Selasa, 26 Juni 2012

Bides suka Dansa; Tomas suka Tomat



39. Bides suka Dansa; Tomas suka Tomat

Judul Rubrik Bahasa edisi ini tampak nyentrik bukan karena kita menyaksikan seorang bidan desa (Bides) yang keranjingan berdansa atau karena seorang tokoh masyarakat (tomas) kedapatan mencuri buah-buah tomat. Judul ini agak aneh (saya sendiri merasa demikian) karena memang judul ini saya rumuskan dari kegamangan media massa kita dalam berbahasa. Media kita kebanjiran akronim (akronimania). Segalanya mau disingkatkan, mau dipendekkan tanpa mempertimbangkan benar dan salahnya. Pokoknya asal ‘saya suka’ atau memenuhi ‘selera saya’  kalimat diringkas, dipendek, ‘disunat’, dipotong. Tindakan memotong seperti itu tentu saja tidak ada salahnya sejauh tetap mempertimbangkan akibatnya. Akibat yang dimaksudkan di sini, berpautan dengan pembinaan dan dan pengembangan bahasa kita.
Gejala akronimania ini tampaknya bertumpang-tindih dengan istilah singkatan. Dua konsep itu sering dicampur-adukan. Orang bermaksud membuat/membentuk singkatan tetapi yang tertulis justru akronim. Begitu juga sebaliknya, orang bermaksud menuliskan akronim tetapi yang muncul justru bentuk singkatan. Hal seperti ini jelas terjadi karena orang belum tahu persis hakikat singkatan dan hakikat akronim. Dua istilah itu memiliki makna yang berbeda. Dari segi cakupannya, singkatan itu, jauh lebih luas daripada akronim. Mengapa? Karena  semua akronim dapat disebut sebagai singkatan tetapi tidak semua singkatan (bentuk ringkas disebut akronim). Semua bentuk seperti TVRI, MPR, ABRI, Polri, Bides, Tomas, misalnya dapat disebut sebagai bentuk ringkas atau singkatan. Meskipun demikian, semua bentuk seperti ini tidak dapat dikatakan sekaligus sebagai  akronim. Dari deretan bentuk singkat itu, ada yang hanya disebut singkatan (TVRI, MPR), ada yang disebut akronim sekaligus singkatan (ABRI) dan ada yang hanya disebut sebagai akronim (Polri, Bides, Tomas).
Buku Pedoman Umum Pembentukan Istilah (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa terbitan Grasindo, 1993, Bab ke-5) membedakan secara tegas pengertian dua istilah itu.  Singkatan: istilah yang tulisannya dipendekkan dengan tiga kemungkinan (a) bentuk tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih dan dilisankan, dieja per huruf secara lengkap (cm untuk sentimeter); (b) bentuk tulisannya terdiri atas satu atau lebih huruf dan dilisankan  huruf demi huruf (TKW untuk Tenaga Kerja Wanita) (c) bentuk yang ringkas dengan cara melesapkan sebagian unsurnya (lab untuk laboratorium, harian untuk surat kabar harian). Akronim: singkatan berupa gabungan huruf awal, suku kata, atau pun gabungan kombinasi huruf dan suku kata yang diperlakukan sebagai kata. Contoh akronim rudal untuk peluru kendali; tilang untuk bukti pelanggaran. Perbedaan juga dapat dilihat pada bentuk penulisannya.
Kembali pada judul nyentrik di atas, di samping memahami perbedaan singkatan dan akronim, kita juga mau melihat bentuk mana yang tepat, yang sepantasnya digunakan, berikut argumentasi yang mendasarinya. Bentuk  Bides, Dansa dan Tomas, Tomat tampaknya bersaing dalam pemakaiannya  dalam media massa kita. Baik Bides maupun Dansa sama-sama menjadi bentuk ringkas untuk (bidan desa) dengan deskripsi: manusia berjenis kelamin perempuan yang berprofesi membantu ibu yang hendak bersalin di desa-desa. Tomas dan Tomat juga sama-sama menjadi bentuk ringkas dari (tokoh masyarakat); manusia yang memiliki peran penting di dalam masyarakat dan jenis kelaminnya bisa laki-laki, bisa perempuan.
Bentuk mana yang harus kita pilih dan apa argumentasinya? Argumentasi yang kita gunakan tentu saja harus relevan dengan usaha atau pemerkayaan kosakata dalam bahasa Indonesia dan tidak menimbulkan ketaklaziman (anomali) berbahasa. Itu artinya, bentuk yang kita pakai harus menambah jumlah kosa kata baru. Jika tidak, maka kemungkinan munculnya anomali bahasa sangat besar. Cermatilah contoh berikut
(a)   Bides yang cantik itu berhasil membantu ibu yang kesulitan saat melahirkan.
(b)   Dansa yang cantik itu berhasil membantu ibu yang kesulitan saat melahirkan.
(c)    Tomas yang berpengaruh itu menghukum warga yang mencuri ayam.
(d)   Tomat yang berpengaruh itu menghukum warga yang mencuri ayam.
Kata dansa (b) dan tomat (d) sudah ada dalam kamus bahasa Indonesia dengan artinya masing-masing. Juga, pemakaian kata itu dalam kalimat menimbulkan asosiasi yang aneh, jangggal, tidak lazim (anomali). Oleh karena itu, dalam rangka pemerkayaan kosakata bahasa Indonesia dan untuk menghindari anomali berbahasa, bentuk Bides dan Tomas lebih tepat dipakai sebagai akronim baru. Dengan ini, kebingungan pembaca juga diminimalisasi dan bahasa kita diperkaya. Bukan soal apakah bidesnya suka berdansa atau tidak, bukan soal apakah tomas suka buah tomat!**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar