Senin, 28 Oktober 2013

KONSEP DASAR FILSAFAT ILMU

Sekadar Titik Tolak
Berbincang mengenai filsafat baru mulai merebak di abad awal ke-20, namun Francis Bacon dengan metode induksi yang ditampilkannya pada abad ke-19 dapat dikatakan sebagai peletak dasar filsafat ilmu khasanah bidang filsafat secara umum. Sebagian ahli filsafat berpandangan bahwa perhatian yang besar terhadap peran dan fungsi filsafat ilmu mulai mengedepan tatkala ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dalam hal ini, ada semacam ke khawatiran yang muncul pada kalangan ilmuan dan filsuf, termasuk juga kalanagan agamawan, bahwa kemajuan iptek dapat mengancam eksistensi umat manusia, bahkan alam dan beserta isinya.
Para filsuf terutama melihat ancaman tersebut muncul lantaran pengembangan iptek berjalan terlepas dari asumsi-asumsi dasar filosofisnya seperti landasan ontology, epistemologis dan aksiologis yang cenderung berjalan sendiri-sendiri. Untuk memahami gerak perkembangan iptek yang sedemikian itulah, maka kehadiran filsafat ilmu sebagai upaya meletakkan kembali peran dan fungsi iptek sesuai dengan tujuan semula, yakni mendasarkan diri dan concern terhadap kebahagian umat manusia, sangat di perlukan, inilah beberapa pokok bahasan utama dalam pengenalan terhadap filsafat ilmu, di samping objek dan pengertian filsafat ilmu yang akan dijelaskan terlebih dahulu.
Ada beberapa pokok yang akan dibicarakan berkaitan dengan konsep-konsep dasar filsafat dalam pemaparan ini yaitu (1) Apakah pengertian filsafat ilmu itu? (2) Mencakup apa sajakah ruang lingkup filsafat ilmu? (3) Apa saja objek, kedudukan filsafat? (4) Apa implikasi filsafat ilmu dalam kehidupan? (5) Bagaimana sejarah perkembangan filsafat ilmu serta aliran-alirannya? Apa saja aliran filsafat yang muncul?
1. Pengertian/Batasan Filsafat (Ilmu)
Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam Filsafat ilmu
  1. Robert Ackermann: Filsafat ilmu adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini yang dibandingkan dengan pendapat-pendapat terdahulu yang telah dibuktikan.
  2. Lewis White Beck: Filsafat ilmu itu mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai  dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
  3. Cornelius Benjamin: filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafat ilmui yang menelaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu, metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.
  4. May Brodbeck: filsafat ilmu itu sebagai analisis yang netral secara etis dan filsafat ilmui, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.
Berdasarkan pendapat di atas didapatkan gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah filosofis dalam rangka  menjawab pertanyaan pokok mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis, dan aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat ilmu pengetahuan) yang secara lebih khusus mengakaji hakikat ilmu, seperti :
  • Apa sesungguhnya objek yang ditelaah ilmu itu? Bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan antara objek tersebut dengan kemampuan daya tangkap atau persepsi  manusia yang membuahkan pengetahuan? Inilah kemudian secara rinci dikaji  sebagai landasan atau dimensi  ontologis pengetahuan
  • Bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendapatkan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara, teknik, sarana apa diperlukan untuk membantu seseorang dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? Jawaban atas pertanyaan seperti ini merujuk pada landasan atau dimensi epistemologis pengatahuan manusia.
  • Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional? Pertanyaan serupa ini merujuk pada persoalan nilai dan kegunaan atau manfaat pengathuan itu bagi manusia. Menjawab pertanyaan seperti ini berkaitan dengan landasan atau dimensi aksiologis pengetahuan manusia. 
2. Cakupan Filsafat ilmu
Bidang garapan Filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen‑komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Ontologi: Ontologi merupakan azas dalam menetapkan batas ruang lingkup yang menjadi objek penelaahan serta penafsiran tentang hakikat realitas (metafisika). Ontologi meliputi permasalahan apa hakikat ilmu,apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren tentang kenyataan itu, yang tidak terlepas dari pandangan tentang apa dan bagaimana yang ada (being) itu. Ada beberapa pertanyaan ontologis yang melahirkan aliran-aliran dalam filsafat. Misalnya pertanyaan : Apakah yang ada itu?, bagiamanakah yang ada itu?, dan dimanakah yang ada itu?
Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat ilmu tentang apa dan bagai­mana (yang) “Ada” itu (being Sein, het zijn). Paham monisme yang terpecah menjadi idealisme atau spiritualisme, Paham dua­lisme, pluralisme dengan berbagai nuansanya, merupakan paham ontologik yang pada akhimya menentukan pendapat bahkan ke­yakinan kita masing‑masing mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.
Epistemologi: Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal-muasal, metode-metode dan sahnya ilmu pengetahuan. Terdapat tiga persoalan pokok dalam bidang Epistemologi:
1.       Apakah sumber pengetahuan itu ? Darimanakah datangnya pengetahuan yang benar itu ? dan Bagaimanakah cara mengetahuinya ?
2.       Apakah sifat dasar pengetahuan itu ? Apa ada dunia yang benar-benar diluar pikiran kita ? dan Kalau ada apakah kita bisa mengatahuinya ?
3.        Apakah pengetahuan itu benar (valid) ? Bagaimana kita membedakan yang benar dari yang salah ? Epistemologi ilmu meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan landasan ontologik akan dengan sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita pilih. Akal (Verstand), akal budi (Vernunft) pengalaman, atau komunikasi antara akal dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologik, sehingga dikenal adanya model‑model epistemologik seperti: rasionalisme, empirisme, kritisisme atau rasionalisme kritis, positivisme, feno­menologi dengan berbagai variasinya. Ditunjukkan pula bagai­mana kelebihan dan kelemahan sesuatu model epistemologik be­serta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) itu seped teori ko­herensi, korespondesi, pragmatis, dan teori intersubjektif.
Aksiologi: Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang pada umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Aksiologi meliputi nilai-nilai, parameter bagi apa yang disebut sebgai kebenaran atau kenyataan itu, sebagaimana kehidupan kita yang menjelajahi kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan fisik materiil, dan kawasan simbolik yang masing-masing menunjukkan aspeknya sendiri-sendiri. Lebih dari itu, aksiologi juga mennjukan kaidah-kaidah apa yang harus kita perhatikan di dalam menerapkan ilmu kedalam praksis.
Akslologi llmu meliputi nilal‑nilai (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau ke­nyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik‑material. Lebih dari itu nilai‑nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine qua non yang wajib/mutlak dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu.
Dalam perkembangannya Filsafat ilmu juga mengarahkan pandangannya pada strategi pengembangan ilmu, yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampai pada dimensi ke­budayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau keman­faatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan
3. Objek Filsafat ilmu
Objek Material filsafat ilmu  merujuk pada suatu bahan yang menjadi sasaran penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkret ataupun yang abstrak.
Menurut Dardiri (2000) bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala sesuatu yang ada itu di bagi dua, yaitu : (a) ada yang bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada pada umumnya dan (b) ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak (theodicae) dan tidak mutlak yang terdiri dari manusia (antropologi metafisik) dan alam (kosmologi).
Objek Formal filsafat ilmu yaitu sudut pandangan yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu di sorot. Contoh : Objek materialnya adalah manusia dan manusia ini di tinjau dari sudut pandangan yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia di antaranya psikologi, antropologi, sosiologi dan lain sebagainya.
4. Kedudukan dan Implikasi Filsafat Ilmu dalam Pengetahuan
Di mana posisi filsafat ilmu ketika dihadapkan dengan Islamisasi ilmu pengetahuan. Pada dasarnya filsafat ilmu bertugas memberi landasan filosofi untuk minimal memahami berbagai konsep dan teori suatu disiplin ilmu, sampai membekalkan kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Secara substantif fungsi pengembangan tersebut memperoleh pembekalan dan disiplin ilmu masing-masing agar dapat menampilkan teori subtantif. Selanjutnya secara teknis dihadapkan dengan bentuk metodologi, pengembangan ilmu dapat mengoprasionalkan pengembangan konsep tesis, dan teori ilmiah dari disiplin ilmu masing-masing.
Sedangkan kajiaan yang dibahas dalam filsafat ilmu adalah meliputi hakekat (esensi) pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem-problem mendasar ilmu pengetahuan seperti; ontologi ilmu, epistimologi ilmu dan aksiologi ilmu. Dari ketiga landasan tersebut bila dikaitkan dengan Islamisasi ilmu pengetahuan maka letak filsafat ilmu itu terletak pada ontologi dan epistimologinya. Ontologi disini titik tolaknya pada penelaahan ilmu pengetahuan yang didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang dimiliki seorang ilmuwan, jadi landasan ontologi ilmu pengetahuan sangat tergantung pada cara pandang ilmuwan terhadap realitas.
Manakala realitas yang dimaksud adalah materi, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu empiris. Manakala realitas yang dimaksud adalah spirit atau roh, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu humanoria. Sedangkan epistimologi titik tolaknya pada penelaahan ilmu pengetahuan yang di dasarkan atas cara dan prosedur dalam memperoleh kebenaran.
5. Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu
Pemikiran filsafat ilmu banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Namun pada dasarnya filsafat ilmu baik dibarat, india dan Cina muncul dari yang sifatnya religius. Pembagian secara periodesasi filsafat ilmu barat adalah zaman kuno, zaman abad pertengahan, zaman modern dan masa kini. Periodesasi filsafat ilmu cina adalah zaman kuno, zaman pembauran, zaman neokonfusionisme dan zaman modern. Untuk cina adalah periode weda, biracarita, sutra-sutra dan sekolastik. Dalam filsafat ilmu india yang penting adalah bagaimana manusia bisa berteman dengan dunia bukan untuk menguasai dunia. Adapun filsafat ilmu islam hanya ada dua periode yaitu: periode mutakalimin dan filsafat ilmu islam.
Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini tidaklah berlangsung secara mendadak melainkan berlangsung secara bertahap. Karena untuk memahami sejarah perkembangan ilmu mau tidak mau harus melakukan pembagian secara periode yang menampilkan ciri khas tertentu.
(a) Zaman Pra Yunani Kuno (Zaman Batu)
Pada abad VI SM Yunani muncul lahirnya filsafat ilmu dan mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali berlainan. Mulai saat itu orang mencari jawaban rasional tentang problem alam semesta.dengan demikian filsafat ilmu dilahirkan.
(b)  Zaman Yunani kuno
Mencakup dua periode yaitu  zaman keemasan Yunani dan masa Helenistis Romawi. Zaman Yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat ilmu, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk menguingkapkan ide atau pendapatnya. Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu, karena Yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi.
Masa Helinistis Romawi. Pada masa ini muncul beberapa aliran yaitu sebagai aliran sebagai berikut: (a) stoisisme, menurut paham ini jagad raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut logos. Oleh karena itu segala kejadian menurut ketetpan yang tidak dapat dihindari (b) epikurisme, segala-galanya terdiri dari atom-atom (c) skepisisme, mereka berfikir bahwa bidang teoritis manusia tidak sanggup mencapai kebenaran (d) eklektisisme, suatu kecenderungan umum yang mengambil berbagai unsur filsafat ilmu dari aliran-aliran lain tanpa berhasil mencapai suatu pemikiran yang sungguh-sungguh (e) neoplatoisme, yakni paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat ilmu plato.
(c)  Zaman Abad Pertengahan
Pada abad pertengahan mengalami 2 periode, yaitu:
periode patriktis; mengalami 2 tahap: yaitu (a) permulaan agama kristen dan filsafat ilmu Agustinus; yang terkenal pada masa patristik dan  (b) periode skolastik; menjadi 3 tahap yakni:
1.       periode awal, ditandai dengan pembentukan metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan filsafat ilmu
2.       periode puncak, ditandai oleh keadaan yang dipengaruhi oleh aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat ilmu arab dan yahudi
3.       periode akhir, ditandai dengan pemikiran kefilsafat ilmuan yang berkembang kearah nominalisme.
(d)  Zaman Renaissance
Ialah zaman peralihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulai berubah menjadi kebudayaan modern. Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan llahi.
(e) Zaman Modern
Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman renaissance.
(f)  Zaman Kontemporer (Abad XX Dan Seterus)
Fisi kawan termashur adalah Albert Einstein yang percaya akan kekekalan materi. Dengan kata lain tidak mengakui adanya penciptaan alam. Zaman kontemporer ini ditandai dengan penemuan teknologi-teknologi canggih yang terus berkembang hingga sekarang.
6.  Beberapa Aliran Filsafat Ilmu
Sejarah perjalanan perkembangan keyakinan dan pemikiran umat manusia tentang pendidikan telah melahirkan sejumlah filsafat ilmu yang melandasinya. Dari berbagai filsafat ilmu yang ada, terdapat tiga aliran paham yang dirasakan masih dominan pengaruhnya hingga saat ini, yang secara kebetulan ketiganya lahir pada zaman abad pencerahan menejelang zaman modern. Aliran-aliran dalam filsafat ini terlahir dari cabang-cabang besar atau teori-teori yang menjadi kajian utama bidang filsafat. Dari teori pengetahuan lahir cabang epistemologi. Persoalan pertama dalam epistemologi seperti diterangkan diatas adalah tentang apa pengetahuan itu?. Pengetahuan adalah sesuatu yang melekat pada manusia di mana ia dapat mengetahui sesuatu yang asalnya tidak ia ketahui. (Juhaya, 2005: 9).
Selanjutnya persoalan kedua adalah tentang sumber pengetahuan manusia, yang kemudian lahir aliran-aliran dalam filsafat. Menurut Louis Q. Kattsof dalam buku yang sama mengatakan bahwa sumber pengetahuan manusia itu ada lima macam, yaitu : (1) Empiris yang kemudian melahirkan aliran empirisme; (2) Rasio yang melahirkan aliran rasionalisme; (3) Fenomena yang melahirkan aliran fenomenologi; (4) Instuisi yang melahirkan aliran instuisme; dan (5) Metode ilmiah yang merupakan gabungan antara aliran rasialisme dan empirisme. Metode ilmiah inilah yang kemudian mewarnai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di seluruh universitas di dunia ini
Mari kita uraikan lagi kelima aliran-aliran tersebut diatas yang sebenarnya merupakan pokok yang menjadi fokus uraian kita pada kesempatan ini. Aliran- aliran itu adalah :
(a)     Aliran Empirisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa sumber pengetahuan itu adalah pengalaman inderawi. Tokoh aliran ini adalah John Locke (1632-1704), analogi dari aliran ini menyebutkan bahwa es itu membeku dan dingin, karena secara pengalaman inderawi es itu dapat dilihat bentuknya beku dan rasanya dingin. Dari disinilah dapat disimpulkan bahwa menurut aliran empirisme pengetahuan itu didapat dengan perantaraan inderawi atau pengalaman-pengalaman inderawi yang sesuai, tetapi aliran ini mempunyai kelamahan karena sebetulnya inderawi memiliki keterbatasan dan terkadang menipu. Dari kelemahan ini muncul aliran kedua yatiu aliran Rasionalisme.
(b)     Aliran Rasionalisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa akal adalah dasar dari kepastian pengetahuan. Tokoh aliran ini adalah Rene Descartes (1596 – 1650). Aliran ini muncul karena koreksi dari aliran Empirisme menurut kacamata aliran ini manusia akan sampai pada kebenaran semata-mata karena akal, inderawi menurut aliran Rasionalisme hanyalah merupakan bahan yang belum jelas, akal-lah yang kemudian mengatur bahan tersebut sehingga membentuk pengetahuan yang benar. Analogi menurut aliran ini adalah kenapa benda yang jauh akan kelihatan kecil ?, karena secara akal bayangan yang jatuh dimata akan kecil atau contoh analogi lain kenapa gula terasa pahit bagi orang yang demam, karena lidah orang yang sakit demam itu tidak normal.
(c)     Aliran Fenomenalisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan didasarkan pada sebab akibat yang merupakan hubungan yang bersifat niscaya dan ditampakan oleh sebuah gejala (Pehenomenon). Tokoh aliran ini adalah Imanuel Kant yaitu seorang filosof Jerman ( abad ke-18) analogi dari aliran ini adalah tetang bagaimana memperoleh pengetahuan bahwa kuman itu menyebabkan penyakit tifus, orang yang menderita demam tifus disebabkan oleh kuman yang masuk dalam diri orang tersebut.
(d)     Aliran Instuisme, yatiu aliran yang berpendapat lahirnya pengetahuan yang lengkap dan utuh tidak hanya diperoleh melalui indera dan akal tetapi butuh juga instuisi utuk menangkap keseluruhan objek pengetahuan. Tokoh aliran ini adalah Henri Bergson (1859 – 1941), aliran ini mirip dengan aliran Iluminasionesme atau Teori Kasyf dalam ajaran Islam yaitu pengetahuan langsung dari Tuhan yang hanya bisa diterima apabila hatinya telah bersih.  

Metode Ilmiah, yaitu sebuah sarana untuk memperoleh pengetahuan. Metode ilmiah ini merupakan suatu metode yang menggabungkan antara pengalaman dan akal sebagai pendekatan bersama dan menambahkan suatu cara baru untuk menilai penyelesaian-penyelesaian yang disarankan. Metode ilmiah diawali dengan melalui pengamatan-pengamatan yang selanjutnya dilakukan hipotesis. Sifat yang menonjol dari dari metode illmiah ialah digunakannya akal dan pengalaman disertai dengan sebuah unsur baru yaitu hipotesis tadi. Bila suatu hipotesis dikukuhkan kebenarannnya oleh contoh-contoh yang banyak jumlahnya, maka hipotesis tersebut kemudian dapat dipandang sebagai hukum. Metode ilmiah ini pernah di praktekkan oleh seorang ahli Astronomi yang bernama Kepler yang melakukan pengamatan tentang posisi planet Mars.
Dalam buku Filsafat Ilmu yang ditulis oleh Tafsir (2002), beliau memasukkkan aliran aliran Positivisme kedalam kelompok pengetahuan dari cabang epistemologi. Menurut beliau aliran Positisme lahir karena merupakan gabungan antara aliran-aliran empirisme dan rasionalisme yang sudah diuraikan diatas juga menyempurnakan kedua aliran tersebut. Tokoh aliran ini adalah August Compte (1798-1857) yang merupakan penganut aliran empirisme.
Aliran inilah melahirkan science knowledge (sains/ilmu pengetahuan). Menurut aliran ini kebenaran dapat diperoleh dengan akal didukung oleh bukti-bukti empiris yang diukur dan diperkuat serta dipertajam oleh eksperimen. Analogi dari aliran ini misalnya tentang panas dapat diukur dengan derajat (termometer), jauh dapat diukur dengan meteran, berat-ringan dapat diukur oleh timbangan.
Kajian pokok filsafat yang kedua adalah teori hakikat. Teori hakikat mempunyai cabang-cabang yaitu : Ontologi, Kosmologi, Antropologi, Theodecia, Filsafat Agama, Filsafat Hukum, Filsafat Pendidikan dan lain-lain. Selanjutnya dari teori hakikat atau muncul yang disebut dengan ontologi. Ontologi merupakan cabang teori hakikat yang membicarakan hakikat sesuatu yang ada. Dari aliran ini muncul empat macam aliran filsafat, yaitu : (1) aliran Materialisme; (2) aliran Idealisme; (3) aliran Dualisme; (4) aliran Agnoticisme. Berikutnya kita akan membahas keempat aliran tersebut, yakni :
(a)     Aliran Materialisme, adalah aliran yang beranggapan bahwa hakikat benda adalah benda itu sendiri, hakikat kayu adalah kayu itu sendiri, hakikat air adalah air itu sendiri, begitu pula yang lainnnya. Jadi menurut aliran ini materilah yang hakikat;
(b)     Aliran Idealisme, adalah suatu pandangan dunia atau metafisika yang mengatakan bahwa realitas dasar terdiri atas atau sangat erat hubungannya dengan ide, pikiran, atau jiwa. Dunia menurut aliaran ini dipahami dan ditafsirkan oleh penyelidikan tentang hukum-hukum pikiran dan kesadaran, dan tidak hanya oleh metode ilmu objek semata-mata. Prinsip pokok dari idealisme adalah kesatuan organik, jadi kesimpulannya menurut aliran ini yang hakikat itu adalah ruh atau ide sedangkan materi bukan hakikat;
(c)     Aliran Dualisme, adalah aliran filsafat yang mencoba memadukan antara dua paham yang saling bertentangan, yaitu materialisme dan idealisme. Menurut aliran dualisme materi maupun ruh sama-sama merupakan hakikat.materi muncul bukan karena adanya ruh, begitu pun ruh muncul bukan karena materi. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya aliran ini masih memiliki masalah dalam menghubungkan dan menyelaraskan kedua aliran tersebut di atas. Sebuah analogi dapat kita ambil misalnya tentang jika jiwa sedang sehat, maka badan pun akan sehat kelihatannya. Sebaliknya jika jiwa seseorang sedang penuh dengan duka dan kesedihan biasanya badanpun ikut sedih, terlihat dari murungnya wajah orang tersebut.
(d)     Aliran Agnoticisme, adalah alirn yang mengatkan bahwa manusia tidak mungkin mengetahui hakikat sesuatu dibalik kenyataannya. Manusia tidak mungkinmengetahui hakikat batu, air, api dan sebagainya. Sebab menurut aliran ini kemampuan manuisa sangat terbatas dan tidak mungkin tahu apa hakikat tentang sesuatu yang ada, baik oleh inderanya maupun oleh pikirannya.
Demikian aliran-aliran yang dilahirkan oleh ontologi yang merupakan salah satu cabang besar yang memiliki aliran-aliran berbeda dengan kosmologi dan antropologi yang kedua-duanya tidak memiliki cabang-cabang secara terinci.
Kosmologi itu sendiri intinya merupakan cabang filsafat yang menyelidiki hakikat asal, susunan, dan hakikat perubahan serta tujuan akhir dari jagat raya/alam besar (kosmos). Tentang kosmologi ini ada spekulasi teori kabut, teori pasang, teori ledakan dahsyat tentang susunan kosmos ada teori geosentris dan teori heliosentris. Sedangkan Antropologi membicarakan hakikat manusia dari segi filsafat. Misalnya muncul pertanyaan : Apa manusia itu/, Apa dan dari mana asalnya?, apa akhir dan tujuannya?. Menurut filsafat mengenai asal manusia berdasarkan aliran materialisme adalah materi, sedangkan menurut aliran idealisme hidup manusai berasal dari Yang Hidup.
Filsafat yang membicarakan Tuhan adalah Theodicea atau Theologika, yaitu membicarakan Tuhan dari segi pikiran (akal): untuk membedakannya dari pembicaraan Tuhan dari segi wahyu dan iman, yang pertama itu sering disebut teologi naturalis (membicarakan Tuhan dari segi akal). Selanjutnya mengenai fisafat agama, filsafat hukum dan filsafat pendidikan lebih lanjut dijelaskan secara spesifik dalam pembahasan tersendiri yang biasanya sudah menjadi disiplin ilmu yang menjadi kajian utama dalam perkuliahan.
7. Rangkuman
  1. Filsafat ilmu adalah tinjauan kritis tentang pendapat ilmiah dengan menilai metode-metode pemikirannya secara netral dalam kerangka umum cabang pengetahuan intelektual
  2. Ruang lingkup filsafat ilmu melingkupi ontologi ilmu yang mengupas hakikat dari ilmu itu sendiri, epistemologi ilmu yang membahas tatacara dan landasan untuk mencapai pengetahuan ilmiah tersebut dan terakhir aksiologi ilmu yang meliputi nilai-nilai normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan.
  3. Objek dari filsafat ilmu dapat bersifat umum dan bersifat khusus yang terbagi menjadi dua yaitu secara mutlak dan tidak mutlak
  4. Sejarah perkembangan filsafat sudah dimulai sejak zaman Yunani kuno dengan tokoh-tokoh terkenal seperti aristoteles, plato, thales dan sebagainya, kemudian dilanjutkan pada zaman abad pertengahan yang digawangi oleh para pemuka agama dengan terpengaruh pada pemikiran tokoh Yunani kuno. Perkembangan  filsafat selanjutnya adalah zaman renaissance atau kebangkitan kembali yang berpendapat pada kebebasan manusia dan tidak didasarkan pada campur tangan tuhan. Perkembangan  terakhir yaitu pada zaman modern yang ditandai dengan beruntunnya penemuan-penemuan ilmiah dan mutakhir yang dirintis pada zaman renaissaince.
  5. Aliran-aliran filsafat yang beragam membuktikan keragaman bentuk pemahaman manusia terhadap realitas. Semua bentuk aliran memberi corak tersendiri pada lalulintas perdebatan dan pemikiran manusia terhadap realitas.

DAFTAR PUSTAKA
Abbas Hamami M. 1976. Filsafat (Suatu Pengantar Logika Formal-Filsafat Pengatahuan). Yogyakarta : Yayasan Pembinaan Fakultas Filsafat UGM.
__________. 1980. Disekitar Masalah Ilmu; Suatu Problema Filsafat. Surabay: Bina Ilmu.
___________1990. Epistimologi Masa Depan dalam jurnal filsafat. Seri 1, Februari 1990.
Jujun S. Suriasumantri. 1982. Filsafah Ilmu : Sebuah Pengantar Populer.  Jakarta: Sinar Harapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar