Kamis, 06 September 2012

MASALAH PENELITIAN



           


           
“Aku datang - entah dari mana,
aku ini - entah siapa,
aku pergi - entah ke mana,
aku akan mati - entah kapan,
aku heran bahwa aku gembira”.
(Martinus dari Biberach)[1].

1.Pengantar

Kutipan yang mengawali bahan diskusi ini sebenarnya bisa diringkas menjadi satu kata yaitu kata “HERAN”. Heran, mengeherani sesuatu biasanya melahirkan aneka pertanyaan tidak terbatas pada pertanyaan yang hanya terkessan sepele, sederhana tetapi juga sampai pada pertanyaan yang rumit dan mendasar. Manusia bertanya karena mengerani sesuatu dan karena ada pertanyaan orang berusaha menemukan jawabannya. Sikap mengherani lalu bertanya serta mencari jawaban seperti inilah, yang ditengarai sebagai titik awal gerakan manusia dalam mengembangkan pengetahuan. Di sini, pertanyaan adalah masalah dan masalah itu menuntut jawaban manusia.
Istilah masalah di sini kemudian muncul dan ditempatkan dalam salah satu tahap aktivitas mengembangkan pengetahuan dengan pelbagai disiplin kajiannya. Metode Penelitian Kuantitatif sebagai sebuah model kerja terkait pengembangan ilmu pengetahuan juga mengikuti tahap-tahap tertentu.  Dengan kata lain, kita mengakui adanya ilmu khusus yang mempelajari langkah dan prosedur  sebuah penelitian. Mengafirmasi keberadaan langkah dan proses yang dilalui dalam penelitian  sekaligus menegaskan bahwa Metode Penelitian Kuantitatif memiliki landasan dan kerangka epistemologis[2] seperti halnya ilmu-ilmu lain.

2. Pengertian Masalah dan Perumusan Masalah Penelitian
Kata  “masalah” yang dipadukan dengan kata penelitian di sini tidak dimaksudkan sebagai atribut yang dilekatkan pada kata penelitian seperti kata masalah yang yang dipadukan dalam rumusan masalah sosial, masalah politik, masalah pendidikan, dll. Rujukan masalah pada contoh ini bermakna lebih luas artinya segala hal yang berkaitan dengan kehidupan sosial, kehidupan politik, dunia pendidikan. Kata masalah dalam konteks “Masalah Penelitian” merujuk pada salah satu bagian, salah satu tahap dalam penelitian ilmiah dalam ilmu yang namanya Metode Penelitian Kuantitatif.
Masalah dalam konteks penelitian dapat diartikan semua faka dan fenomena kehidupan yang mengherankan dan merangsang sikap ingin tahu berupa pertanyaan yang memungkinan seseorang melakukan aksi dalam rangka  menemukan jawaban atas apa yang diherani dan memenuhi rasa ingin tahunya dengan mengikuti prosedur standar yang persyaratkan oleh bidang kajian tertentu. Kata masalah dalam konteks penelitian dapat dibatasi sebagai fakta atau fenomena yang dapat dijadikan pijakan untuk suatu aksi yang disebut penelitian. Dengan kata lain penelitian baru bisa dilakukan kalau jelas apa masalahnya.
Setiap penelitian selalu berangkat dari masalah, namun masalah yang dibawa peneliti dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif berbeda. Dalam penelitian kuantitatif, masalah yang dibawa haruslah jelas, sedangkan dalam penelitian kualitatif bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki lapangan[3]. Penelitian ini diawali dengan merumuskan masalah-masalah penelitian. Masalah penelitian ini dirumuskan secara operasional, dalam arti  konsep-konsep yang dipilih harus dapat diukur secara kuantitatif. Masalah penelitian dijawab secara teoretis dengan cara mengacu pada teori-teori yang telah ada. Berdasarkan teori-teori yang dijadikan landasaan untuk menyusun hipotesa, kemudian dibuktikan kebenarannya di dalam penelitian.
Kesadaran akan adanya masalah dan keirinduan manusia membebaskan diri dari masalah menyiratkan adanya dua kondisi yang berbeda antara apa yang dialami sebagai kenyataan ril dengan apa yang dirindukan sebagai yang ideal; kesenjangan antara kenyataan dan cita-cita; antara apa yang disebut sebagai das sein dan dan sollen.[4] Masalah penelitian dalam kaitanya dengtan topik penelitian merupakan bagian dari topik penelitian sehingga cakupannya lebih spesifik daripada topik yang lebih umum dan luas.
 Masalah penelitian dalam konteks ilmu pengetahuan harus dirumuskan secara tepat sehingga pembicaraan tentang perumusan masalah penelitian menjadi bagian yang harus menjadi perhatian peneliti. Perumusan masalah penelitian adalah upaya menyatakan secata tegas dan jelas pertanyaan-pertanyaan yang mau ditemukan jawabannya. Perumusan masalah dalam penelitian merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup persoalan yang akan diteliti berdasarkan proses pengenalan atau identifikasi masalah  dan pembatasan masalah.[5]

3. Pentingnya Perumusan Masalah
           
Jenis, tipe, dan cakupan masalah yang ditemukan dalam kehidupan  amat beragam. Hal yang sama berlaku untuk masalah yang dipilih untuk dikaji secara ilmiah dalam sebuah penelitan berkualifikasi ilmiah. Masalah yang beragam itu harus dibatasi agar peneliti dapat secara cepat dan tepat sampai pada tujuan penelitiannya. Rumusan masalah hendaknya disusun secara singkat, padat, jelas, dan dituangkan dalam bentuk kalimat tanya. Rumusan masalah yang baik akan menampakkan variabel-variabel yang diteliti, jenis atau sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut, dan subjek penelitian. Selain itu, rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empiris, dalam arti memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Tuntutan ini sesuai dengan karakteristik sebuah penelitian kuantitatif.
Masalah ibarat jantung penelitian karena penelitian hanya mungkin kalau adanya masalah. Konsekuanesinya kualitas suatu penelitian amat ditentukan oleh kecermatan dan ketepatan perumusan masalahnya. Untuk itu, beberapa hal berikut hendaknya menjadi pertimbangan peneliti dalam merumuskan masalah penelitian[6].
(1)   Masalah yang dirumuskan itu berkaitan dengan masalah yang baru agar tidak terkesan adanya duplikasi penelitan
(2)   Masalah yang diteliti itu representatif sebagai masalah sehingga membantu proses pelaksanaannya di lapangan
(3)   Masalah yang dirumuskan itu harus dapat mendorong semanagt ingin tahu yang dikaitakan dengan aktivitas intelektual
(4)   Masalah yang dirumuskan harus mempertimbangkan aspek ketersediaan data dan kecocokan  metode yang digunakan peneliti
(5)   Masalah yang dirumuskan harus mempertimbangkan waktu dan biaya.
Selaian itu, untuk mempertajam proses perumusan masalah penelitian, peneliti hendaknya mempertimbangkan beberapa pertanyaan penting  untuk menghilangkan keragu-raguan. Masalah penelitian  tersebut didefinisikan secara jelas. Sampai ke mana luas masalah yang akan dipecahkan.
(1)   Apakah masalah itu sungguh-sungguh penting untuk diteliti?
(2)   Apakah masalah yang diteliti nyata dan menarik untuk orang lain?
(3)   Apakah masalah yang dirumuskan sungguh membawa peneliti pada solusi?
(4)   Apakah formulasi hipotesis masalah yang dirumuskan  dapat diuji?
(5)   Apakah dengan perumusan masalah itu peneliti dapat menentukan sampel yang dapat digeneralisasi?
(6)   Apakah masalah itu dapat menginformasikan instrumen pengumpul data?
(7)   Apakah masalah yang diteliti memberi sumbangan bagi kehidupan praktis dan perkembangan pengetahuan?
Bertolak dari beberapa pertanyaan kritis di atas tampak jelas bahwa dalam kegiatan penelitian masalah yang terumuskan mengemban fungsi antara lain:
(1)   Masalah merupakan pijakan aktivitas penelitian
(2)   Masalah menjadi acuan dan tuntunan bagi peneliti untuk tetap fokus pada penelitiannya
(3)   Masalah yang terumuskan berimplikasi pada unsur-unsur lain dalam penelitian misalnya jenis data yang diperlukan, penentuan sampel, penentuan instrumen penelitian, dll.
(4)   Masalah membantu peneliti dalam menetapkan sumber atau subyek penelitian
Hal yang perlu lakukan peneliti dalam upaya merumuskan masalah penelitian secara baik dirumuskan Singh[7] yang mencatat sepuluh hal yang berkaitan dengan perumusan masalah penelitian yaitu (1) pengumpulan data yang berkaitan dengan masalah (2) mengamati fakta yang relevan (3) menelusuri keterkaitan antara fakta yang mungkin dapat menjadi kunci bagai masalah yang sulit (4) memberikan pelbagai kemungkinan penjelasan untuk masalah yang sulit (5) menentukan, memastikan masalah yang relevan melalui pengamatan dan analisis (6) temukan hubungan antara penjelasan yang memberi pemahaman bagi pemecahan masalah (7) temukan hubungan antara kenyataan dengan penjelasan tentang masalah (8) merumuskan pertanyaan yang dijadikan dasar analisis masalah (9) mendata hal yang tidak terkait dengan masalah penelitian (10) singkirkan semua penjelasan yang tidak relevan dengan masalah penelitian.

4. Sumber Masalah untuk Penelitian[8]

Menentukan masalah untuk suatu penelitian ilmiah bukanlah hal mudah karena menuntut tanggungjawab dan komitmen, mengorbankan waktu dan tenaga untuk suatu aktivitas ilmiah yang penting. Singh mencatat enam sumber utama yang bisa dijadikan masalah dalam penelitian  yaitu (1) pengalaman pribadi peneliti misalnya yang berkaitan dengan pendidikan dengan segala permasalahannya (2)   sumber lain terkait dengan merujuk pada  hal yang sering diteliti oleh para pengamat lain sebagaimana yang dituangkan dalam buku dan jurnal ilmiah (3) sumber ditentukan peneliti sendiri setelah melakukan pengamatan yang cermat dan intensif sesuai dengan bidang keahliannya (4)  sumber masalah berkaitan dengan inovasi baru, perkembangan teknologi, perubahan budaya (5) masalah yang sering menjadi pembicaraan para ahli dan pengalaman lapangan yang menuntut penanganan secepatnya (6) melanjutkan masalah yang ditemukan dalam penelitian sebelumnya oleh peneliti yang sama.

5. Rambu-rambu Perumusan Masalah
Ada banyak masalah yang bisa diteliti tetapi dalam konteks pengembangan ilmu pengetahuan, masalah dalam penelitian ilmiah harus memenuhi kriteria keilmuan. Perumusan masalah penelitian dikatakan baik kalau memenuhi beberapa kriteria berikut:
(1)   Perumusan masalah tidak menggunakan kata-kata yang bermakna taksa atau ambigu
(2)   Perumusan masalah singkat, lengkap agar mudah dipahami
(3)   Perumusan masalah harus mengabdi pada kepentingan praktis
(4)   Batasan dan pernyataan masalah harus didasarkan pada argumentasi ilmiah
(5)   Perumusan masalah harus dapat diuji secara ilmiah
(6)   Masalah yang termuskan bersifat khusus, jelas, terfokus,  dan merupakan pertanyaan penelitian
(7)   Masalah yang dirumuskan harus bernilai penelitian(orisinalitas) yang ditandai dengan adanya pernyataan berkaitan dengan hal yang penting, aktual, teruji secara ilmiah dan dirumuskan dalam kalimat Pertanyaan[9].
(8)   Masalah yang dirumuskan harus memiliki visibilitas yang berarti apa yang dirumuskan itu susuai dengan ketersediaan data di lapangan sehingga menjawab pertanyaan yang terformulasikan.
(9)   Masalah yang terumuskan harus sesuai dengan kualifikasi keilmuan peneliti


6. Tipe dan Karateristik Pernyataan Masalah Penelitian

Dilihat dari tujuan penelitian masalah penelitian dibedakan menjadi tiga tipe yaitu masalah penelitian eksploratif, deskriptif, dan eksplanatif. Tipe pertama mengeksplorasi fenomena sosial dan menemukan permasalahan yang baru.Tipe deskriptif menggambarkan karakter sebuah variabel, kelompok atau gejala sosial yang berlangsung dalam masyarakat. Tipe eksplantif berupaya menggabungkan beberapa fenomena, menjelaskan hubungan pola yang berbeda-beda tetapi berkaiatan satu sama lain.
Disadari, tahap memilih masalah untuk penelitian merupakan langkah yang sulit sehingga diperlukan petunjuk praktis yang menuntun peneliti dalam memilih masalah penelitian. Pernyataan tentang  Masalah  Penelitian  harus berkarakteristik mempertanyakan hubungan dua atau lebih variabel (Relationship  between Variables) (2) dinyatakan secara tegas,  jelas dalam pertanyaan yang tidak ambigu (The Problem Stated  in  Question  Form); (3) pertanyaan harus merujuk pada kemungkinan pengumpulan data atau dapat dibuktikan secara empiris (Empirical Testability);(4) bebas dari kriteria etika dan moral (Avoidance of Moral or Ethical Judgements)[10]

7. Kesimpulan

(1)   Unsur masalah dalam sebuah penelitian baik penelitian kualitatif maupun penelitian kuantitif memegang peranan penting ibarat “jantung” pada manusia yang menentukan dan mengendalikan semua aktivitas bagian tubuh lainnya.
(2)   Penelitian sebagai kerangka kerja ilmiah tunduk pada ketentuan ilmiah dan masalah dalam konteks penelitian harus ditemukan, dikumpulkan, diidentifikasi, dipilah, dipilih  dirumuskan secara tepat  agar memberi arah yang tepat kepada peneliti dalam rangka mewujudkan tujuan yang diharapkan dalam sebuah penelitian.
(3)   Pertanyaan itu masalah dan masalah itu pertanyaan. Pertanyaan menjadi bagian penting dari aktivitas ilmiah yang disebut penelitian. Karena ia penting dan berada pada tataran ilmiah maka pembicaraan tentang masalah dalam penelitian tentu bukannya sekadar bertanya.



***






SUMBER RUJUKAN
Encyclopedia of Philosophy.2003. Concise Routledge: Taylor and Francis.
Kerlinger, Fredn N. 1964.  Foundations of Behaviour Research: Educational and Psychologycal Inquiry.Holt: New York.
Martono , Nanang. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif . Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. 2000. Malang: Universitas Negeri Malang.
Singh, Yogesh Kumar. 2006. Fundamental of Research Methodology and Statistic. New Delhi: New Age International Publisher.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D  Bandung:Alfabeta
wikipedia.org/wiki/Martinus_von_Biberach diunduh 7 September 2012.


[1] Naskah asli berbahasa Jerman  Ich leb und ich waiß nit, wie lang; Ich stirb und waiß nit wann; Ich far und waiß nit, wahin Mich wundert, daß ich froelich bin atau Bahasa Inggrisnya: I live and don't know how long, I'll die and don't know when, I am going and don't know where, I wonder that I am happy.
[2] Epistemologi ialah cabang filsafat yang menyelidiki asal mula, susunan, metode-metode dan sahnya pengetahuan.. Secara etimologis, epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkat dari dua kata dalam bahasa Yunani: episteme dan logos. Episteme artinya pengetahuan; logos lazim dipakai untuk menunjukkan adanya pengetahuan sistemik. Epistemologi diartikan sebagai kajian sistematik mengenai pengetahuan. Epistemologi is one the core areas of philosophy. It is concerned with the nature, sources and limits of knowledge. There is a vast array of view about those topics, but one virtually universal presupposition is that knowledge is true belie, but not mere true belief (Concise Routledge Encyclopedia of Philosophy, Taylor and Francis, 2003)
[3] Bdk. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D . Bandung:Alfabeta. hlm. 8
[4] Nanang Martono dalam Metode Penelitian Kuantitatif  (2010, 25-28) melihat masalah dalam konteks penelitian  lebih condong pada kajian sosilogis karena  membatasi masalah itu sebagai adanya fenomena sosial yang menampikan adanya jurang antara apa yang ideal dengan kenyataan.
[5] Pengertian Pembatasan Masalah ini dapat dibandingkan dengan batasan menurut Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang berlaku di lingkungan Universitas Negeri Malang (2000) halaman 12.
[6] Bdk.Nanang Martono, op., cit. hlm. 29-30
[7] Bdk.Yogesh Kumar Singh. 2006. Fundamental of Research Methodology and Statistic. New Delhi: New Age International Publisher. Hlm.23-24. Pada bagain ini Singh menjelaskannya dalam bagian Identifikasi masalah.
[8] Ibid., loc.cit.
[9] Butir 7 sampai 9 bisa bandingkan dengan apa yang diuraikan  Fredn N.Kerlinger (1964) dalam Foundations of Behaviour Research: Educational and Psychologycal Inquiry atau bisa dibaca pada Nanang, Op.cit.hlm.32
[10] Singh, Op.Cit., hlm.29

Tidak ada komentar:

Posting Komentar