Lingua Maledicta Sicut Vipera Virus Mortiferum Promit: Bahasa Jelek Ibarat Ular Penyembur Bisa Mematikan
Minggu, 12 Januari 2014
Ringkasan Cerpen Juni 2012
1. Sepasang Mata Malaikat
Cerita Pendek Sepasang Mata Malaikat mengisahkan tentang seorang tokoh pria yang telah berkeluarga. Ia telah memiliki seorang anak bernama Noura yang berusia setahun. Pria yang telah beristri ini, pada satu kesempatan bertemu dengan seorang gadis yang telah tamat kuliah dua tahun sebelumnya. Pertemuan mereka tampaknya secara kebetulan saja di sebuah kafe. Pria yang telah beristri itu tiba-tiba datang dan duduk di sampiung si perempuan. Pria itu mengajak si perempuan bercengkerama. Sejak saat itu sang perempuan merasa terpikat dan jatuh cinta dan ingin mnejadi bagian dari dirinya.Lebih menguatkan lagi ketika sang pria mengatar si perempuan pulang ke rumahnya.
Kuatnya rasa cinta sang perempuan kepada pria itu membuatnya sering sakit jika lama tidak dikunjungi pria idamannya itu. Perempuan itu menyadari bahwa istri sah sang pria yang dicintanya telah mengetahui hubungan perselingkuhan mereka. Dia mengakui dirinya sebagai istri simpanan. Sebagai istri simpanan si perempuan merasa tidak kekurangan karena semua keperluannya pasti dipenuhi kecuali kepastian untuk menjadi suaminya. Pria itu bisa datang setiap minggu, setiap bulan bahkan setiap dua bulan. Ia datang ketika butuh, dan ia tidak pernah datang ketika si perempuan sedang membutuhkan kehadirannya.
Suatu kesempatan sang pria berada di rumah selingkuhannya dan sementara asyik tiba-tiba handphonenya berdering. Ia menerima panggilan sang istri dalam nada yang gelisah dan cemas. Ia menerima berita dalam suara yang tidak jelas bahkan terlihat disertai air mata. Istri9 mengabarkan putri mereka Naura tengah menderita demam. Buru-buru si pria itu meninggalkan selingkuhannya dan memohon pulang. Ia mendapati istrinya sedang sibut merawat anaknya yang demam. Untuk membernarkan diri sang suami mempersalahkan istri yang tidak mengerti kesibukannya lalu menunda membawa anak mereka ke dokter. Ketika sang suami menggendong Noura mata anak itu menatap wajah ayahnya. Sorotan mata Noura dirasakan sebagai sorotan api unggun yang membuat sang ayah ketakutan.
Pada kesempatan yang lain sang suami kembali membiarkan anak istrinya terlantar di rumah dan ia kembali ke tempat istri simpanannya. Ketika dihubungi istrinya ia tidak menjawab. Menjelang pagi teleponnya berdering. Seperti biasa, ia gugup dan segera berdiri di dekat jendela mendengarkan berita dari sang istri. Seperti biasa berita tentang putrinya yang masih sakit. Ia segera pulang. Dalam perjalanan pulang, ia cemas dan takut karena tidak ingin kehilangan anakku. Setiba di rumah ia semakin terkejut karena dijemput ibu mertuanya. Ia dinasihati mertua:”Kamu boleh sibuk bahkan kerja mati-matian, tapi jika karena kesibukanmu, justru anak-istrimu sakit, rasanya kesibukanmu akan membuat hidupmu hampa.”
Ketika diketahui yang sakit itu sang istri, sang sauami justru menuduhnya berbohong karena yang disampaikan kepadanya hanyalah putri mereka yang sakit. Sang suami berusaha mendekati sang istri yang tengah menggeliat kesakitan. Ia merasakan sorotan mata sang istri sama seperti sorot mata anaknya sebelumnya. Lebih dari itu mata sang istri berubah seperti nyala api unggun yang membuatnya ketakutan. Mata istrinya, terlihat seperti sepasang mata malaikat yang tak henti-henti menuduhnya bahawa dirinyanya yang sebenarnya berbohong.
2.Jack dan Bidadari
Cerpen “Jack dan Bidadari” karya Linda Christanty, menghadirkan tokoh Cerita Jack dan Bidadari. Awal cerita Jack dan Bidadari digambarkan sebagai pasangan suami istri atau keluarga yang kurang harmonis bahkan berantakan. Jack selalu menjadi sasaran cakar Bidadari. Pasangan ini digambarkan berdomisili di sebuah kota di Eropa meskipun tidak disebutkan pengarang tetapi ada indikasi ke arah itu karena dikatakannya: Di Eropa, sungai dan laut menjelma daratan es. Puluhan orang mati kedinginan. Setelah membaca lanjutan cerita pembaca bisa mengetahui bahwa Jack berpasangan dengan Bidadari setelah Jack bercerai dengan Sue istrinya. Tidak diceritakan apa yang menyebabkan Jack dan Sue bercerai. Juga tidak diceritakan apakah kehadiran Bidadari untuk Jack sebagai alasan perceraian mereka. Perkawinan Jack dan Sue melahirkan seorang putri bernama Anna yang digambarkan sudah berusia setingkat siswi SMA.
Perceraian Jack dan Sue tampaknya terjadi dan berlangsung baik-baik saja karena ada kesan perceraian mereka disertai perjanjian berkaitan dengan siapa yang bertanggungjawab memelihara dan mendidik Anna. Ada pembagian bahwa Anna dipelihara Sue, ibunya, sementara Jack boleh menjemput dan bersama Anna pada setiap akhir pekan. Bidadari yang menjadi pasangan baru untuk Jack rupanya bukanlah seorang perempuan karena jack sendiri menegaskan bahwa sang Bidadari itu secara fisik, dia laki-laki, sama seperti Jack tetapi dia merasa diri seperti perempuan.
Penamaan tokoh Bidadari dengan penggambaran fisiknya sebagai laki-laki boleh jadi sengaja dipilih pengarang untuk menghindari penggunaan kata waria (wanita pria) atau yang sering dikenal dengan sebutan gay. Perkawinan Jack dan Bidadari ini digambarkan penuh dengan masalah kekerasan. Jack selalu menjadi sasaran kekerasan Bidadari jika ada masalah di antara mereka meskipun masalahnya sederhana. Jack digambarkan sebagai tokoh yang sabar dan tidak mau membalas perbuatan dan kekerasan Bidadari terhadap dirinya. Perselisihan menjadi bagian dari kebersamaan Jack dan Bidadari. Bidadari sering mengancam meninggalkan Jack dan memabwa semua barangnya tetapi tidak lama kemudian Bidadari datang lagi dan mengatur segala barang bawaaannya ibarat menata barang di sebuah museum.
Jack yang mengalami kebingungan menghadapi Bidadari berusha mencari tempat berbagi pengalaman. Pengarang menampilkan tokoh Tom sebagai sahabat dekat Jack yang memungkinkan mereka berdiskusi tentang masalah kehidupan keluarga. Tom tampaknya cocok untuk Jack karena Tom sendiri ditampilkan sebagai seorang yang senasib dengan Jack. Tom juga telah bercerai dengan istrinya, Lizzy setelah anak mereka, Ricky berusia delapan tahun. Perihal perceraian Tom dengan Lizzy digambarkan terjadi karena Lizzy kehilangan selera ketika Tom melakukan hal-hal yang berbahaya. Dia pernah terancam hukuman mati dua kali, disandera pemberontak satu kali dan kena tembak tiga kali. Hal yang mengejutkan justru Tom berusaha menguatkan Jack dalam menghadapi sang Bidadari yang menjadi sumber masalah bagi Jack. Pada bagian akhir cerita diketahui Tom itu rupanya seorang jurnalis karena Tom digambarkan tewas tertembak di Suriyah saat melakukan wawancara.
Akhir kisah tentang Jack dan Bidadari digambarkan secara menegangkan. Ketika Bidadari pulang ke rumah ia berusaha melumpuhkan Jack dengan tembakan pistol. Untung Jack bisa menghindari tembakan pistol sang Bidadari dan dan mengajak Bidari meletakan pistolnya. Bidadarkan kepada Jack, Jack terlebih dahulu melempari Bidadari dengan pot bunga yang membuatnya terjerembab jatuh. Jack mengikat sang Bidadari itu dan meletakkannya di ruang tamu. Setelah itu Jack berkeliling kota dengan mobilnya sambil mencari kedai minuman kopi. Sambil berkeliling hingga pagi sampai warung kopi dibuka. Jack berencana akan menghubungi polisi setelah sarapan. Nasib Bidadari kemudian tidak diketahui karena di warung kopi Jack bertemu Ratih. Jack justru meminta Ratih agar menghubungi teman-temannya supaya malam bisa menonton film terbaru Almodovar yang sedang ditayangkan di bioskop. Jack siap menanggung biaya.
3. Perempuan Balian
Cerita ini menampilkan tokoh perempuan bernama Idang. Ayahnya terkenal sebagai seorang Balian dan dukun kesohor karena bisa memanggil dan mengikat orang dari tempat yang jauh. Ayah idang meninggal saat Idang berusia 12 tahun. Ibu Idang meninggal saat melahirkan Idang. Kelahiran Idang yang menyebabkan kematian ibunya dianggap sebagian orang sebagai kelahiran pembawa kemalangan hidup.
Idang kemudian dianggap gila karena sering menceritakan mimpi yang aneh-aneh. Mimpi tentang munculnya ular dan mimpi tentang ayahnya yang hadir dalam mimpi. Angapan Idang sbagai orang gila dikuatkan dengan perilakuknya yang suka memanjat pohon yang oleh masyarakat hanya pantas dilakukan laki-laki. Ia hidup di pegunungan Meratus. Tokoh Idang yang ditampilkan di dalam cerpen ini dikaitkan dengan ritus atau upacaya pengobatan orang sakit yang berlangsung di Balai Atiran.
Diceritakan bahwa ada seorang anak berusia empat tahun menderita sakit karena dimangsa makhluk yang di sebut buyu. Kekuatan serangan buyu itu menyebabkan anak itu menderita dan semakin hari kondidinya terancam. Untuk itu warga harus melakukan ritual yang sebut upacara Aruh. Aruh merupakan salah satu ritual yang menarik untuk masyarakat di Loksado yang biasanya dilaksanakan saat menjelang musim tanam, panen, serta pengobatan. Ritual Aru baik untuk memulai musim tanam, musim panen maupun untuk kesembuhan orang sakit biasanya dipimpin oleh seorang Balian, yang merupakan tokoh masyarakat setempat. Dan tokoh ini mesti seorang laki-laki, dalam struktur masyarakat setempat tidak dikenal seorang perempuan menjadi Balian. Paling tinggi jabatan seorang perempuan dalam ritual ini hanyalah sebagai pinjulang, atau pembantu Balian laki-laki.
Untuk pelaksanaan ritus Aruh dalam rangka menyembuhkan anak yang teserang buyu ini biasanya dilakanakan di Balai Atiran. Balai Atiran berupa rumah panggung yang dihuni enam keluarga. Merekalah yang menerima dan menjamu semua orang yang mengikuti ritual Aruh yang dilaksanakan di pusat balai. Para warga berdatangan dari berbabagi tempat dan untuk semua usia. Mereka datang dengan membawa hasil ladang mereka. Saat upacara dilaksanakan semua syarat harus dipenuhi termasuk pemimpin seorang laki-laki serta perlengkapan lainnya seperti kemenyan dan keris tua. Malam itu Damang Itat didaulat warga Maratus menjadi pemimpin upacara Aruh. Orang sakit ditempatkan di tengah balai. Saat ritus berlangsung mantra-mantra purba didarasakan disertai dengan gerakan seperti menari melayang-layang diiringi dengan bunyi alat musik tradisional. Semuanya dilakukan sesuai dengan aturan agar buyu aytau roh jahat yang mendiami si sakit secepatnya keluar.
Orang sakit yang menderita selama sebulan karena diserang buyu dan kini terancam kematian itu didoakan oleh para balian selama tiga hari. Semua syarat dipenuhi seperti gula, beras, ayam, bubur, kopi, menyan dipersembahkan kepada sang ilah. Roh jahat yang mendera anak itu tidak mau meninggalkannya. Kondisinya mengenaskan karena darah, air, dan dagingnya tercemar ibarat keperawanan hutan yang diserang hantu besi dan buldoser. Ayah dan ibu anak yang sakit tampaknya tak berpengahrapan lagi.
Di sela-sela gemuruh mantra tiga orang balian tiba-tiba muncul seorang perempuan muda yang mengucapkan mantra yang tidak pernah dibaca para balian mana pun sambil menghentakan gelang yang melingkari pergelangannya yang kurus. Tiga balaian laki-laki terdiam menyaksikan peremuan muda itu mengucapkan mantra yang unik. Tak seorang pun yang bisa menghentikannya. Semua menyaksikan anak yang terancam kematian itu tampak mengggeliat dan seluruh fisiknya mulai berubah, matanya mulai terbuka dan bibirnya yang kering berujar menanggil sang ayah. Anak itu sembuh dan semua orang menyerbu memeluknya sambil menangis kegembiraan. Sementara itu perempuan yang menari tersungkur tidak sadarkan diri. Semua orang bertanya siapa sebenarnya perempuan itu.
Peristiwa malam itu menjadi bahan pembicaraan warga. Semua mereka heran karena Indang perempuan gila bisa menyembuhkan anak yang terserang buyu. Orang mempersoalkan sebagai sesuatu yang menyalahi adat. Balian itu hanyalah laki-laki. Peristiwa itu dianggap akan mendatangkan bencana bagi warga pegunungan Merantus.
Penulis sebagai seorang peneliti di kawasan gunung Merantus mengakhiri cerita dengan kembali pada tugasnya sebagai seorang peneliti. Ia tidak mengtahui apa pesan ceritanya tetapi ia tahu pasti dalam waktu dekat hutan di kampung itu akan segera dibongkar sebuah perusahaan untuk mengeruk emas yang ada di pertu bumi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar