Senin, 04 Juni 2012

Wanita atau Perempuan



30. Wanita atau Perempuan

                                                                                   
Pada masa rezim Orde Baru kita mengenal adanya menteri urusan peranan Wanita. Pada masa reformasi semasa pemerintahan Gus Dur sebagai presiden kita mengenal adanya menteri pemberdayaan Perempuan. Dua kata, Wanita dan Perempuan ini, tampaknya dipakai dalam pengertian yang sama dan relatif bersaing. Belakangan, saat derasnya isu jender, kata wanita terdesak oleh kata perempuan. Untuk sebagian masyarakat bentuk mana yang dipakai tidak menjadi soal karena toh dua kata itu memiliki acuan atau referen yang sama. Tidak perlu dipersoalkan.
Bagi para pengamat bahasa, kasus pemakaian kata wanita dan perempuan, berikut proses geser-menggeser antara keduanya bermakna yang sangat  berarti karena berkaitan dengan citarasa bahasa. Penggunaan atau pemilihan salah satu   dari dua kata itu mempunyai citarasa yang berbeda. Citarasa itu hanya dapat kita ketahui dengan merunut kembali asal-usul berikut makna masing-masing kata itu.
Kata perempuan secara etimologis berasal dari kata bahasa Sansekerta pu artinya hormat, kehormatan, empu yang kemudian membentuk kata perempuan (empu dalam bahasa Jawa kuno berarti tuan, mulia, hormat). Dari kata empu ini dibentuk kata empunya  yang berarti tuannya, pemiliknya. Kata perempuan secara utuh diartikan sebagai sesuatu yang dikelilingi oleh yang bergantung kepadanya; menjadi yang terpenting. Perempuan berarti pertuanan.
Sementara itu, kata wanita juga berasal dari bahasa Sansekerta yang dibentuk dari unsur wan yang berarti ingin, ita berarti yang di (bentuk pasif). Wanita berarti sesuatu yang dingini (oleh laki-laki). Maaf boleh saya katakan menjadi objek yang selalu diingini. Kata wanita itu sendiri dalam perkembangannya melahirkan kata lain yaitu kata betina. Bentuk betina itu berasal dari bentuk wanita. Dalam bahasa dikenal adanya hukum B/W artinya dua konsonan itu dapat dipakai secara bergantian tetapi maknanya sama (bdk. bibir =wiwir, batu=watu). Wanita = banita. Lalu ada proses metatesis yaitu pergantian posisi huruf /nit/ menjadi /tin/ sehingga muncul kata batina. Kata batina kemudian terjadi pergantian vokal /a/ dengan /e/. Jadilah kata betina.
Melihat proses dan penelusuran di atas kita dapat menentukan bentuk mana yang sepantasnya dipakai. Untuk memilih kita harus mengetahui konsep ameliorasi (nilai kata dengan citarasa yang lebih baik sekarang daripada duhulu) dan konsep peyorasi (nilai kata dengan citarasa yang lebih buruk sekarang daripada dahulu). Lalu tinggal Anda pilih yang mana??? Wanita atau Perempuan. Itu hak prerogatif Anda.

2 komentar:

  1. Terima kasih pencerahannya bapak...salaam

    BalasHapus
  2. Saya dulu kalo ngomong selalu pake kata "wanita" sampe guru bahasa Indonesia pernah nerangin asal usul kata "perempuan". Nah sejak saat itu saya selalu ngomong pake kata "perempuan" karena menurut saya ini lebih menunjukkan rasa hormat sebagai sesama perempuan. Kecuali kalo saya udah marah baru saya pake kata "wanita". Tapi makasih banyak infonya, sangat menarik ^^

    BalasHapus