25.
Salam untuk Kedua Beliaunya
Dalam kehidupan bermasyarakat, kapan dan di mana saja, selalu
ada patokan, norma yang mengatur pola tindak, pola laku, dan pola tutur warganya. Patokan perihal cara berpola tindak
itulah yang secara sosiologis disebut
norma sopan santun, tata kerama kehidupan bermasyarakat. Di sana ada
pranata-pranata sosial, struktur sosial
kemasyarakatan yang secara sosilogis ingin dan harus diperlakukan secara tepat.
Ukuran ketepatannya tidak lain adalah
norma yang dihidupi dan dinilai baik untuk suatu kehidupan yang bermutu.
Kualifikasi keberadaban dan keberbudayaan seseorang dapat ditimbang pada neraca
norma kehidupan.
Bahasa, yang konon dikategorikan sebagai salah satu pilar
penyangga keberadaan masyarakat yang berbudaya, tidak boleh dianggap remeh.
Konsep berbahasa yang baik di samping berbahasa yang benar adalah kategori
normatif karena terkait pada masalah kompetensi komunikatif dan kompetensi
linguistik. Orang dikatakan berbahasa baik jika orang menggunakan bahasa secara
baik untuk kepentingan komunikasi. Syarat suatu model komunikasi yang baik harus dipenuhi yang secara teroetis terjelma
ke dalam maksim-maksim komunikasi. Sementara, kepatuhan pada kaidah linguistik
mengharuskan pemakai bahasa untuk menggunakan bahasa benar.
Berbahasa yang baik dapat pula diukur berdasarkan status
pelibat tindak komunikasi yang diperhadapkan dengan pilihan kata atau diksi.
Ketika seseorang berbicara tentang seseorang yang statusnya lebih tinggi, ia
terpaksa harus memilih kata ganti yang
tepat. Jika hal itu tidak dilakukan, maka pembicara dinilai sebagai orang yang
tidak mematuhi kaidah sopan santun berkomunikasi. Konstruksi “Salam untuk Kedua Beliaunya” yang
menjuduli rubrik ini menampilkan contoh tindak berbahasa yang mengindahkan
norma sopan santun. Kata ‘beliau’ di sini mengindikasikan, baik penutur
maupun pendengar yang akan menjadi pembawa salam statusnya sejajar tetapi oknum
yang menjadi sasaran salam yang hendak disampaikan itu, ststusnya lebih tinggi
dan terhormat.
Mengapa statusnya lebih tinggi dan terhormat? Kita harus
merunutnya dalam konteks kebahasaan. Dalam bahasa Indonesia kita mengenal
kategori kata kata ganti orang (diri). Kata ganti ‘ia’ atau ‘dia’ sudah kita
ketahuisebagai kata ganti diri untuk orang ketiga tunggal. Bentuk jamaknya ‘mereka’. Kata ganti diri
untuk orang ketiga ini dalam bentuk yang bernuansa lebih hormat ialah beliau.
Kita dapat mengutip beberapa contoh dari surat kabar perihal pemakaian kata
‘beliau’ itu seperti terbaca pada wacana
(a) s.d. (e) berikut:
(a) DPRD dibenci rakyat karena beliau-beliau itu
menghabiskan uang ke Jakarta.
(b) Atas perkenanan kedua beliau kami boleh hidup di negeri
ini.
(c) Kedua beliau itu diperiksa Banwas karena
terlibat dalam perkara KKN.
(d) Ketua DPRD belum bisa dihubungi karena beliaunya sedang
ke Jakarta
(e) Sebagai penghargaan, beliaunya diminta untuk menyerahkan
hadiah.
Penggunaan
kata ‘beliau’ pada kelima kutipan di atas dapat dikelompokkan menjadi tiga
macam atau varian yaitu bentuk ‘beliau’yang mengalami reduplikasi (a); bentuk
‘beliau’ yang didahului kata bilangan (b, c); dan bentuk ‘beliau’ yang diimbuhi
dengan akhiran-nya. Variasi seperti ini, jelas membawa konsekuensi tertentu
terutama berpengaruh pada makna ketika kata ‘beliau’ itu dikembalikan pada
makna dasarnya sebagai bentuk hormat kata ganti orang ketiga tunggal ‘ia’ atau
‘dia’
Penggunaan bentuk
reduplikasi kata ‘beliau’ kutipan (a)
jika dikembalikan ke bentuk asalnya akan menghasilkan kalimat tidak gramatikal
ini: DPRD dibenci rakyat karena ia-ia atau dia-dia itu menghabiskan uang ke Jakarta. Penempatan kata
bilangan yang mendahului kata ‘beliau’ pada kalimat (b,c) juga membawa
konsekuensi munculnya kalimat yang tidak gramatikal. Kalau kembalikan kata
‘beliau’ itu ke makna dasar seperti pada kalimat (a) maka untuk kalimat (b,c)
menjadi: Atas perkenanan kedua ia atau dia kami boleh hidup di
negeri ini dan Kedua ia atau dia itu diperiksa Banwas karena
terlibat dalam perkara KKN.
Hal yang sama akan
terjadi kalau kalimat (c,d) dikembalikan ke bentuk dan makna dasar. Kita akan
dapati kalimat: Ketua DPRD belum bisa dihubungi karena ianya atau dianya
sedang ke Jakarta dan Sebagai penghargaan, ianya atau dianya
diminta untuk menyerahkan hadiah. Jadi, kelima contoh kalimat itu memuat
kesalahan yang kurang disadari pemakai bahasa entah karena kebiasaan atau
karena ketidaktahuan. Kita perlu
membetulkan kalimat-kalimat tersebut.
Pemakaian bentuk
reduplikasi kata ‘beliau’ sebagai bentuk hormat kata ‘ia’ atau ’dia’ seperti
kalimat (a) tidak tepat. Kalimat itu menjadi gramatikal kalau bentuk
‘beliau’ itu pengganti kata Tuan, Bapak,
Ibu dan bukan pengganti kata ‘ia’ atau ‘dia’. Dalam konteks reduplikasi yang
menyatakan jamak kata ‘ia’ dan ‘dia’ harus memakai kata ‘mereka’ yang menyatakan
jamak. Dengan demikian jika kalimat (a) acuannya Tuan, Bapak, Ibu maka kita
dapatkan kalimat DPRD dibenci rakyat
karena Tuan-tuan, (Bapak-Bapak, Ibu-ibu) itu menghabiskan uang ke Jakarta. Makna yang diungkapkan
menyatakan jamak sehingga lebih tepat diubah dengan acuan pada kata ‘mereka’. Kalimat
yang gramtikalnya menjadi: DPRD dibenci rakyat karena ‘mereka’
itu menghabiskan uang ke Jakarta.
Kata ganti pada
umumnya tidak dapat didahului kata bilangan.
Kedua mereka, seorang dia, kedua Anda, kelima kalian, terasa tidak
gramatikal. Pola yang benar bukan kedua
beliau melainkan beliau berdua, bukan kedua Anda melainkan Anda berdua, bukan
kelima kalian, melainkan kalian berlima. Dengan demikian kalimat (b,c) harus
diubah agar gramtikal menjadi Atas perkenanan beliau berdua
kami boleh hidup di negeri ini dan Beliau berdua itu
diperiksa Banwas karena terlibat dalam perkara KKN.
Pada kalimat
(d,e) kata ‘beliau’ diimbuhi akhiran -nya menjadi beliaunya. Penggunaan atau penambahan bentuk –nya
ini justru memperlemah pernyataan rasa hormat yang dipersyaratkan oleh
pemilihan kata ‘beliau’. Seperti pada dianya, akhiran -nya itu tidak
perlu ditambahkan. Dengan demikian,
kalimat (d,e) di atas harus dibetulkan menjadi Ketua DPRD belum bisa
dihubungi karena beliau sedang ke Jakarta dan Sebagai penghargaan, beliau
diminta untuk menyerahkan hadiah. Judul di atas lebih tepat diubah menjadi Salam untuk Beliau Berdua**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar