Selasa, 26 Juni 2012

Mempestakan; Memerotes



40. Mempestakan; Memerotes

Kalau kita termasuk orang yang berniat menambah wawasan melalui aktivitas membaca (budaya baca) dan dengan itu lebih cermat membolak-balik koran atau surat kabar, mungkin kita akan menjumpai kalimat-kalimat (a) s.d. (d) berikut ini:
(a)   Umat katolik diminta untuk tidak mempestakan Komuni Suci Pertama.
(b)   Pedagang kaki lima menduduki kantor DPR, memerotes pemindahan lokasi jual-beli.
(c)    Beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sering mengeritik pejabat yang korup.
(d)   Mahasiswa biasanya mengkontrak rumah selama mengikuti kuliah di perguruan tinggi.
Secara sepintas, mungkin kita akan menilai keempat kalimat itu bukan hanya baik ditinjau dari aspek pragmatik, proses komunikasi, tindak tutur  (speech act) tetapi juga benar ditinjau dari aspek ketaatasasan pada kaidah kebahasaan. Kalau keempat kalimat di atas dikaji dalam konteks morfologi (proses pembentukan kata) maka kita akan menemukan kesalahan proses membentuk kata yang terkandung di dalam keempat kalimat di atas.
Pada keempat kalimat di atas, kita jumpai kata mempestakan, memerotes, mengeritik, dan mengkontrak. Bentuk dasar dari kata-kata itu adalah pesta, protes, kritik, dan kontrak. Bentuk mempestakan, memerotes, mengeritik, mengkontrak secara spontan dapat ‘dianggap’ sebagai bentuk yang mengalami proses morfologis (afiksisasi). Bentuk mempestakan ‘dianggap’ sebagai bentukan dari bentuk dasar pesta dan diberi afiks (konfiks) meN-/-kan; bentuk memerotes, mengeritik, dan mengkontrak diduga sebagai bentukan dari bentuk dasar  protes, kritik, kontrak yang diberi afiks (prefiks) meN-.
Kalau kita mencermati bentuk dasar masing-masing kata tersebut, kita dapati dua bentuk atau pola yang berbeda terutama bentuk lahiriah kata (cara penulisan). Kelompok  pertama pesta dan kontrak. Kelompok kedua protes dan kritik. Proses morfologis kata pesta sama dengan kata pukul, pikul, pancing. Proses morfologis kata kontrak sama dengan kata kirim, kenal, kabar, kubur. Proses morfologis kata protes sama dengan kata praktik, prihatin, prakarsa. Proses morfologis kata kritik sama dengan kata khusus, khawatir, khayal.
Proses afiksisasi terhadap kata berpola pertama mengikuti kaidah ini: Bila imbuhan meN- atau meN-/-kan dilekatkan pada kata yang diawali konsonan /p/ dan /k/ maka imbuhannya akan mengambil variasi bentuk (alomorf) mem- dan meng-. Juga terjadi pelesepan bunyi [p] dan bunyi [k]. Pikul diberi imbuhan meN- menjadi memikul; kenal diberi imbuhan meN- menjadi mengenal. Proses morfologis bentuk kata pola kedua jelas berbeda meskipun pola itu, berkata dasar sama-sama diawali konsonan /p/ dan /k/. Apa yang membuat keduanya berbeda? Sederhana saja. Perhatikanlah bunyi yang mengikuti konsonan itu. Apakah bunyi vokal atau justru bunyi konsonan lagi? Kita temukan di sini ada konsonan yang letaknya berurutan (gugus konsonan). Gugus konsonan itu biasa disebut kluster.
Afiksasi terhadap kata dasar dengan gugus konsonan seperti itu tidak menyebabkan terjadinya proses pelesapan bunyi pada bentuk dasar meskipun kaidah nasalisasi tetap berlaku yaitu munculnya alomorf mem- untuk kata dasar bergugus konsonan awal /p/ dan meng- untuk kata dasar bergugus konsonan awal /k/.
Berdasarkan uraian seperti di atas, kita lalu menyimpulkan bahwa bentuk kata mempestakan, memerotes, mengeritik, mengkontrak pada kalimat (a) s.d. (d) di atas jelas salah. Bentuk yang benar nyata dalam kalimat (e) s.d. (h) berikut:
(e)    Umat katolik diminta untuk tidak memestakan Komuni Suci Pertama.
(f)     Pedagang kaki lima menduduki kantor DPR, memprotes pemindahan lokasi jual-beli.
(g)   Berapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sering mengkritik pejabat yang korup.
(h)   Mahasiswa biasanya mengontrak rumah selama mengikuti kuliah di perguruan tinggi.

1 komentar:

  1. terima kasih pak penjelasannya sungguh bermanfaat karena kekeliruan di atas memang membingungkan.

    BalasHapus