Minggu, 12 Januari 2014

Ringkasan Cerpen Desember 2012

1. Kota Abu-Abu

Cerpen ini mengisahkan tentang tokoh Ramos bersama Istrinya, Greta yang mendiami Kota Abu-Abu. Segala sesuatu yang ada di kota itu yang sebelum berwana-warni selalu berubah warna menjadi abu-abu. Pasutri Ramos dan Greta tidak pernah meninggalkan kota itu dan tidak mengetahui bahwa di luar tempat tinggal mereka ada warna-warni yang lain. Ramos dan Greta hanya mengetahui warna abu-abu dan belum pernah pergi meninggalkan kota.

Suatu malam pasangan Ramos dan Greta bertemu teman lama mereka, Temuji di sebuah bar di pinggiran kota. Temuji yang dahulu tekenal sebagai seorang atlet yang lincah kini menjadi orang yang bisa berkeliling ke mana saja menikmati keindahan di berbagai tempat. Dalam perjumpaan singkat di bar itu, Temuji mengisahkan pengalaman indah yang didapatkannya ketika berkeliling ke berbagai tempat yang penuh warnai-warni terutama pengalamannya mengunjung kota Hitam yang istimewa. Kota Hitam adalah tempat sakral yang hanya boleh dikunjungi oleh orang-orang tertentu. Kisah pengalaman Temuji tampaknya kuat mempengaruhi Greta, istri Ramos, untuk mengalami sendiri keindahan tempat-tempat lain di luar kota Abu-Abu yang mereka tempati. Greta dikuasai kerinduan untuk mengalami sendiri apa yang dikisahkan Temuji.

Untuk memenuhi kerinduan dan hasratnya Greta mengajak sang suami untuk sejenak meninggalkan Kota Abu-Abu dan berkeliling ke berbagai tempat seperti yang diceritakan Temuji sekadar melihat sesuatu yang berbeda. Ramos menolak ajakan Greta dan mengharapkan Greta untuk menjalani saja apa yang ada dan tidak perlu repot mencari sesuatu yang berbeda. Tekad Greta tampaknya bulat sehingga ia hanya meminta restu Ramos untuk membiarkannya pergi seorang diri ke dunia yang lain selama satu dua bulan. Greta berjanji akan pulang sebelum Ramos merindukannya walaupun bagi Ramos kerinduan pada Greta terjadi setiap hari.

Greta pergi berbekal uang seadanya dan tekad bulat. Ia menumpang kereta dan kapal laut. Setelah hampir dua tahun (18 bulan) Greta tidak kembali. Tidak ada aberita tentang keberadaan Greta.Ramor merasakan hari-harinya semakin kelabu. Ke mana-mana Ramos berjalan kaki, mengusir sendu, mengeluh bisu, ke pantai dan duduk menatap laut keabuan. Ia bingung tak tahu harus mencari Greta ke mana. Apakah Greta tersesat, diculik atau kecelakaan, menjadi pertanyaan Ramos. Ramos merasa bahwa Greta tidak kembali karena dia suka apa yang dia temui dan merasa enggan kembali kemari.”

Temuji yang sempat bertemu Ramos, menceritakan bahwa dirinya pernah bertemu Greta di atas sebuah kereta dalam perjalanan menuju kota Tropis. Ketika ditanya apakah Greta merasa bahagia, Temuji tampaknya ragu-ragu sebelum mengatakan bahwa tampaknya Greta kurang bergembira karena tidak ditemani Ramos. Meskipun demikian Greta kelihatan puas karena ia telah mengambil langkah pertama untuk keluar. Menanggapi itu, Ramos menegaskan bahwa dirinya tetap nyaman di tempatnya.. “Aku tak ada masalah dengan kota ini, Aku nyaman di sini.”





2. Seperseribu Detik Sebelum Pukul 16:00

Cerpen “Seperseribu Detik Sebelum Pukul 16.00″ bercerita tentang seorang lelaki tua dan seorang perempuan tua yang bertemu kembali setelah 60 tahun berpisah. Mereka bertemu di sebuah bandara ketika si perempuan harus menunggu untuk check-in. Dalam waktu 60 menit menjelang keberangkatan si perempuan itu keduanya harus menerjemahkan perasaan yang tertahan selama puluhan tahun. Kedua orang ini sesungguhnya saling mencintai sejak 60 tahun silam tetapi keduanya tidak pernah mengungkapkan perasaan mereka kepada satu sama lain. Walaupun tidak pernah menyampaikan perasaan masing-masing, keduanya sudah saling mengerti perasaan yang tidak tersampaikan itu. Setelah terpisah 60 tahun, perasaan itu tetap sama dan tetap ada di dalam hati mereka. Perasaan cinta itu tetap dapat tertangkap oleh hati masing-masing. Keduanya saling memberi keterangan tentang ketaksampaian perasaan yang terjadi di masa lalu mereka saat bertemu di bandara.

Perasaan masa lalu yang tersimpan sedemikan lama (60 tahun) harus diungkapkan dalam waktu yang sangat terbatas menjelang perpisahan di bandara. Ketaksampaian di masa lalu membuat mereka tak ingin berpisah lagi. Perjumpaan yang singkat di bandara itu mendekatkan mereka secara fisik tetapi waktulah yang membatasi pertemuan mereka. Sesungguhnya mereka tidak ingin berpisah dan itu dinyatakan dalam dialog di antara mereka. Perjumpaan singkat itu bagi mereka menyimpan masalahbesar berkaitan dengan waktu. Waktu telah menjadi masalah pokok bagi kedua orang ini menjadi pusat pembicaraan dalam kisah ini. “Sebetulnya mereka berdua tidak ingin melihat jam tangan masing-masing, juga tidak ingin melihat jam dinding, karena hanya akan memperlihatkan kenyataan menyakitkan… ”Aku tidak mau berpisah.” ”Aku juga.” Waktu adalah kesempatan untuk bertemu bagi lelaki tua dan perempuan tua dalam cerpen ini. Terbatas bahkan habisnya waktu membuat mereka tidak berkesempatan lagi untuk bertemu. Setelah 60 tahun terpisah jarak, mereka harus dipisahkan kembali karena waktu.





3. Tak Ada Eve di Champs-Elysees

Cerita pendek berjudul Tak Ada Eve di Champs-Elysees ini menampilkan dua tokoh utama yaitu Gabriel dan Nicole dengan seting musim gugur di Paris, Prancis. Nocole adalah seorang perancang busana. Pada bagian akhir cerita, pembaca dapat mengetahui Nicole sebagai seorang transvestive melalui ucapan Gabriel sebagai suaminya. Identitas Nocole sebagai transvertive tampaknya terpaksa dibuka Gabriel saat ia memarahi Nocole yang terus mendesak Gabrile untuk mengabulkan keinginannya mengadopsi bayi bernama Edgard.

Sejak awal cerita penulis menampilkan Nocole sebagai seorang yang berkerinduan kuat untuk memelihara seorang anak. Kerinduan yang sedemikian kuat digambarkan dalam bentuk permintaan bernada ancaman kepada Gabriel. Nocole mengancam akan membunuh diri jika keinginannya mengadopsi Edgard tidak dipenuhi Gabriel. Keinginan Nocole ini disampaikannya kepada Gabriel ketika berbelanaj di tempat penjual aneka parfum di Galeries Lafayette. Dengan berbagai cara Gabriel mencoba menghindar dari permintaan kekasihnya. Ia menghindar karena baginya permintaan Nocole ibarat percakapan konyol tentang bayi yang dianggapnya sebagai satwa kecil atau monster yang menjijikkan bernama Edgard. Gabriel menolak karena baginya berhadapan dengan bayi siapapun akan dirasakannya seperti berhadapan dengan hantu kecil. Gabriel tidak mengharapkan dari munculnya setan-setan kecil yang memuakan dari rahim kekasihnya.

Dengan berbagai cara pula Nicole meyakinkan Gabriel untuk secepatnya memenuhi keinginan mengadopsi Edgard. Nicole berusaha berdandan secantik-cantiknya dengan memanfaatkan kosmetik dan parfum yang dibeli di toko parfum itu. Nicole yakin tubuhnya akan terus memancarkan keharuman bagi Gabriel hanya jika Gabriel segera memberinya momongan. Di tengah lalu lalang para perempuan yang memborong tas, parfum, aneka kosmetik, Gabriel mengamanti wajah Nicole yang cantik di cermin. Dalam bayangan Gabriel kecantikan itu justru akan berubah menjadi moncong berliur, mirip babi merah menjulur-julurkan lidah dan menetes-neteskan lendir kental jika Nicole memiliki bayi.

