Kamis, 29 November 2012

SINONIM: MASALAH KOLOKASI PEMAKAIAN DAN RELEVANSINYA BAGI KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI

-->



1. Latar Belakang
Kajian psikolinguistik menunjukkan adanya hubungan erat antara penguasaan sejumlah kosa kata seseorang dengan kreativitas dan keterampilan seseorang dalam berbahasa baik berbahsa lisan maupun berbahasa tulis (Bdk. Soenjono, 2010:161-172). Asumsi pokoknya semakin banyak jumlah kata yang dikuasa dan dimiliki seseorang semakin baik dan kreatif orang itu ketika berbicara atau menulis.  Sejumlah kosa kata yang dimiliki bisa bermacam-macam baik yang bermakna sama, mirip,  maupun yang berbeda, bahkan berlawanan. Kata-kata yang bermakna sama atau hampir sama itu dalam kajian linguistik disebut sinonim. Penguasaan kata bermakna sinonim memungkinkan seseorang dapat memproduksi ujaran (lisan) dan tulisan secara lebih kreatif dan variatif.
Kenyataan menunjukkan bahwa tuturan dan tulisan seseorang kadang-kadang tidak menarik karena, kata yang digunakan tidak lebih dari sekadar mengulang-ulang kata. Penggunaan kata yang sama bisa diduga karena pengetahuan dan perbendaharaan kosakata bermakna sinonim sangat terbatas. Hal ini akan lebih jelas terlihat ketika seseorang hendak mendeskripsikan sesuatu. Tujuan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan adalah menyampaikan informasi, gagasan, pesan, amanat kepada orang lain. Untuk mendukung tujuan tersebut, dibutuhkan kemampuan menggunakan kata-kata secara cermat. Kemampuan ini ditandai dengan adanya kreativitas mencari  dan menggunakan kata yang tepat untuk konsep tertentu dalam konteks tertentu pula.
Kreativitas berbahasa seseorang dapat dibangun melalui pemakaian kata sinonim secara tepat  karena sinonim mengemban makna asosiatif. Kata merupakan khazanah bahasa yang dapat mencerminkan kreativitas penggunanya. Kreativitas penggunaan kata di sini dibatasi pada penggunaan sinonimi dan kolokasinya. Kata-kata  bersinonim pada dasarnya memiliki nuansa makna atau makna yang hampir sama (Kentjono, 1982:79). Jika sebuah kata memiliki makna yang sama dengan kata lain, tentu keduanya bisa saling mengganti. Namun, pada kenyataannya dua atau lebih bentuk yang memiliki hubungan makna yang sama (hampir sama) tidak selalu dapat saling mengganti dalam kalimat (Two or more words with very closely related meanings are called synonyms. They can often, though not always, be substituted for each other in sentences (Yule, 1985:117). Masalah kolokasi akhirnya muncul ketika kata yang bersinonim itu dalam penggunaannya tidak secara mutlak saling menggantikan.
Kemampuan mendeskripsikan sesuatu secara  menarik menuntut penggunaan kata yang lebih khusus agar pendengar atau pembaca memahami pesan yang disampaikan melalui tuturan atau dalam bentuk tulisan. Pengetahuan yang cukup tentang kesinoniman menunjang kemampuan tersebut karena sesungguhnya kesinoniman merupakan sumber yang sangat berharga bagi setiap penulis (Ullman, 1983: 151). Merujuk pada pergeseran paradigma pembelajaran bahasa dari belajar “tentang bahasa” menjadi belajar “berbahasa”, siswa perlu mempelajari sinonim yang akan membantunya saat menulis karangan deskripsi.

2. Hakikat Sinonim
Kata sinonim terbentuk dari sin ("sama" atau "serupa") dan akar kata onim "nama" yang bermakna "sebuah kata yang dike­lompokkan dengan kata-kata lain di dalam klasifikasi yang sama berdasarkan makna umum,". Dengan perkataan lain: sinonim adalah kata-kata yang mengandung makna pusat yang sama tetapi berbeda dalam nilai rasa.  Pada umumnya sinonim diartikan sebagai ungkapan-ungkapan yang mempunyai arti sama.
Sinonimi diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang sama; atau ungkapan yang maknanya lebih kurang sama dengan ungkapan lain. Secara garis besar, kata-kata sinonim adalah kata-kata yang sama artinya. Namun, sebenarnya tidak ada dua kata yang seratus persen bersinonim. Keraf (1984:131) menegaskan bahwa antara dua kata selalu terdapat perbedaan, walaupun sedikit saja; entah perbedaan itu berupa perasaan kata saja maupun perbedaan makna dan perbedaan lingkungan yang dapat dimasukinya. Sinonimi merupakan salah satu aspek leksikal untuk mendukung kepaduan wacana (,. Sinonimi berfungsi menjalin hubungan makna yang sepadan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam wacana. Verhaar (1982:132) membedakan kesinoniman menurut taraf di mana bentuk tersebut terdapat, yaitu antarmorfem, antarkata, antarfrasa, dan antarkalimat.
Secara singkat, sinonim adalah kata-kata yang bermakna denotasi yang sama tetapi berbeda dalam konotasi. Contoh (a). pintar, pandai, cakap, cerdik, cerdas, banyak akal, mahir; (b). gagah, kuat, tegap, perkasa, berani, megah, kacak; (c). mati, meninggal, berpulang, mangkat, wafat, mampus; (d) bodoh, tolol, dungu, goblok, otak udang; (e) cantik, molek, bagus, baik, indah, permai.
Pengetahuan dan penguasaan kata sinonim tidak saja membantu seseorang dalam menyampaikan gagasan-gagasan umum tetapi juga membantu membuat pembedaan-pembedaan yang tajam dan tepat antara makna kata-kata itu dalam rangka penggunaannya untuk tindakan berbahasa. Menelaah sinonim merupakan suatu cara yang baik sekaligus menghemat waktu bagi telaah kosakata. Mem­bandingkan sinonim-sinonim membantu seseorang, pemakai bahasa melihat hubungan antara kata-kata yang bersamaan makna (Tarigan, 2009).  Selain itu, membantu menggeneralisasikan dan mengklasifikasikan kata-kata serta konsep-konsep. Sino­nim memungkinkan seseorang mengekspresikan gagasan yang sama dalam berbagai cara tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik.

3. Masalah Kolokasi Penggunaan Sinonim
Dalam praktiknya, penggunaan kata bersinonim tidak selalu mudah karena ada patokan atau kriteria yang harus dipenuhi. Salah satu hal penting terkait prinsip kolokasi pemakaiannya. Kolokasi atau sanding kata adalah asosiasi tertentu dalam menggunakan pilihan kata yang cenderung digunakan secara berdampingan. Kata-kata yang berkolokasi adalah kata-kata yang cenderung dipakai dalam satu domain atau jaringan tertentu. Pilihan leksikal seseorang untuk membentuk konstruksi kalimat, mempertimbangkan nilai rasa dan kecocokan asosiasi antara satu kata dengan kata yang berdampingan dalam kalimat. Pola kolokasi ini  disebut juga sebagai susunan beruntun  yang berkaitan dengan konsep deiksis (Kaswanti, 1984: 201-238). Asosiasi yang tetap antara kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat disebut kolokasi (collocation). Kata-kata seperti sekolah, guru, siswa, pembelajaran, pelajaran, buku, perpustakaan, kelas adalah kata-kata yang secara kolokatif dibatasi dalam domain pendidikan.  Konstruksi  ”Petani setiap hari membaca buku  di perpustakaan sekolah”  tergolong tidak kolokatif karena kata petani tidak tepat disandingkan  dengan unsur lain dalam konstruksi tersebut.
Persoalan kolokasi ini sekaligus memberi ciri sebuah kata sinonim. Ada banyak alasan yang bisa diterima mengapa bentuk sinonim itu muncul dalam praktik berbahasa. Paling kurang ada lima hal yang bisa diterima sebagai alasan kehadiran sinonim dalam praktik berbahasa yaitu (a) pasangan kata bersinonim bersumber pada dialek yang berbeda misalnya fall- dipakai di Amerika sedangkan autumn dipakai di Britania (b) sinonim muncul karena penggunaan gaya (style) berbeda misalnya makan-santap (c) sinonim muncul karena mau menampilkan makna emotif dan afektif yang berbeda misalnyakata  liberty-freedom (d) kata bersinonim memiliki keterbatasan kolokasi yang berbeda misalnya kandang-sangkar (e) kata sinonim berkemungkinan melahirkan makna yang tumpang tindih misalnya kata senang-gembira (bdk. Palmer, 1986:89-93; Rahyono, 2012:119-142).
Penggunaan sinonim yang tidak kolokatif  Anjing meninggal misalnya, tidak memenuhi tuntutan kolokasi antara kata anjing dan meninggal. Anjing lebih tepat berdampingan dengan kata mati dan manusia lebih tepat berdampingan dengan kata meninggal. Hal yang sama, meskipun makna kata-kata cantik, molek, bagus, baik, indah, permai hampir sama, atau bersinonim, dalam pemakaiannya dibatasi oleh prinsip kolokasi. Contoh:  tidak wajar mengatakan: *wanita itu indah  atau *gadis ini permai tetapi wanita itu cantik atau gadis ini molek. Ketidakwajaran penggunaan sinonim seperti ini berkaitan dengan konsep kolokasinya dalam penggunaan.

4. Upaya Mempelajari dan Mengenal  Sinonim
Dalam praktiknya, penggunaan sinonim itu tidak semudah yang dibayangkan. Hal ini tampak dalam penggunaan sinonim yang tidak memenuhi kriteria kolokasi. Ini terjadi karena  pemakaian sinonim kurang cermat dalam membuat diskriminasi atau pembedaan antara satu sinonim dengan sinonim lainnya. Diskriminasi-diskriminasi yang baik hanya akan terjadi kalau kata bersinonim itu digunakan dalam kaitannya dengan tataran linguistik lainnya terutama pada tataran sintaksis dan semantik.  Sebagai contoh, kata ”tidak” dan ”bukan” merupakan dua kata bersinonim yang secara umum berperan sebagai unsur negasi.  Dalam penggunaannya, dua kata yang berperan negasi ini sering dicampuradukkan. Untuk itu perlu pembedaan yang tegas perihal unsur yang dinegasikan kedua kata bersinonim itu.
Pembedaan akan tampak jika setiap kata yang tergolong sinonim itu dianalisis berdasarkan makna dasar dan makna tambahnnya, dilengkapi dengan contoh penggunaannya dalam kalimat. Bentuk seperti dsb., dll., dst. termasuk sinonim tetapi  sering dicampuradukkan dalam pemakaiannya. Bentuk dsb. seharusnya merupakan bentuk ringkas dari rincian sebelumnya yang sama jenis, kategori misalnya ibu membeli pisang, mangga, apel, jeruk, dsb. Bentuk dll. merupakan lanjutan dari rincian tentang barang yang tidak sejenis misalnya Andre membawa, sepatu, baju, pisang, dll. Bentuk dst. Merupakan lanjutan rincian berupa urutan misalnya satu, dua, tiga, emapt, dst. (Rampung, 2005:31-34)  

5. Penggolongan Sinonim
Sinonim dapat dikelompokkan berdasarkan asal-usul unsur pembentukkannya, proses morfologisnya; kategori kata pembentuknya, dan kemungkinan distribusi unsur-unsurnya. Berdasarkan asal unsurnya  dibedakan menjadi (1) kata asli dan kata asli (bertemu – berjumpa;  baik - bagus – indah), (2) kata asli dan kata serapan ( bunga - puspa; kusuma (Skr), (3) kata serapan dan kata serapan (kitab (Ar) - pustaka (Skr).
Dilihat berdasarkan proses morfologis sinonim dapat dibentuk dari (1) kata dasar dan kata dasar [betul – benar; dapat – bisa; musuh – lawan], (2) kata dasar dan kata  jadian [awal – permulaan; karya – karangan], (3) kata jadian dan kata jadian [ketua – pemimpin; cendekiawan - terpelajar]. Berdasarkan  kategori kata pembentuknya sinonim dibedakan (1) kata benda-kata benda [pembantu-pelayan; pegawai-karyawan], (2) kata kerja-kata kerja [melihat-mengintip], (3) kata sifat-kata sifat [senang-gembira], (4)  kata keterangan-kata keterangan [amat-sangat], (5) kata tugas-kata tugas [dengan-secara]
Selanjutnya, berdasarkan kemungkinan distribusinya sinonim dibedakan menjadi sinonim berdistribusi paradigmatik (horizontal) dan sintagmatik (vertikal). Distribusi paradigmatik memungkinkan penggantian (substitusi) suatu un­sur dalam kalimat atau frase dengan unsur lain secara menegak (vertikal).  Dengan cara ini, kata-kata bersinonim dapat diketahui bedanya. 
Berdasarkan  Nilai Rasa (Makna Emotif). Kata-kata bersinonim seperti mati - meninggal - mangkat - gugur ­tewas - mampus dapat dilihat bedanya berdasarkan nilai rasanya.  Nilai rasa yang berbeda menyebabkan perbedaan dalam kelaziman pemakaiannya (Kridalaksana, 1988).  Perhatikanlah kaliamt yang memuat kata sinonim:  mati - meninggal - mangkat - gugur - tewas – mampus
(1) Kucingnya [mati, *meninggal, *mangkat, *gugur, *tewas,*mampus] tertabrak.
(2) Nenek [meningal, ?mati, *mangkat, *gugur, *tewas,*mampus] karena sakit jantung.
(3) Raja Goa [mangkat , ?mati, ?meningal, *gugur, *tewas, *mampus] pada tahun 1950-an.
(4) Banyak tentara [gugur, ?mati, ?meninggal, *mangkat, ?tewas, *mampus] sebelum Jajak Pendapat di Timor Leste.
(5) Dalam tabrakan bus itu tercatat lima penumpang [tewas, mati, meninggal, *mangkat, * gugur, *mampus].
(6) Penjahat yang dikejar-kejar itu kedapatan sudah [mampus, ?meningal, *mangkat, *gugur, *tewas] di bawah jembatan.

6. Penggunaan Sinonim dan Kolokasinya
Tidak mudah menjelaskan penggunaan sinonim sekaligus memperlihatkan dimensi kolokatifnya berdasarkan kategori kata pembentuknya karena ada begitu banyak sinonim yang dihasilan berdasarkan kategori kata. Uraian ini hanya beusaha mengambil satu dua contoh untuk setiap kategori dengan melewati dua tahap (1) menjelaskan makna umum dan makna khusus setiap kata yang tergolong satu rumpun sinonim (2) melengkapinya dengan contoh penggunaannya dalam konstruksi kalimat. Tujuannya untuk memperlihatkan sekaligus membuktikan bahwa sinonim itu memang tidak mutlak tetapi dibatasi oleh konsep kolokasi. Berikut ditampilkan dan dianalisis penggunaan beberapa kata sininonim.

6.1  Sinonim Kata Tugas
 untuk, buat, bagi, guna
Keempat kata tugas itu dipakai untuk menyatakan hubungan tujuan.
Untuk: jika mendahului kata benda; kata ganti bertugas sebagai pengantar objek penyerta; penerima, dan jika mendahului kata kerja bertugas sebagai pengantar keterangan tujuan.
Buat:  setugas dengan kata untuk, tetapi lebih banyak dipakai dalam bahasa tutur  atau bahasa pergaulan sehari-hari.
Bagi: jika mendahului kata benda; kata ganti menunjukkan 'apa; siapa' yang memperoleh; tidak pernah jika mendahului kata kerja.
Guna:  bertugas sebagai pengantar keterangan tujuan (setugas de­ngan kata untuk); tidak pernah dipakai sebagai pengantar objek penyerta.
Contoh
(1)   Niko membeli apel [untuk, buat,*bagi,*guna] Hirman. Kata buat dapat menggantikan kata untuk, sedangkan kata *bagi dan *guna tidak.
(2)   Waduk Karangkates bermanfaat  [bagi, buat, untuk, ?guna]  petani. Kata buat dan untuk dapat menggantikan kata bagi, sedangkan kata guna terasa janggal.
(3)   Mahasiswa asing itu tinggal di Malang [untuk, guna, buat, *bagi]  mempelajari bahasa  Indonesia. Kata guna dan buat dapat menggantikan kata untuk, sedang­kan kata bagi tidak dapat.
Kalimat (1) s.d. (3) memperlihatkan kemungkinan distribusi paradigmatik. Distribusi menurut pengertian paradigmatik dapat dibedakan atas dua distribusi paralel dan dis­tribusi komplementer. Berdistribusi paralel jika penggantian dengan unsur lain itu menghasilkan bentuk baru yang gramatikal (betul). Berdistribusi komplementer jika penggantian tersebut menghasilkan bentuk baru yang ti­dak gramatikal (salah). 
Yang disebut distribusi (berdasarkan pengertian sintagmatik) ialah kemungkinan suatu unsur dalam kali­mat; frase dapat dipertukarkan tempatnya (dipermutasikan) atau dapat bergabung (berkombinasi) dengan unsur lainnya secara mendatar.  Dengan cara ini kata-kata bersinonim dapat diketahui perbedaannya.  Perhatikanlah penggunaan kata sudah - telah
(1)   Acara perpisahan sudah selesai. Kemungkinan permutasinya menjadi:  (1a) Acara perpisahan selesai sudah.
(2)   Acara perpishan telah selesai. Kemungkinan permutasinya menjadi: (2a) *Acara kita selesai telah
 Kata sudah dan telah berdistribusi sama (dapat saling menggan­tikan) jika diletakkan mendahului kata yang diterangkan [con­toh (1) dan (2)].  Kata sudah dapat terletak di belakang kata yang diterangkan, sedangkan kata telah tidak dapat [contoh (la) dan (2a)].  Jadi, kata sudah yang terletak di belakang kata yang dite­rangkan tidak dapat digantikan dengan kata telah.

Hingga-Sampai
Keduanya dipakai untuk menyatakan batas akhir waktu/tempat.
Hingga: tidak dapat diikuti oleh kata dengan atau didahului oleh kata tidak/belum/sudah.
Sampai: dapat diikuti oleh kata dengan atau didahului oleh kata tidak/belum/sudah.
(1)   Saya belajar [hingga/sampai] jauh malam.
(2)   Dari Ruteng [hingga/sampai] Ende mereka bercakap-cakap terus.
(3)   Seminar berlangsung dari tanggal 14 [*hingga/sampai] dengan  19 Agustus 2008.
(4)   Surat yang Anda kirimkan itu tidak/belum/sudah [*hingga/sampai] padanya.
Catatan: Rangkaian sampai dengan (disingkat s.d. bukan s/d) mengan­dung pengertian bahwa batas itu turut juga. Seminar berlang­sung dari tanggal 14 sampai dengan (s.d.) 19 Agustus 2008.

 Seperti - Sebagai - Sebagaimana
Ketiganya dipakai untuk menyatakan hubungan perbandingan.
 Seperti:   menyatakan relasi perbandingan yang (1) mengan­dung perumpamaan dan (2) menandai makna 'kemi­ripan'/'kesamaan'.
Sebagai    : di samping menyatakan hubungan perbandingan yang (1) mengandung perumpamaan dan (2) menan­dai makna 'kemiripan'/'kesamaan', dipakai juga un­tuk menandai makna 'berlaku sebagai'/'selaku'.
Sebagaimana : menyatakan hubungan perbandingan yang menandai makna 'kemiripan'/'kesamaan'.
(1)    [Seperti/Sebagai/*Sebagaimana] telur diujung tanduk (perumpamaan).
(2)   Saya menganggap Hadi [seperti/sebagai/?sebagaimana] kakak saya sendiri.
(3)   [*Seperti/Sebagai/*Sebagaimana] generasi penerus, para pemuda wajib mengisi kemerdekaan ini dengan bekerja keras.
(4)   [Seperti/?Sebagai/Sebagaimana] saudara-saudaranya, dia termasuk murid yang pandai.

 

Nyaris ,  Hampir

Kata hampir dan nyaris mempunyai kemiripan arti. Keduannya menyatakan hal yang dekat dengan peristiwa atau keadaan tertentu. Perbedaannya,  kata hampir bersifat netral; mungkin berkaitan dengan hal yang tidak diinginkan, mungkin pula tidak. Kata nyaris cenderung dikaitkan dengan peristiwa yang tidak diinginkan: bahaya, kecelakaan, kemalangan, dan sebagainya.
Kata hampir mengandung makna 'belum' dan mengisyaratkan bahwa peristiwa yang dimaksudkan itu selanjutnya dapat terjadi. Kalmiat  “Sepeda motor Pak Ary  hampir kehabisan bensin ketika sampai di kampus  atau  Paman datang hampir malam misalnya dapat  berarti benar-benar kehabisan bensin setelah samapi di kampus, dan paman akan sampai pada malam.
Kata nyaris tidak mengisyaratkan berlangsungnya suatu proses. Kalimat  Dua sepeda motor itu nyaris bertabarakan,  misalnya, tidak mengisyaratkan bahwa peristiwa tabrakan betul-betul terjadi sesudah itu. Dalam hal ini, kata nyaris sepadan dengan hampir saja bertabrakan tetapi tidak terjadi tabrakan.Setelah memperhatikan pengertian dan perbedaan kata nyaris dan hampir itu, diharapkan kita dapat lebih cermat dalam mempergunakannya sesuai dengan keperluan kita.

6.2 Sinonim Kata Tambahan
Jangan - Dilarang
Kedua kata ingkar itu dipakai untuk menyatakan ingkar perintah/ larangan.
Jangan : (a)     perintah ditujukan kepada orang kedua (lawan bi­cara) secara langsung; dan (b) dapat bergabung dengan kata kerja aktif berawalan me(N)- atau kata kerja pasif berawalan di-.
Dilarang : (a)  Perintah itu ditujukan kepada orang kedua (lawan bi­cara) tidak secara langsung; dan (b) tidak lazim bergabung dengan kata kerja pasif ber­awalan di-.
[Jangan/Dilarang] masuk!/merokok!
[Jangan/ *Dilarang] dibunuh, dihukum saja.
Catatan:
·         Jangan [masukkan/*memasukkan] kucing itu ke dalam kamar saya! Dalam bentuk perintah (positif atau negatif) awalan me(N)- pada kata kerja transitif lazim dihilangkan. Kalimat perintah seperti contoh (1) adalah kalimat pasif. Karena itu dapat juga dikatakan:
·         Jangan [kaumasukkan/dimasukkan] kucing itu ke dalam kamar saya!
·         Murid-murid dilarang tidak boleh merokok (rancu). Bandingkanlah dengan: Murid-murid dilarang merokok. Murid-murid tidak boleh merokok.

 Baru - Masih
Kedua kata keterangan itu dipakai untuk menunjukkan waktu ber­langsungnya suatu kejadian.
Baru:   menunjukkan awal mulainya suatu kejadian (belum lama ter­jadi).
Masih: menunjukkan suatu kejadian tetap berlangsung terus (belum berakhir).
Jangan ribut di sini, adikmu [baru/masih] tidur.(baru = sedang, lagi); (masih = sejak tadi belum bangun)
Pertandingan [baru/*masih] berlangsung 15 menit, gawang Arema kebobolan
Yang hadir [baru/*masih] beberapa orang.
Adiknya sudah rnenikah, sedangkan kakaknya [*baru/masih] membujang.
Catatan:
Apakah perkuliahan ini sudah lama berlangsung?" "Baru saja berlangsung."
"Apakah pertandingan itu sudah selesai?"   "Masih kira-kira 15 menit lagi." "Sudah. "
Kata baru dan masih dapat menyatakan aspek imperfektif, sedang kata lagi menyatakan aspek duratif.
"Mana penghapusnya?" 'Masih dicari, Pak!' Kata masih pada kalimat ini tepatnya diganti dengan sedang: "Sedang dicari, Pak!"

tidak - bukan
Keduanya dipakai untuk menyatakan ingkar (negasi). Kata  tidak biasanya bergabung (berkolokasi) dengan kata kerja atau kata sifat, Tidak berposisi mendahului kata kerja atau kata sifat. Kata bukan biasanya bergabung (berkolokasi)  dengan kata benda. Bukan: berposisinya mendahului kata benda atau yang dibendakan.
(1)   Saya tidak [merokok, sakit, *dokter].
(2)   Saya bukan [dokter, *merokok, *sakit].
(3)   Setelah diteliti, ternyata (*tidak; bukan) mobil yang menabrak Andy, melainkan becak.
(4)   Tony (tidak; *bukan) bekerja karena sakit.
(5)   Andy (*bukan; tidak)  menembak kucing, tetapi  anjing

sesuai - selaras - seirama - serasi - seimbang - setimpal
Kata-kata di atas menyatakan hubungan persesuaian.
Sesuai: sama atau tidak bertentangan; menyimpang dengan keadaan; hal;  peraturan yang sebenarnya.
Selaras; Seirama: sejalan dengan ... ; tidak berbeda dengan ....
Serasi: cocok, harmonis, berpatutan dengan ...
Seimbang : sama berat ( = setimbang dengan ... )
Setimpal   :    sepadan dengan . . . ; sebanding dengan ...
(1)   Budaya asing yang kita serap diharapkan [sesuai; selaras;  seirama; ?serasi;  *seimbang; *setimpal] dengan kepribadian kita sendiri.
(2)   Perkembangan bahasa anak [sesuai; selaras; seirama; ?serasi; ?seimbang;  *setimpal] dengan perkembangan usia.
(3)   Jaket hujan yang dipakai Ahyok sungguh [sesuai; ?selaras; ?seirama; serasi;  ; ?seimbang; ?setimpal] dengan warna kulitnya
(4)   Hasil panenan tahun ini tidak [sesuai; ?selaras; ?seirama; ?serasi ; seimbang;  ?setimpal    ] dengan biaya yang dikeluarkannya.
(5)   Perampok itu hukuman [sesuai; ?selaras; ?seirama; ?serasi seimbang setimpal] dengan perbuatannya.

6.3 Sinonim Kata Sifat
Cepat, segera ,lekas ,lancar, tangkas, gesit, terampil, deras, laju, kencang
Kata-kata   di atas mengandung utama atau bermakna denotasi  cepat.
cepat : dalam waktu singkat dapat mencapai jarak jauh (perjalan­an, gerakan, kejadian).
Segera: cepat tentang peralihan waktu, saat yang satu ke saat yang lain.
Lekas: cepat tentang pekerjaan; perbuatan; tidak berlama-lama.
Lancar: cepat tentang keadaan tanpa hambatan; cepat dan fasih berkata; berbicara.
Tangkas: cepat tentang gerakan yang sigap dan gesit.
Gesit: cepat bergerak dan cekatan.
Terampil: cepat dan cekatan mengerjakan pekerjaan.
Deras: cepat tentang aliran air, hujan.
Laju: cepat tentang gerak kapal, kendaraan, perahu, burung, pelari.
Kencang: cepat tentang gerak angin, orang -berlati, kapal; perahu.
(1)   Perundingan antara Israel Palestina itu berjalan sangat  [cepat; lancer; ?segera; ?lekas]
(2)   Kami  mengharapkan  Saudara [segera;  lekas; ?cepat; ?lancar] datang ke kantor kami.
(3)   Minumlah jamu cap Jago  ini agar sakitmu  [lekas ; ?cepat; ?segera ; *lancar] sembuh.
(4)   Meskipun baru beberapa bulan Malang, Hirman sudah dapat berbahasa Jawa dengan  [lancar; cepat; *lekas; *segera].
(5)   Dengan [tangkas;  cepat; ?terampil; * deras; *kencang] pesilat itu menangkis tendangan lawannya.
(6)   Dengan [ gisit;  cepat; tangkas; terampil] Ronaldo menggiring bola ke gawang lawan.
(7)   Pembangunan memerlukan  tenaga [terampil; * kencang; *cepat;  *deras;  *lancar].
(8)   Karena hujan  [deras ; * cepat; * kencang; *cepat;  *lancar] kota Malang kebanjiran.
(9)   Mobil  berjalan lebih [laju; cepat; *deras; ?kencang;  *lancar] daripada delman.
(10)         Angin bertiup [kencang; *cepat; *deras; *lancar; *gesit] menumbangkan pepohonan.

 Besar, raya, agung, akbar, raksasa
Kata-kata bersinonim seperti besar - raya - agung - akbar - raksasa dapat dilihat bedanya berdasarkan kelaziman pemakaiannya.  Perhati­kanlah contoh berikut ini!
(1)   Jalan [besar, raya, *agung, *akbar,*raksasa] di kota Malang sedang diperbaiki.
(2)   Kita bisa memebri barang murah di  pasar [raya, *agung, *besar, *akbar,*raksasa]
(3)   Nama jaksa [agung, *besar, *raya, *akbar,*raksasa] Soeprapto dijadikan nama jalan.
(4)   Rapat [akbar, besar, *raya, *agung, raksasa] berjalan aman dan tertib.
(5)   Tank [raksasa, besar *raya *agung *akbar] digunakan pasukan tempur Amerika.

bulat, bundar
Sebagai kata sifat, kata bulat umumnya merujuk pada sifat benda tiga dimensi (bervolume), misalnya bumi bulat, sedangkan bundar merujuk pada sifat benda dua dimensi, misalnya meja bundar. Namun demikian, kedua kata ini kadang dapat saling menggantikan. Bulat 1 berbentuk sabagi bola; 2 berbentuk lingkaran; bundar (tanpa bersudut); 3 tidak terpecah; utuh; 4 tanpa kecuali; 5 seia sekata; sepenuhnya. Bundar : berbentuk lingkaran (melengkung) dng jari-jari yg sama Dapat dilihat bahwa bulat memiliki lebih banyak makna daripada bundar. Ada beberapa makna pada bulat yang tidak dapat digantikan oleh bundar. Kita tidak dapat, misalnya, menyebut bilangan bundar, suara bundar, dan kebundaran tekad.

6.4. Sinonim Kata Bilangan
semua - seluruh - segala – segenap,  sekalian
Keempat kata ini dipakai untuk menyatakan jamak. Karena itu, kata benda yang mengikutinya tidak perlu diulang.  Kata semua, seluruh, segala, sekalian, dan segenap memiliki persamaan dan perbedaan arti. Persamaan arti menyebabkan kata itu dapat saling dipertukarkan, sedangkan perbedaan arti menyebabkan kata itu tidak dapat saling dipertukarkan.
Semua: (a) dapat berdiri sendiri; (b) dapat terletak baik di muka maupun di belakang kata yang diterangkan;  (c) menyatakan pengertian 'jumlah' benda (abstrak atau konkret) yang banyak; dan (d) dapat bergabung dengan kata benda yang mengan­dung arti 'keanekaragaman'
Seluruh: (a) tidak dapat berdiri sendiri; (b) selalu terletak di muka kata yang diterangkan; (c) menyatakan pengertian ‘keutuhan’  (d) tidak dapat bergabung dengan kata benda yang me­ngandung arti 'keanekaragaman'.
Segala: (a) tidak dapat berdiri sendiri; (b) selalu terletak di muka kata yang diterangkan; (c) menyatakan pengertian keanekaragaman  (d) selalu berga-bung dengan kata benda yang mengan­dung arti 'keanekaragaman'.
Segenap: (a)  tidak dapat berdiri sendiri; (b) selalu terletak di muka kata yang diterangkan; (c) menyatakan pengertian semua secara lengkap; sem­purna (tak ada yang terkecuali); (d)tidak dapat bergabung dengan kata yang mengan­dung arti 'keanekaragaman'
Sekalian  (a) menyatakan keserentakan. (b) hanya digunakan untuk mengacu pada orang atau manusia (c) dapat dipertukarkan dengan semua seperti pada kalimat berikut.  Sekalian orang di ruangan itu memperhatikan pembicara dapat ditukarkan kalimat Semua orang di ruangan itu memperhatikan pembicara. *Sekalian meja akan diangkut ke tempat lain,  tergolong kalimat yang tidan berterima
(1)   Anaknya lima orang dan [semua *seluruh *segala, *segenap] laki-laki.
(2)   Saudaranya [semua,*seluruh, *segala, *segenap] laki-laki.
(3)   Saudaranya laki-laki [semua, *seluruh., *segala., *segenap]
(4)   Bahasa Indonesia tersebar ke [seluruh, *semua,  *segala,  ?segenap] tanah air Indonesia.
(5)   Bhineka Tunggal Ika bertujuan mewujudkan kesatuan dalam [segala, semua ?seluruh, *segenap] aspek  kehidupan nasional.
(6)   [Semua, ?seluruh,  Segenap, *Segala]  anggota keluarga hadir dalam pesta itu.
Catatan:
Kata semua, seluruh, dan segala dapat dibubuhi akhiran -nya, se­dangkan kata segenap tidak . Kata semua dapat diikuti kata itu, sedangkan kata seluruh, segala, dan segenap tidak dapat. Kata segala dapat diikuti kata sesuatu, sedangkan kata se­mua, seluruh, dan segenap tidak . Perbedaan antara semua dan seluruh terjadi karena pemakaian kata semua menekankan jumlah yang banyak, sedangkan pemakaian kata seluruh menekankan pada satu benda yang merupakan kesatuan yang utuh.  Semua ruangan akan dibersihkan dan dicat lagi. Semua ruangan menyiratkan makna adanya beberapa ruangan. Seluruh ruangan akan dibersihkan dan dicat lagi. Seluruh ruangan di sini mengandung pengertian adanya satu ruangan yang semua bagiannya dibersihkan dan dicat lagi.

Masing-masing-Tiap-tiap (Setiap)
   Keduanya menyatakan tak tentu 
Masing-masing dapat berdiri sendiri dan dapat pula terikat dengan kata lain sebagai keterangan (kata benda/nomina) yang letaknya di belakang kata yang diterangkannya.
(1)   [Masing-masing, * Tiap-tiap] saksi TPS pilgub DKI menerima upah Rp50.000,00
(2)   Tiap-tiap (Setiap): tidak dapat berdiri sendiri, selalu terikat dengan kata yang mengikutinya.
(3)   Setelah ujian mahasiswa berlibur ke rumahnya [masing-masing, *tiap-tiap].
(4)   [?Masing-masing, Tiap-tiap (setiap)] orangtua  memberi sumbangan pendidikan.

Pemakaian kata masing-masing pada ini tidak tepat mes­kipun sudah umum dipakai dan dapat menggantikan kata tiap-­tiap.

6.5 Sinonim Kata Ganti
ialah - adalah - yaitu
Ketiganya dipakai untuk menegaskan batas atau hubungan subjek (S) dan predikat (P) dalam kalimat nominal.
Ialah : dipakai dalam kalimat nominal bersubjek orang ketiga
Adalah: dipakai dalam kalimat nominal bersubjek orang  perta­ma, kedua, atau ketiga; dan biasa dipakai dalam kalimat nominal yang berwujud definisi.
Yaitu  : pemakaian kata yaitu pada dasarnya sama dengan kata ialah; dan dipakai sebagai pengantar penjelas kata benda yang mendahuluinya.
(1)   Bahasa [ialah; adalah; yaitu] alat berkomunikasi yang paling penting bagi manusia.
(2)   Alat berkomunikasi paling penting bagi manusia[ialah; adalah; yaitu] bahasa.
(3)   Bahasa [ialah; adalah; yaitu] ekspresi pikiran dan peraraan manusia.
(4)   Penelitian ada  dua jenis [*ialah; *adalah; yaitu] kuantitatif dan kualitatif
(5)   Prinsip demokrasi [*ialah; *adalah; yaitu]  pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat.
(6)   Kita [*ialah; adalah; *yaitu]   bangsa yang ramah tamah.
(7)   Tristan [*ialah; adalah; *yaitu] mahasiswa yang kreatif.
(8)   Surabaya [ialah; adalah; yaitu]  ibu kota provinsi Jawa Timur.
Catatan:
Kata ialah, adalah, dan yaitu pada kalimat (1), (2), dan (3) dipakai untuk memperjelas hubungan S dan P sehingga merupakan keharusan. Jika tidak makna kalimat akan kabur. Kata ialah; adalah; yaitu pada kalimat Cth (1) dapat diganti dengan kata merupakan.

6.6. Sinonim Kata Kerja
menjinjing ,membimbing, menuntun, mendukung, menatang, menyandang, memikul
menggalas, memapah, mengepit, menggotong, mengusung, mengambin

Makna dasar; umum untuk semua kata sinonim ini adalah membawa.  Makna dasar (umum) bawa ini terangkum dalam makna menjinjing, membimbing, menuntun, mendukung, menatang, dsb.  Perbedaan kata-kata bersinonim seperti contoh di atas terletak pada cara melakukannya.
Menjinjing : membawa dengan satu tangan terulur ke bawah (contoh menjinjing sepatu)
Membimbing:  membawa dengan dipegang tangannya (contoh membimbing anak kecil) dengan dituntun (menuntun orang buta)
menuntun :  membawa di punggung dengan kedua belah tangan
mendukung: membawa di belakang (mendukung orang lumpuh)
menatang: membawa benda cair dengan telapak tangan (menatang minyak)
menyandang: membawa dengan tali yang disampaikan; disampirkan di bahu (menyandang senapan)
memikul: membawa di bahu dengan pikulan (memikul kayu)
menggalas: membawa barang di bahu dengan tongkat (menggalas bungkusan)
memapah: membawa orang dengan menyangga tangannya agar dapat berjalan (memapah orang sakit)
mengepit: membawa di ketiak (mengepit tas, buku, map, dsb.)
menggotong: membawa secara bersama-sama dua orang atau lebih dengan tangan (menggotong lemari, meja, balok, dsb.)
mengusung: membawa beramai-ramai di bahu (mengusung tandu, peti jenazah, dsb.)
mengambin: membawa dengan ambin (kain) (mengambin anak)

6.7. Sinonim Kata Benda

Pekerjaan, Profesi, dan Jabatan

Apa saja yang dikerjakan atau dilakukan seseorang merupakan pekerjaan. Yang dimaksudkan dengan pekerjaan disini ialah jenis perbuatan atau kegiatan untuk memperoleh imbalan atau upah. Dengan ciri makna yang demikian, pekerjaan dapat juga disebut mata pencarian atau pokok penghidupan. Dalam konteks itu, secara khusus kita mengenal pula jenis pekerjaan yang lazim disebut profesi dan jabatan.
Jenis pekerjaan yang menuntut pendidikan dan keahlian khusus disebut profesi. Yang dapat digolongkan ke dalam kategori itu, antara lain, ialah pekerjaan seorang dokter, guru, pengacara, dan peneliti. Pekerjaan pengemudi, mandor, pembantu rumah tangga tidak termasuk profesi.
Jabatan merupakan jenis pekerjaan yang berhubungan dengan struktur suatu organisasi. Direktur, kepala bidang, dan sekretaris, misalnya, merupakan jabatan. Dalam pengertian itu, dikenal pula istilah seperti jabatan fungsional, jabatan struktural, dan jabatan rangkap.

7. Masalah Sinonim Ganda
Masalah lain, yang sering tidak disadari, berkaitan dengan penggunaan sinonim ganda dalam satu-satuan konstruksi bahasa (baca kalimat). Konstruksi ganda itu misalnya penggunaan secara besama-sama dan simultan bentuk seperti: dan juga;  lagi pula, tambahan lagi, tambahan pula, hanya saja, demi untuk,  agar supaya, lalu berikut, lalu kemudian, kemudian berikutnya, pun  juga, lalu sesudah itu. Pemakaian sinonim ganda seperti itu persis berlawanan dengan hakikat lahirnya sinonim-sinonim yang mengharuskan pebahasa menentukan pilihan yang tepat.
Berikut kami turunkan beberapa contoh penggunaan sinonim ganda dalam kalimat yang kami temukan dalam pelbagai surat kabar.
(1)   Pada bulan Oktober cuaca  biasanya panas dan juga  kering
(2)   Anak itu nakal lagi pula sering bolos dari sekolah
(3)   Pencuri itu ditangkap, lalu kemudian diserahkan kepada pihak berwajib.
(4)   Anak yang berani biasanya dapat berjuang hanya seorang diri saja.
(5)   Setelah oknum itu merampok kemudian berikutnya ia membuang barang bukti.
(6)   Lalu sesudahnya polisi memblokade jurusan yang rawan kecelakaan.
(7)   Hutan harus dilindungi demi untuk menjaga kelestarian alam.

8. Relevansinya dengan Pembelajaran Menulis Deskripsi
Tulisan deskripsi  akan menarik jika penulisnya memiliki  fokus dalam memerikan atau mendeskripsikan sesuatu. Deskripsi dikembangkan dengan menonjolkan suatu bagian objek yang dideskripsikan. Perhatian pembaca atau pendengar terfokus pada bagian objek yang dideskripsikan. Paragraf yang menggunakan pilihan kata atau kalimat yang tepat akan menarik perhatian pembaca atau pendengar. Salah satu hal yang membantu penulis dalam pemfokusan sebuah deskripsi adalah kemampuan penulis menggunakan kata khusus yang ditemukan di antara bentuk lain yang bermakna sinonim.
Pemahaman dan pengetahuan akan bentuk kata bermakna sinonim akan membantu siswa ketika harus menulis atau berbicara dalam rangka mendeskripkan sesuatu hal. Paa siswa yang dibekali dengan pengetahuan tentang bentuk-bentuk sinonim akan lebih cermat menggunakan bentuk yang lebih khusus dan mempertimbangkan dimensi kolokasi setiap kata. Ketika siswa diminta menulis dan mendeskripsikan peristiwa penangkapan seorang penjahat oleh polisi misalnya, diharapkan membuat deskripsi yang tepat dengan menggunakan kata sinonim dari menangkap (mengepung, menggerebek, membekuk, melumpuhkan); mencari (mengendus, melacak, menyelidiki, memantau ), melihat (mengintip, mengintai, memata-matai). Penggunaan kata sinonim dengan makna yang lebih khusus akan membuat deskripsi lebih menarik.  Contoh penggunaan sinonim dalam deskripsi sederhana terlihat dalam deskripsi a dan b berikut;

 Deskripsi a
Cuaca  pagi hari di Taman Wisata Kaliurang sangat bagus. Bunyi burung bergantian. Tiupan  angin yang halus menambah indahnya  cuaca pagi. Berbagai bunga  yang ada di taman membuat orang senang duduk. Taman dihiasi kayu besar dan kecil. Taman itu juga diisi beberapa patung bangau putih. Patung patung itu kelihatan sangat bagus. Di tengah taman terdapat kolam. Di tengah kolam terdapat air mancur. Aneka mainan anak-anak ikut melengkapi Taman Wisata Kaliurang.

Deskripsi b
Cuaca (Suasana udara, aroma, hawa) pagi hari di Taman Wisata Kaliurang sangat bagus (sejuk, menyenangkan, menyegarkan). Bunyi (Kicau, celoteh, suara) burung bersahut-sahutan. Tiupan (Semilir, desiran, hembusan) angin (bayu) yang halus (sepoi-sepoi) menambah indahnya (sejuknya) cuaca (udara, suasana) pagi. Berbagai (Warna-warni) bunga (kembang)  yang ada (tumbuh, mekar) di taman membuat (memikat) orang senang (betah) duduk (terikat, mengakrabinya). Taman dihiasi (didandan, dipercantik, diperindah) kayu besar dan kecil (pepohonan). Taman itu juga dihiasi (diperindah) beberapa (aneka) patung (arca) bangau putih. Patung patung itu kelihatan (terlihat, tampak) sangat bagus (unik, khas). Di tengah taman terdapat (tampak) kolam. Di tengah kolam terdapat (terlihat semburan) air mancur. Aneka (berbagai jenis) mainan anak-anak ikut (turut) melengkapi (memperindah) Taman Wisata Kaliurang.

Fokus yang dibicarakan dalam paragraf  deskripsi a dan deskripsi b di atas sama yaitu brkaitan dengan sebuah taman wisata di  Kaliurang. Ada perbedaan antara deskripsi a dibadingkan dengan deskripsi b. Perbedaan itu tampak dalam pemilihan dan penggunaan kata. Pada deskripsi a lebih banyak menggunakan kata-kata yang  umum yang sesungguhnya bisa digantikan dengan  kata-kata khusus sebagai sinonimnya yang memungkinkan kutipan itu menarik sebagai sebuah deskripsi. Pada deskripsi b disisipkan kata-kata khusus di dalam kurung sebagai alternatif untuk menggantikan kata umum. Kata-kata yang disisipkan itu jika digunakan akan membuat deskripsi lebih menarik.

9.Penutup
Apa yang disampaikan melalui lembaran diskusi ini hanya sebagian kecil dari kata sinonim yang ada dalam bahasa Indonesia. Karena itu, upaya untuk menjelaskan bentuk sinonim lain yang tidak sempat diuraikan dalam tulisan ini tentu saja merupakan langkah yang baik dan berguna.

Daftar Pustaka: Kontak Penulis di 081339346015

4 komentar:

  1. Tulisan yang sangat menarik sebagai tambahan pengetahuan untuk bahan mata kuliah Semantik yang sedang saya tempuh. Terima kasih banyak..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baiklah Nely selamat mendalami semantik. Terima kasih atas komentar baik melalui blog ini maupun melalui kontak via telepon dan sms beberapa waktu lalu.

      Hapus
  2. terima kasih atas tulisannya, berkat ini bertambah pengetahuan tentang semantik sesuai dengan mata kuliah yang saya ambil saat ini.
    sekali lagi terima kasih ^.^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih untuk apresiasimu atas artikel ini. Juga terima kasih karena kita sempat berdiskusi melalui telepon. Semoga kita semakin mencintai bahasa kita sendiri.

      Hapus