Selasa, 26 Juni 2012

Menugasi atau Menugaskan?



44. Menugasi atau Menugaskan?

Harian Flores Pos edisi Rabu 13 November 2002 pada headline berita terkait kasus Ustadz Zakaria tertulis beberapa kalimat antara lain:
(a)   *Camat Elar dan Lurah Tiwu Kondo Ditugasi Mengecek.
(b)   *Untuk itu kita tugaskan tim Polres  ke Tiwu Kondo pada kesempatan pertama.
(c)    *Untuk itu kita menugasi  Camat Elar dan Lurah Tiwu Kondo  melakukan pengecekan.
Jika dicermati kalimat (a), (b), dan (c) di atas, maka akan ditemukan pemakaian kata dasar ‘tugas’ yang sudah mengalami afiksisasi (pengimbuhan). Kata dasar ‘tugas’ pada kalimat (a) diberi afiks berupa konfiks di-/-i (ditugasi). Pada kalimat (b) bentuk dasar ‘tugas’ mendapat afiks berupa sufiks -kan (tugaskan). Sementara itu, pada kalimat (c) bentuk dasar ‘tugas’ mengalami afiksisasi dengan konfiks me-/-i (menugasi).
Ketiga contoh kalimat di atas dapat membingungkan pembaca karena penggunaan bentuk kata dasar ‘tugas’ yang telah mengalami afiksisasi digunakan secara tidak tepat. Kita sampai pada pertanyaan tentang bentuk mana yang harus dipakai sehingga kalimat yang dihasilkan memenuhi kaidah kebahasaan yang baku serta muatan makna semantiknya dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu, kita perlu menjelaskannya dalam kaitannya dengan kaidah afiksisasi dalam bahasa Indonesia. Dalam konteks uraian ini, perlu dijelaskan kepada kita masalah pemakaian imbuhan (afiks) baik konfiks me-/-kan,  dan me-/-i, maupun sufiks -kan, dan –i  dalam bahasa Indonesia. 
Harimurti Kridalaksana di dalam Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia (1992: 53-55) mencatat beberapa makna konfiks me-/-kan. Konfiks me-/-kan bermakna (a)kausatif (misalnya: menerbangkan, mengemukakan, merajakan, menghitamkan, melebihkan, menyatukan, membacakan, menuliskan), (b) bermakna benefaktif (membisikan, menceritakan) (c) bermakna resultatif (menghasilkan, menelurkan, membuahkan, mengawetkan, mengalengkan). Sementara itu, afiks me-/-i bermakna (a) repetitif (melempari, menanami) (b) bermakna lokatif (menuruni, menaiki, menduduki) (c) bermakna menyatakan intensitas atau kesungguhan  (membasahi, memberesi).
Mengacu pada muatan makna afiks me-/-kan dan me-/i seperti dijelaskan di atas, kita dapat memastikan makna pemakaian afiks me-/-kan dan me-/-i pada   tiga kalimat  di atas. Ketiga kalimat itu dikodifikasi dengan tanda bintang yang berarti kalimat itu belum baku atau tidak lazim. Setiap kalimat tersebut memuat kesalahan. Kalimat (a*) secara sintaksis tidak baku karena ada bagian fungsi kalimat  yang dilesapkan -dalam hal ini- fungsi objek untuk bentuk kalimat pasif atau fungsi subjek untuk bentuk kalimat aktif. Juga ada unsur keterangan (tujuan) yang dilesapkan sehingga menimbulkan kesan bahwa kata ‘mengecek’ seolah-olah menjadi objek pada kalimat tersebut.
Kalimat (a*) harus dibetulkan menjadi Camat Elar dan Lurah Tiwu Kondo Ditugasi (Kapolres) untuk mengecek (sesuatu). Kalimat (b*) juga memuat kesalahan karena pemakaian kata ‘tugaskan’ di antara kata ‘kita’ dan ‘tim Polres’ membuat kalimat itu bercorak taksa atau ambigu. Pertanyaan yang perlu dijawab: apakah  ‘kita’ sebagai subjek untuk kalimat aktif ataukah ‘kita’ sebagai objek dalam kalimat pasif? Dengan kata lain, apakah kita menugaskan tim Polres atau kita ditugaskan tim Polres? Apakah kalimat itu menyaran pada bentuk:  Untuk itu, kita menugaskan tim Polres  ke Tiwu Kondo pada kesempatan pertama ataukah Untuk itu, kita ditugaskan tim Polres  ke Tiwu Kondo pada kesempatan pertama?  Kalimat (c*) dapat membingungkan pembaca. Pertanyaannya, manakah predikat dalam kalimat tersebut. Menugasi? Atau melakukan? Kebingungan ini terjadi karena kalimat ini tidak efektif. Ketidakefektifan kalimat ini terjadi karena letak keterangan tidak tepat. Kalimat ini harus ditata lagi agar efektif menjadi: Kami menugasi  camat Elar dan lurah Tiwu Kondo untuk  melakukan pengecekan.
Kita akhirnya menemukan bentuk kalimat yang baku dan efektif seperti kalimat (a), (b), dan (c) berikut ini:
(a)   Camat Elar dan lurah Tiwu Kondo ditugasi (Kapolres) untuk mengecek (sesuatu). Bentuk aktifnya menjadi: (Kapolres) menugasi camat Elar dan lurah Tiwu Kondo untuk mengecek sesuatu.
(b)   Untuk itu, pada kesempatan pertama, kita menugaskan tim Polres  ke Tiwu Kondo atau Untuk itu pada kesempatan pertama, kita ditugaskan tim Polres ke Tiwu Kondo.
(c)    Kita menugasi  camat Elar dan lurah Tiwu Kondo untuk melakukan pengecekan.
Setelah membetulkan seperti ini, barulah kita melihat ketepatan pemakaian afiks me-/-kan dan me-/i pada kalimat-kalimat itu. Bentuk me-/-i (menugasi) pada kalimat (a) dan (c) jika dikaitkan dengan makna, maka yang paling mungkin adalah menyatakan intensitas atau kesungguhan. Jika bentuk itu dilihat dalam konteks semantik maka dua kalimat itu menyaran pada makna ‘melakukan sesuatu perbuatan sebagai’. Makna ‘melakukan sesutau sebagai’ lebih tepat untuk afiks me-/-kan. Jadi menugaskan berarti melakukan dan menjadikan sesuatu itu sebagai tugas. Dengan demikian, bentuk ditugasi (pasif) dan menugasi (aktif) pada kalimat di atas lebih tepat diganti dengan kata ditugaskan (pasif) dan menugaskan (aktif).
Sebagai analogi yang memudahkan kita memahami uraian tentang penggunaan me-/-kan dan me-/-i dalam contoh kalimat (d) dan (e) berikut:
(d)   Siswa Seminari Kisol melemparkan mangga di kebun.
(e)    Siswa Seminari Kisol melempari mangga di kebun.
Kalimat (d) yang bergerak atau berpindah tempat adalah mangga sedangkan pada kalimat (e) mangga tetap di tempatnya, tidak bergerak atau berpindah. Jadi kalau Kapolres menugasi camat dan lurah itu sama artinya camat dan lurah tak perlu melakukan sesuatu. Padahal, makna semantik kalimat itu menyarankan agar camat atau lurah beraksi, bergerak melakukan pengecekan. Sebaliknya kalau Kapolres menugaskan camat dan lurah itu artinya camat dan lurah yang bergerak dan berpindah untuk mengecek para teroris di Tiwu Kondo. **

Tidak ada komentar:

Posting Komentar