Gabriel merasa tersiksa selama berada di dalam tempat penjualan parfum. Penciumannya terkepung oleh aroma Bvlgari, Dior, dan Estée Lauder, Nina Ricci, Yves Saint Laurent, Kenzo, dan Gucci. Dalam kepungan aneka wewangian, Gabriel justru pusing dan mual. Galeries Lafayette kian memusingkan kepala dan memualkan perut. Untuk itu Gabriel mengajak Nocole membicarakan semuanya di Cafe du Rendez-vous ya.” Harapan Gabriel di sana Nocole akan asyik dengan pensil dan rancangan-rancangan terbaru pakaian panggung seksi untuk para penari Lido di Champs-Elysées, sedangkan Gabriel memikirkan rancangan pengembangkan apartemen dan hotel kecil keluarga di Rue Didot. Nicole punya pilihan lain tidak berminat ke kafe dan ingin pulang secepatnya.

Gabriel menduga persoalan Edgard selesai malam itu. Rupa-rupanya Nicole masih terus menjeratnya dengan persoalan pengadopsian Edgard saat peluncuran rancangan kostum terbaru Nicole dalam pertunjukan kabaret erotis di Lido. Sekali lagi Nicole meminta Gabriel untuk segera menandatangani pengadopsian Edgard. Gabriel tidak bisa menahan kemarahan karena Nicole membicarakan Edgard pada saat dan tempat yang salah. Tanpa sadar Gabriel membuka rahasia Nocole sebagai transvestive,yang memang tidak mungkin hamil. Karena itu bagi Gabriel seharusnya Nocole tidak perlu ngotot punya bayi, menghadirkan setan busuk dalam kehidupan mereka. Bagi Gabriel, Nicole saja sudah cukup. Tidak perlu ada manusia lain di rumah mereka.

Menanggapai permintaan Nicole yang terkahir Gabriel segera meninggalkan Nicole. Ia tinggalkan keriuhan Champs-Elysées menuju apartemen Rue Didot. Hujan badai mehanan laju mobilnya. Gabriel merasakan mobil bertambah berat seakan-akan ada puluhan bayi yang menangis serempak mengisi mobilnya. Saat itu Gabriel merasa ibarat Adam yang ketakutan tanpa kehadiran Eve.





4. Juru Gambar Resume

Tokoh aku yang menjadi juru gambar sebelumnya merupakan awak kapal yang telah berkeliling ke berbagai kawasan seperti: Benggala, Ceylon, Madras, Malabar di India, Bantam. Setelah sekian lama menjadi awak kapal dengan tugas pokok juru gambar ia memutuskan untuk kembali ke kampung halamanya di kota Barus, Sumatra. Untuk mempertahankan hidup tokoh aku berusaha memanfaatka kemampuan menggambar yang telah dilakukannya sebagai awak kapal. Dengan gigih tokoh aku berjuang menggunakan bahan-bahan lokal yang sederhana sebagai bahan dan alat untuk melukis.

Salah satu keunikan tokoh aku dalam menggambar adalah selalu menggambar diawali dengan gambar mata yang berawal dari dua titik. Pola gambar dua mata itu biasanya berbentuk buah kenari dengan posisi vertikal ibarat buah kenari yang masih tergantung di dahannya. Semula ia menggambar dengan lancar tetapi kemudian mengalami kesulitan untuk meneruskan gambarnya. Sehari, dua hari bahkan sampai seminggu sang aku tam mampu menyempurnakan gambarnya. Aku kemudian menyadari bahwa menggambar mata berbentuk buah kenari dengan posisi harizontal bukanlah kebiasaannya. Itulah sebabnya ia gagal menyelesaikan gambarnya karena ia mengubah bentuk gambar yang vertikal menjadi horizontal.

Setelah sepekan tokoh aku gagal menyelesaikan gambar yang telah dircacangnya akhirnya ia berusaha mengingat kembali apa yang pernah dialaminya ketika dirinya berlindung di salah satu tempat ibadat di Midras. Si Aku tidak meneruskan gambarnya yang gagal karena ia mengubah kebiasaannya dari pola vertikal menjadi horizontal.

Si aku beralih. Pengalaman selama sepekan berada di trumah ibadat Midras memberi inspirasi kepadanya untuk memulai menggambar lagi dalam rangka mempertahankan hidupnya. Dari diksi yang digunakan jelas sekali rumah ibadat itu merujuk pada gedung gereja katolik dalamnya ia menyaksikan ikon yaitu sebuah gambar berwarna keemasan, dengan figur seorang perempuan dan seorang anak kecil dalam gendongannya.

Bagi tokoh aku tempat itu menjadi tempat penting karena di tempat itulah ia bisa berteduh selama seminggu setelah ia ketidaan uang untuk mempertahankan hidupnya setelah dompetnya dicuri orang. Di tempat ibadat itulah tokoh aku mengalami pertolongan yang luar biasa sekaligus mendapatkan banyak pengetahuan dari penjaga rumah ibadat. Kepadanya dijelaskan tentang tentang ikon yang kukagumi dan gambar Mandylion yang bukan digambar oleh tangan manusia. Gambar pada sebuah kain wajah penuh kelembutan pada orang yang berhadapan dengan-Nya.

Pengalaman berada di di rumah ibadat dengan ikon bAku mulai rmakna itu membuat tokoh aku akhirnya menggoreskan gambar seorang perempuan dengan anak laki-laki di gendongannya itu. Lagi-lagi, tokoh aku memulainya dengan menggambarkan mata. Kali ini, dua pasang mata. Mata perempuan itu, dan mata anak lelaki yang ada di gendongannya. Sejak saat itu, aku menjadi pelukis ikon di pinggiran kota Fansur, wilayah pelabuhan Barus, tanah kelahiranku.





5. Angin Kita

Dua tokoh dalam cerpen ini adalah kau dan aku. Pada akhir cerita pembaca dapat mengetahui bahwa tokoh kau dan aku ini merujuk pada Enzo dan Ilan. Keduanya bersahabat karena mereka belajar di sekolah yang sama. Setamat SMA keduanya berpisah. Ketika akan berpisah keduanya berbicara tentang rencana masa depan masing-masing. Enzo bercita-cita menjadi Angin dan niatnya ini dilatarbelakakngi pengalaman semasa kecilnya. Pada usia lima tahun Enzo terkesan menyaksikan warga kampungnya sibuk menyiapkan segala sesuatu menyosong kedatangan Angin. Semasa kecil Enzo mendengarkan kisah nenenknya tentang kedatangan Angin yang rutin setiap 10 tahun. Semula angin dimaksudkan merujuk pada zat tetapi kemudian Angin mengacu pada seseorang atau menjadi nama seseorang dalam cerpen ini.

Angin adalah nama tokoh yang dipilih pengarang dalam cerpen ini. Kedatangan tokoh Angin untuk suatu masyarakat dengan latar tempat Sulawesi menjadi kedatangan yang selalu ditunggu-tunggu. Alasannya Angin hanya datang setiap sepuluh tahun dan kedatangnnya membawa pengaruh yang menggerakkan segala sesuatu. Tokoh Angin kemudian menjadi idola untuk seorang tokoh kamu yang diangkat di dalam cerpen. Angin dipandang berkekuatan kharismatis yang membuat tokoh kamu yang saat itu masih berusia 5 tahun terpikat untuk menjadi seperti si Angin. Perkenalan pertama tokoh kamu dengan Angin itulah yang kemudian mengantarkan tokoh kamu pada keinginan untuk menjadi Angin.

Angin itu digambarkan berpenampilan keren, memukau, bersosok tinggi, gagah berpakaian rapih, seluruh penduduk desa bergantian mencium tangannya. Senyum Angin menyejukkan siapa pun yang memandangnya. Apalagi ketika menyentuhnya, bahkan saat menyentuh pakaiannya sekalipun. Pertemuan dengan si Angin meninggalkan jejak kenangan bertahun-tahun terlbih lagi ketika Angin mulai memilih perawan tercantik di kampung. Keinginan tokoh kamu menjadi Angin makin bertambah ketika ia mendengar perempuan yang dipilih Angin tidak bisa melahirkan keturunan yang akan menjadi mencari penerusnya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar