Lingua Maledicta Sicut Vipera Virus Mortiferum Promit: Bahasa Jelek Ibarat Ular Penyembur Bisa Mematikan
Minggu, 12 Januari 2014
Ringkasan Cerpen Juli 2012
1. Tukang Pijat Keliling
Tokoh utama dalam cerita pendek ini bernama Darko. Profesinya sebagai seorang tukang pijak memungkinkannya berkeliling dan bertemu dengan banyak orang di kampung yang sebagian besar bekerja sebagai buruh tani. Sikapnya yang sederhana, ramah, tulus, homoris, tidak membeda-bedakan dalam memberi pelayanan membuatnya disenangi dan kerjanya membawa berkat baginya. Semula warga tidak mengetahui asal usul dan tempat tinggalnya. Belakangan warga mengetahui Darko datang dari pekuburan. Ia tinggal di sebuah gubuk tempat menyimpan keranda, gentong, serta peralatan penguburan lainnya. Mengetahui ia menempati gubuk di pekuburan, banyak warga memintanya untuk nginap saja di masjid.
Darko menolak dengan alasan masjid itu tidak lama lagi akan mengalami nasib buruk, dibongkar. Memang benar apa yang dikatakan Darko karena seminggu kemudian Pak Lurah memindahkan masjid itu ke tengah pemukiman warga dengan alasan agar lebih dekat, dan agar banyak jemaat yang datang ke masjid. Alasan pemindahan masjid oleh Lurah itu ternyata karena ia ingin lahan itu dijual kepada pengusaha asing yang akan membuka usaha. Peristiwa inilah yang membuat warga percaya bahwa Darko selain berketerampilan memijat juga berkemampuan meramalkan sesuatu.
Tak mengherankan ketika ia berkeliling banyak orang datang kepadanya bukan sekadar meminta dipijat tetapi ingin mendapatkan ramalan tentang nasib kehidupan mereka. Kurit, seorang petani bawang meminta Darko meramalkan nasibnya. Darko dengan rendah hati menolak karena dia hanya bisa mijat dan tidak bisa meramal. Pada akhirnya Darko terpaksa melayani keingina Kurit yang mau mengetahui nasibnya. Darko hanya berpesan kepada Kurit agar tetap merawat pertaniannya karena rezeki akan terus membuntuti. Kurit membenarkan ucapan Darko. Bawang merah yang dipanennya lebih besar dan segar daripada hasil panen sebelumnya. Bertepatan dengan naiknya harga bawang. Dengan meluap-luap Kurit menceritakan kejelian Darko membaca nasib seseorang kepada siapa saja yang dijumpainya.
Kisah serupa juga dialami Talim karena apa yang dikatakan Darko kepadanya bahwa akan datang seorang putri kecil pembawa rezeki terbukti ketika Talim dianugerahi bayi perempuan yang sehat dari rahim sitrinya. Kemudian Surtini seorang perawan yang lama menantikan jodoh pernah diingatkan Darko bahwa masa penantiannya akan segera berakhir. Ini terbukti ketika Surtini mendapat lamaran seorang duda dari kampung tetatngga. Demikian juga Tarsip sangat bergembira karena usaha peternakan ayamnya berhasil sesuai dengan apa yang dikatakan Darko sebelumnya. Semua kisah keberhasilan ramalan Darko ini tampaknya tersiar luas di kalangan masyarakat. Pak Lurah juga merasa penasaran dan inginkan Darko bisa datang memijatnya sekaligus bisa meramalkan sesuatu bagi Pak Lurah.
Darko yang diundang ke rumah Pak Lurah diminta bantuannya untuk meramalkan angka-angka yang akan keluarga untuk nomor togel. Darko menolak permintaan Pak Lurah dan sambil menyampaikan bahwa dirinya bukan peramal melainkan tukang pijat. Pak Lurah tampaknya terus mendesaknya sehinga dengan terpaksa Darko menyebutkan saja secara acak dan jelas beberapa angka dan Pak Lurah mencatat sebagai angka untuk mengisi togel. Beberapa hari kemudian Pak Lurah merasa dipermainkan Darko karena tidak ada satu angkapun yang cocok dengan yang diumumkan pengusaha togel. Pak Lurah yang telah mengisi sedemikian banyak merasa diakali Darko. Beberapa hari setelah Darko diundang ke rumah Pak Lurah, warga tidak lagi menjumpai Darko berkeliling memjat warga. Warga mempertanyakan keberadaan Darko yang tampaknya menghilang.
Menjelang beberapa hari kemudian, warga diperintahkan Pak Lurah untuk membongkar gubuk tempat penyimpanan peralatan penguburan orang mati yang sebelumnya ditempati Darko. Lokasinya harus dipindahkan ke tengah perkampungan. Alasan Pak Lurah yang disampaikan kepada warganya hanya satu yaitu ingin memperluas area pekuburan yang semakin sempit. Ketika warga mendatangi kuburan untuk membongkar gubuk itu, mereka tidak menemukan Darko di sana. Mereka pun semakin yakin akan kemampuan Darko meramalkan apa yang akan tejadi.
2. Kabut Ibu
Cerpen ini memuat kisah tentang seorang ibu yang tampaknya mengalami pengalaman tarumatik bahkan sampai depresi mental berkaitan dengan pengalaman yang menimpa keluarganya. Penyebutan angkat tahun 1965 memberi latar waktu terjadinya tragedi yang menimpa tokoh cerita. Setting waktu kisah terjadi tahun 1965. Seorang Bapak keluarga, suatu malam, didatangi orang tak sesorang. Kedatangan orang itu tampaknya membawa hal yang tidak menguntungkan sehingga sang Ayah menyuruh sang istri dan anaknya segera mengungsi ke rumah abah (kakek). Pelarian itu melelahkan sampai akhirnya sang ibu dan anak selamat tiba di rumah kakek.
Pagi hari sang ibu raib dari rumah (kemungkinan di culik), abah bersama cucunya mencoba mencari di rumah tetapi sang abah berusaha agar sang cucu tidak mengethaui apa yang telah terjadi semalam terhadap ayas dan ibu. Abah berusaha menenangkan sang cucu ketika menyaksikan rumah porakporandah dan berlumuran darah. Sang abah berusaha menghindari pernayaan sang cucu tentang nasib ayah dan ibunya. Dengan bijaksana sang abah menjelaskan misteri kehidupan dan kematian kepada sang cucu.
Sang ibu didapati berada dalam konsdisi mengenaskan ketika dibawa ke rumah abah dan disaksikan anaknya. Tampaknya sang ibu dianiaya dan suaminya dibunuh sehingga ia mengalami tekanan jiwa sampai tidak bisa berkomunikasi. Dia menjadi seorang ibu tanpa ekspresi termasuk tidak bisa menangis. Ia menutup diri terhadap dunia luar. Dalam kondisi menutup diri terhadap dunia luar ini mata sang ibu mengeluarkan kabut setiap saat yang membuat warga sekitar menilai bahwa rumah mereka menjadi rumah setan yang jauh dari Tuhan. Pada akhir abah dan cucunya membuka paksa pintu kamar sang ibu, dan ternyata sang ibu telah raib dari kamar yang terkuci tetapi kabut terus mengepul
3. Hening di Ujung Senja
Aku didatangi sahabat lamanya Tunggul. Tunggul memberi nasihat kepada tokoh aku untuk mempertahankan tanah leluhur. Aku memahami pesan Tunggul sahabatnya dan akan menyampaikan pesan Tunggul kepada anaknya. Tak lama setelah itu Tunggul meninggal dalam usia 67 tahun. Kematian Tunggul membuat tokoh aku termenung tentang nasibnya dan mempertanyakan kapan gilirannya.
Tokoh aku dulu punya teman sekantor namanya Rendi. Rendi juga telah meninggal tetapi roh Rendi sering datang dalam mimpi tokoh aku. Semaa hidup Rendi bersama istrinya mengadu nasib di Amerika dan setelah setahun di sana, Rendi kehilangan istrinya karena menderita kanker payudara. Rendi terus berjuang sendiri mengadu nasib hingga usia senja sebelum akhirnya memutuskan untuk bercuti, kembali ke tanah air. Dari kesunyian hati itu, Rendi cuti ke tanah air, untuk mencari teman hidup pada usia senjanya. Dalam kesunyian di tanah air, ia mengembara seorang diri, dengan bus atau kereta api. Suatu senja ia mendapat serangan karena asmanya kumat. Rendi ditemukan terkulai di ruang hajat di sebuah stasiun. Petugas mencoba membuka kamar toilet dan menemukannya tidak bernyawa.
Identitas diketahui beralamat Los Angeles. Petugas stasiun menghubungi nama yang tertera di Los Angeles tetapi kemudian dari Los Angeles diminta menghubungi anaknya di Bandung. Berita terus disampaikan kepada anaknya di bandung, tetapi kebetulan sedang ke Paris. Jenazah Rendi dibawa ke rumah anaknya, dan dimakamkan kerabat dekat yang ada di kota “Y” tanpa kehadiran anaknya. Rendi meninggal secara tragis dikuburkan tanpa disaksikan anak, sahabat, dan tetangganya.
Tidak lama berselang si aku mendapat pesan singkat (sms) berisi berita tentang kematian peremuan bernama Lusiana dalam usia 61 tahun. Lusiana adalah mantan sekertaris ekskutif yang selama hidupnya terobsesi hanya mengabdi pada karier.Lusiana sampai lupa kapan ia pernah disentuh rasa cinta, sampai cinta itu pun ditampiknya. Menjelang usia senja, Lusiana menyaksikan ayah, ibu, dan abangnya meninggal satu demi satu. Ketika Lusiana sendiri meninggal tidak ada ahli waris. Kawan-kawan meratapinya, dan melepasnya dalam kesunyian hati.
Suatu ketika si aku berlibur dan menjumpai anakny a di Jakartayang bekerja siang malam tanpa batas waktu. Untuk mengatasi kepenatan Jakarta si aku bersama anaknya berlibur ke Bali. Di sana mereka menikmati keindahan alam. Panorama pantai dan keindahan pulau Bali dan perjumpaan mereka dengan begitu banyak orang dari pelbagai bangsa terasa menyenangkan. Di saat si aku menikmati semua kindahan itu datang lagi berita duka tentang kematian seorang bernama Maria. Diberitakan Maria meninggal mendadak dalam usia 72 tahun menyusul suaminya yang meninggal dalam usia 67 tahun. Maria meninggal dengan setumpuk uang asing yang diselipkan di dalam kitab sucinya. Ketika sang suami meninggal anaknya sedang berpergian ke luar negeri sehingga tidak hadir ketika penguburannya.
Mendengarkan semua berita kematian itu, si aku yang memasuki usia 70 tahun terdiam dalam keheningan bertanya pada dirinya sendiri perihal kehidupan yang dijalninya.” jejak mana yang sudah kutoreh dalam hidup ini, dan jejak-jejak apakah yang bermakna sebelum tiba giliranku?”
4. Serayu, Sepanjang Angin Akan Berembus…
Cerita pendek karya Sunggging Raga ini menggambarkan sisi kenangan sungai Serayu. Sisi kenangan itu menghadirkan tokoh sepasang kekasih . Kehadiran sepaang kekasih di tempat itu menyisakan kenangan yang tidak terlupakan antar mereka. Dikisahkan suatu senja sepasang kekasih bercengkerama tepi jembatan kereta sungai Serayu. “Aku melihat senja, lalu memikirkanmu.” Ucap seorang wanita pada kekasihnya. Keduanya duduk menjuntaikan kaki, menikmati embusan angin dan melihat kendaraan berlalu-lalang di jalan berkelok ke arah kota Purwokerto
Bagi sepasang kekasih, senja bukan sekadar sepenggalan waktu melainkan sesuatu yang memberi makna lebih. Bagi kekasih perempuan senja menjadi saat untuk memikirkan sang kekasih. Sebuah pertanyaan retoris terlontar dari mulut si perempuan. “Kamu tahu kenapa aku memikirkanmu setiap kali melihat senja?” Dia sendiri memberikan jawaban ketika pasangannya si lelaki tak memberi jawaban. Alasannya karena senja itu sama seperti diri si lelaki, pendiam, tapi menyenangkan.”
Pengarang menghadirkan kisah penuh kenangan sepasang kekasih itu dalam deskripsi yang menarik dan rinci perihal sungai Serayu, suasana Senja di tempat itu sepasang kekasih yang pernah hadir bercengkerama di jembatan itu menjelang senja menanti kereta lewat.
Perjumpaan sepasang kekasih tampaknya berkahir dengan perpisahan yang kurang menyenangkan. Di katakan bahwa pemandangan Serayu, senja, dan sepasang kekasih mungkin akan menjadi cerita yang paling dramatis. Bisa saja sepasang kekasih itu pada akhirnya akan berpisah, tapi masing-masing dari mereka tak bisa menghilangkan kenangan ketika duduk berdua di jembatan Serayu untuk melihat sesuatu yang setengah tak masuk akal. Seakan-akan mereka sedang mengabadikan cinta dalam hitungan detik terbenamnya matahari. Lalu pada suatu waktu si lelaki akan sengaja kembali ke tempat itu, duduk di sana, demi mengenang wanita itu. Meski mungkin si wanita tak kembali, sebab ia merasa tersakiti jika harus melihat senja di sungai itu lagi.
Melalui cerpen ini Sungging Raga menggambarkan kisah sepasang kekasih begitu membekas di hati . Si lelaki kemudian menjadi masinis yang selalu terkenang kekasih hatinya di masa lalu, saat melintasi sungai Serayu-sebuah sungai yang tak asing lagi bagi masyarakat Banyumas . Bahkan, untuk mengingat kenangan masa lalu sang lelaki yang kini menjadi masinis kereta berusaha untuk menghentikan kereta di tengah jembatan seperti ingin menyaksikan detik-detik teramat syahdu berlalunya senja di atas jembatan sungai Serayu masa silamnya dengan kekasihnya.
5. Tangan-Tangan Buntung
Cerpen ini bercerita tentang Presiden Nirdawat yang memimpin negara yang namanya selalu berubah-ubah sesuai dengan nama Presidennya, begitupun bendera dan lagu kebangsaanya. Sebelum Nirdawat ada beberapa nama disebut sebagai presiden dan dikaitkan dengan negara. Ada Republik Demokratik Dobol saat Dobol menjadi presiden, lalu berubah menjadi Republik Demokratik Abdul Jedul, disusul nama baru Republik Demokratik Jiglong. Bendera negara juga berubah-ubah sesuai nama negaranya. Bendera dilengkapi dengan wajah presiden yang memimpin sehingga ada bendera bergambar Dobol, Abdul Jedul, dan Jiglong. Semua perubahan itu dilakukan berdasarkan kebiasaan sebelumnya.
Dikisahkan bahwa Dobol seorang jendral kerajaan berhasil menggulingkan kekuasaan raja sehingga terbentuklah negara Republik Demokratik karena dipimpin oleh presiden, dan siapa pun berhak menjadi presiden. Sejak Dobol menjadi presiden, kebiasaan diganti dengan undang-undang dasar. Undang-Undang yang dibuat Dobol bersifat sementara sehingga kebiasaan lama yang tidak bertentangan bisa diteruskan. Dalam Undang-Undang sementara itu secara eksplisit dan tegas tercantum rumusan bahwa nama negara disesuaikan dengan nama presiden. Bendera negara pun, mau tidak mau, harus menampilkan wajah presiden. Karena dalam kebiasaan lama masa jabatan raja tidak ada batasnya, undang-undang dasar negara republik demokratik ini, pasal mengenai masa jabatan presiden pun tidak perlu dicantumkan. Dengan demikian, Dobol menjadi presiden sampai lama sekali, sampai akhirnya meninggal karena kanker otak.
Presiden pengganti Dobol, menurut undang-undang, siapa saja asal memenuhi syarat. Orang yang memenhi syarat adalah Abdul Jedul. Abdul Jedul bukan sebagai anak Dobol, tetapi sebagai warga negara biasa yang kebetulan anak presiden Dobol. Abdul Jedul menjadi Presiden Republik Demokratik Abdul Jedul. Ia mengalami nasib yang sama dengan ayahnya Dobol, menderita kanker otak. Kesetiaan pada undang-undang dasar sementara, memunhgkinkan kekuasaan presiden republik demokratik beralih kepada Jiglong. Dia dinilai memenuhi syarat untuk menjadi presiden bukan karena dia anak Presiden Republik Demokratik Abdul Jedul.
Jiglong tergolong anak manja, malas, suka foya-foya, dan suka main perempuan, dan suka berjudi karena merasa kekuasaan dan hartanya tidak mengenal batas. Setelah Jiglong merusakkan negara, otaknya juga terserang kanker yang membuatnya gila. Ia tidak bisa membedakan segala sesuatu termasuk tidak bisa membedakan laki-laki dengan perempuan. Kekuasaan Joglong berhasil digulingkan dalam kudeta tidak berdaya sampai akhirnya Jiglong diringkus di dalam penjara. Kekuasaan beralih kepada Nirdawat.
Nirdawat didaulat oleh rakyat untuk menjadi Presiden Republik Domokratik. Nirdawat sesungguhnya tidak berniat menjadi presiden tetapi karena desakan rakyat yang mengusungnya kepada MPR, dia menerima jabatan itu dan dilantik menjadi presiden. Saat pelantikan Nirdawat, ketua MPR berpidato dan menegaskan bahwa rakyat sangat merindukan pemimpin yang baik, dan pemimpin yang baik itu tidak lain dan tidak bukan adalah Nirdawat. Setelah pelantikan Nirdawat berjanji kepada dirinya: akan bekerja sebaik-baiknya, tidak keluar negeri sebelum masa jabatannya setahun dengan alasan apa pun.
Semasa kekuasaan Nirdawat ada banyak perubahan yang dilakaukan. Ia mengumumkan Dekrit Presiden, berisi tiga hal (1) nama negara diganti dengan nama baru tetapi tidak boleh diubah-ubah lagi, yaitu Republik Demokratik Nusantara (2) Bendera Republik Demokrasi Nusantara harus segera dibuat tanpa mencantumkan wajah siapa pun (3) masa jabatan presiden dibatasi paling banyak dua periode, masing-masing periode lima tahun. Untuk lagu tinggal diganti liriknya. Nama raja, Dobol, Abdul Jedul, dan Jiglong dihapus diganti dengan nama negara, yaitu Republik Demokratik Nusantara.
Pribadi Nirdawat yang sederhana, bekerja keras, tidak mementingkan diri membuat banyak pemimpin negara lain berkunjung ke Republik Demokratik untuk menemui Presiden Nirdawat sekaligus membicarakan kesepakatan kerja sama dalam perdagangan, pendidikan, kesehatan, industri, dan kebudayaan. Kunjungan para kepala negara itu pada akhirnya harus dibalas balasan biasanya memerlukan waktu tiga hari karena setiap pemimpin negara harus menunjukkan kemajuan-kemajuan dan kekurangan-kekurangan negaranya.
Berita tentang keengganan Presiden Nirdawat untuk melawat ke luar negeri muncul sebagai berita-berita besar, dan menarik perhatian hampir semua warga negara Republik Demokratik Nirdawat. Para tokoh masyarakat sekuler, tokoh agama, dan tokoh pemuda meyakinkan Nirdawat untuk memenuhi undangan kunjungan basalasan untuk kepentingan negara dan bangsa. Nirdawat terpaksa sering melawat ke luar negeri karena tugas. Dalam keterangan pers sepulangkunjungan dari beberapa negara Amerika Latin, di dalam pesawat Nirdawat menjelaskan kepada wartawan bahwa banyak negara memuji pelbagai keberhasilan dan kemajuan Republik Demokratik Nusantara yang dipimpiunannya. Menurut para wartawan ”Pujian hanyalah bunga-bunga diplomasi.”
Dari sekian banyak negara sisa satu negara yang belum dikunjungi Nirdawat. Negara itu terkenal makmur, penduduknya ramah alamnya indah dan pemimpinnya hebat-hebat. Menurut laporan dinas rahasia yang disampaikan kepada Nirdawat di negara yang makmur itu banyak pemimpinnya bertangan buntung. Ketika Nirdawat berkunjung ke negara itu ia semakin percaya dan kagum karena ternayata benar ada banyak pemimpin yang bertangan buntung. Mereka yang mencuri uang rakyat harus menerima hukuman potong tangan. Hl yang lebih mengherankan justru pemimpin berlengan buntung tetap merasa bangga.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar