang tepat, yang sepantasnya digunakan, berikut argumentasi yang mendasarinya.
Bentuk Bides, Dansa dan Tomas, Tomat
tampaknya bersaing dalam pemakaiannya
dalam media massa kita. Baik Bides maupun Dansa sama-sama menjadi bentuk
ringkas untuk (bidan desa) dengan deskripsi: manusia berjenis kelamin perempuan
yang berprofesi membantu ibu yang hendak bersalin di desa-desa. Tomas dan Tomat
juga sama-sama menjadi bentuk ringkas dari (tokoh masyarakat); manusia yang
memiliki peran penting di dalam masyarakat dan jenis kelaminnya bisa laki-laki,
bisa perempuan.
Bentuk mana yang harus kita pilih dan apa
argumentasinya? Argumentasi yang kita gunakan tentu saja harus relevan dengan
usaha atau pemerkayaan kosakata dalam bahasa Indonesia dan tidak menimbulkan
ketaklaziman (anomali) berbahasa. Itu artinya, bentuk yang kita pakai
harus menambah jumlah kosa kata baru. Jika tidak, maka kemungkinan munculnya anomali
bahasa sangat besar. Cermatilah contoh berikut
(a)
Bides yang cantik
itu berhasil membantu ibu yang kesulitan saat melahirkan.
(b)
Dansa yang cantik
itu berhasil membantu ibu yang kesulitan saat melahirkan.
(c)
Tomas yang
berpengaruh itu menghukum warga yang mencuri ayam.
(d)
Tomat yang
berpengaruh itu menghukum warga yang mencuri ayam.
Kata dansa (b) dan
tomat (d) sudah ada dalam kamus bahasa Indonesia dengan artinya masing-masing.
Juga, pemakaian kata itu dalam kalimat menimbulkan asosiasi yang aneh,
jangggal, tidak lazim (anomali). Oleh karena itu, dalam rangka
pemerkayaan kosakata bahasa Indonesia dan untuk menghindari anomali berbahasa,
bentuk Bides dan Tomas lebih tepat dipakai sebagai akronim baru. Dengan ini,
kebingungan pembaca juga diminimalisasi dan bahasa kita diperkaya. Bukan soal
apakah bidesnya suka berdansa atau tidak, bukan soal apakah tomas suka buah
tomat!**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar