Rabu, 03 April 2013

MASALAH IMBUHAN BAHASA INDONESIA

Afiks atau imbuhan adalah bunyi yang ditambahkan pada sebuah kata - entah di awal, di akhir, di tengah, atau gabungan dari antara tiga itu - untuk membentuk kata baru yang artinya berhubungan dengan kata yang pertama.
Imbuhan digolongkan berdasarkan posisi penambahannya sebagai berikut:

1. awalan
2. sisipan
3. akhiran
4. konfiks

IMBUHAN AWALAN/ PREFIKS

Awalan adalah imbuhan yang diberikan di awal kata.

Contoh : me-, ber- di-, ke-, pe-, ter-



Awalan me –

Pemakaian awalan me- bervariasi yaitu mem-, men-, meny-, meng-, dan menge-

Contoh : melapor, membaca, menarik, menyanyi, menghitung, dan mengecat

Makna awalan me- :

1. Melakukan perbuatan/tindakan.

Contoh : mengambil, menjual.

2. Melakukan perbuatan dengan alat.

Contoh : memotong, menyapu.

3. Menjadi atau dalam keadaan.

Contoh : menurun, meluap.

4. Membuat kesan.

Contoh : mengalah, membisu.

5. Menuju ke.

Contoh : mendarat, menepi.

6. Mencari.

Contoh : mendamar, merotan.



Awalan di-

Awalan di mempunyai makna suatu perbuatan aktif. Awalan di- merupakan kebalikan dari awalan me- yang bermakna aktif.

Contoh : di + siram menjadi disiram

di + tanam menjadi ditanam

di + beli menjadi dibeli



Awalan ber-

Pemakaian awalan ber- mempunyai kaidah sebagai berikut.

1. Apabila diikuti kata dasar yang berhuruf (r) dan beberapa kata dasar yang suku pertamanya berakhir huruf (er), bentuk awalan ber berubah menjadi be-.

Contoh : ber + rantai menjadi berantai

ber + kerja menjadi bekerja

2. Apabila awalan ber- bertemu dengan kata dasar ajar, ber- berubah menjadi bel-

Contoh : ber + ajar menjadi belajar

3. Apabila awalan ber- diikuti kata dasar selain yang disebutkan di atas, ber- tetap tanpa perubahan.

Contoh : ber + lari menjadi berlari

ber + nyanyi menjadi bernyanyi

Makna awaln ber-

1. Mempunyai.

Contoh : beranak, berhasil

2. Memakai/menggunakan/mengendarai.

Contoh : bersepeda, bersepatu

3. Mengeluarkan.

Contoh : berkata, bertelur

4. Menyatakan sikap mental.

Contoh : berbahagia, berbaik hati.

5. Menyatakan jumlah.

Contoh : berdua, berempat.



AWALAN pe-(n)

Pemakaian awalan pe-(n) memiliki variasi sebagaimana yang berkalu pada awalan me-(n).

Makna awalan pe-(n) :

1. Menyatakan yang melakukan perbuatan.

Contoh : penulis, pembaca.

2. Menyatakan pekerjaan.

Contoh : perpanjang, perlebar.

3. Menyatakan alat.

Contoh : penghapus, penggaris.

4. Menyatakan memiliki sifat.

Contoh : pemaaf, pemalu.

5. Menyatakan penyebab.

Contoh : pemanis, pemutih



AWALAN ke-

Makna awalan ke-

1. Menyatakan kumpulan yang terdiri dari jumlah.

Contoh : kesebelasan.

2. Menyatakan urutan.

Contoh : kesatu, kedua, ketiga



Awalan ter-

1. Awalan ter- hampir sama dengan awalan di-. Awaln ter- berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif.

Contoh : ter + tendang menjadi tertendang

1. ter + bakar menjadi terbakar

2. Awalan ter- ada pula yang termasuk golongan kata sifat.

Contoh : ter + pandai menjadi terpandai

3. ter + kecil menjadi terkecil

Makna awalan ter-

1. Sudah di atau dapat di.

Contoh : tertutup, terbuka.

2. Ketidaksengajaan.

Contoh : terbawa, terlihat.

3. Tiba-tiba.

Contoh : teringat, terjatuh.

4. Dapat atau kemungkinan.

Contoh : ternilai, terbagus.

5. Pelaing atau super.

Contoh : terpandai, tertua.



AWALAN pe-

Umumnya tidak bias digunakan secara mandiri. Pemakaian awlan per- membutuhkan imbuhan lain misalnya –kan dan –an.

Contoh : per-kan + kembang menjadi perkembangan

per-an + usaha menjadi perusahaan



AWALAN se-

Makna awalan se-

1. Menyatakan satu.

Contoh : selembar, seribu.

2. Menyatakan seluruh.

Contoh : sekota, sedesa.

3. Menyatakan sama.

Contoh : sepandai, seindah.

4. Menyatakan setelah.

Contoh : sekembali



SISIPAN (infiks)

Sisipan adalah imbuhan yang diberikan di tengah kata.

Contoh : -el, -em, dan –er.

Makna sisipan :

1. Menyatakan internsitas atau frekuensi.

Contoh : geletar, gemetar

2. Menyatakan banyak dan bermacam-macam.

Contoh : temali, gemerincing

3. Memiliki sifat yang disebut dalam kata dasarnya.

Contoh : temurun, gemilang, telunjuk, pelatuk, gelembung, telapak



AKHIRAN (sufiks)

Imbuhan yang diberikan di akhir kata.

Contoh : -kan, -I, -an, -kah, -tah, dan –pun.



Akhiran -i

Makna akhiran –I :

1. Mengandung arti membentuk kalimat perintah.

Contoh :

Turuti perintahnya !

2. Menyebabkan sesuatu jadi.

Contoh :

menyakiti hati, menghargai dia

3. Menyarakan intensitas (pekerjaan yang berulang-ulang)

Contoh :

menembaki, memukuli



Akhiran –kan

Makna akhiran –kan :

1. Secara umum mengandung arti perintah.

Contoh :

Dengarkan baik-baik !

2. Menyatakan sebagai alat atau membuat dengan.

Contoh :

menusukkan pisau, melemparkan batu

3. Menyebabkan atau menjadikan sesuatu.

Contoh :

membesarkan, menjatuhkan

4. Menyatakan arti bahwa suatu pekerjaan dilakukan untuk orang lain.

Contoh :

meminjamkan, mengembalikan

5. Mentransitifkan kata kerja ke dinding

Contoh :

memantulkan



Akhiran –an

Makna akhiran –an

1. Menyatakan tempat.

Contoh : pangkalan, kubangan

2. Menyatakan alat.

Contoh : ayunan, timbangan

3. Menyatakan hal atau cara.

Contoh : didikan, pimpinan

4. Menyatakan akibat, hasil perbuatan.

Contoh : hukuman, balasan

5. Menyatakan sesuatu yang di.

Contoh : catatan, suruhan

6. Menyatakan seluruh, kumpulan.

Contoh : lautan, sayuran

7. Menyatakan menyerupai.

Contoh : anak-anakan, kuda-kudaan

8. Menyatakan tiap-tiap.

Contoh : tahunan, mingguan

9. Menyatakan mempunyai sifat.

Contoh : asinan, manisan



Akhiran –isme dan –isasi

Merupakan jenis imbuhan serapan.

Makna akhiran –isme adalah paham atau ajaran :

Contoh : komunisme, animisme, liberalisme

Makna akhiran –isasi adalah proses atau menjadikan sesuatu.

Contoh : swastanisasi, lebelisasi



Akhiran – i , – iah, – is, – wi

Merupakan jenis imbuhan serapan.

- i berasal dari bahasa Inggris.

- iah, – is, – wi berasal dari bahasa Arab

Makna akhiran – i, – iah, – is, – wi adalah membentuk kata sifat.

Contoh : insani : memiliki sifat keinsanian

alamiah : memiliki sifat alamiah, natural

agamais : menujukkan sifat orang yang taat beragama

manusiawi : bersifat kemanusiaa



AWALAN DAN AKHIRAN (konfiks)

Awalan dan akhiran adalah imbuhan yang berupa gabungan dari awalan dan akhiran.

Contoh : me-kan, pe-an, ber-an, se-nya, meper-kan

Awalan dan Akhiran me-kan, dan memper-kan


Makna me-kan:

1. Melakukan pekerjaan orang lain.

Contoh : Adik memesankan ibu makanan.

2. Menyebabkan atau membuat jadi.

Contoh : Lemparan bola itu memecahkan kaca jendela kamar.

3. Melakukan perbuatan.

Contoh : Gajah menyemburkan air dari belalainya.

4. Mengarahkan.

Contoh : Ayah meminggirkan kendaraannya.

5. Memasukkan.

Contoh : Polisi memenjarakan penjahat itu di tahanan POLDA.


Makna memper-kan :

1. Menyebabkan atau membuat jadi :

Contoh : Rini mempertotonkan kebolehannya bermain biola.


Awalan dan Akhiran ber – an

Makna :

1. Menyatakan jumlah pelaku yang banyak.

Contoh : berdatangan, berterbangan

2. Menyatakan perbuatan yang berulang-ulang

Contoh : bergulingan, berlompatan

3. Menyatakan hubungan antara dua pihak.

Contoh : bersamaan, bersebelahan, berduaan.

4. Menyatakan hubungan timbal balik.

Contoh : bersahutan, bersalaman



Awalan dan Akhiran pe – an

Makna :

1. Menyatakan hal

Contoh : pendidikan, penanaman

2. Menyatakan proses atau perbuatan.

Contoh : pendaftaran, penelitian.

3. Menyatakan hasil.

Contoh : pengakuan, peghasilan

4. Menyatakan tempat.

Contoh : penampungan, pemandian

5. Menyatakan alat.

Contoh : penglihatan, pendengaran



Awalan dan Akhiran per- an

Makna :

1. Menyatakan tempat.

Contoh : perhentian, perusahaan

2. Menyatakan daerah.

Contoh : perempatan, pertigaan

3. Menyatakan hasil perbuatan.

Contoh : pertahanan, perbuatan

4. Menyatakan perihal.

Contoh : perbukuan, perkelahian

5. Menyatakan banyak.

Contoh : persyaratan, persaudaraan



Awalan dan Akhiran se –nya

Makna :

1.Menyatakan makna tingkatan yang paling tinggi yang dapat dicapai.

Contoh : sebagus-bagusnya, setinggi-tingginya

2. Sering disertai dengan kata ulang.

Contoh : sebaik-baiknya, semerah-merahnya



Imbuhan ke-an

Imbuhan ke-an tidak pernah berubah bentuknya dalam kondisi yang mana pun. Imbuhan ini juga disebut imbuhan gabung atau konfiks.



Fungsi Imbuhan ke-an

Beberapa fungsi imbuhan ke-an adalah sbb.:

1. membentuk kata benda abstrak, misalnya keberanian, ketentraman, keindahan, dan sebagainya.

2. membentuk kata kerja pasif, misalnya kehujanan, kehilangan, keracunan, dan sebagainya.

3. membentuk kata sifat, misalnya keibuan, kebapakan, kekanak-kanakan, dan sebagainya.



Makna Imbuhan ke-an

Imbuhan ke-an mengandung beberapa makna menurut kata yang diimbuhinya, antara lain, menyatakan:

1. hal atau keadaan, misalnya pada kata berikut ini:

a. Ia tidak memiliki keberanian untuk bertanding.

b. Kecantikannya membuat banyak orang tergila-gila.

2. agak atau terlalu, misalnya pada kata berikut ini:

a. Sayur itu keasinan.

b. Setelah bekerja seharian dia tampak kelelahan.

3. terkena, misalnya pada kata berikut ini:

a. Ia sakit karena kehujanan.

b. Duduklah di bawah pohon biar tidak kepanasan.

4. tempat, misalnya pada kata berikut ini:

a. Orang-orang berkumpul di kelurahan.

b. Dia tidak berada di kediamannya.

5. menyerupai atau memiliki sifat seperti, misalnya pada kata berikut ini:

a. Gadis itu tampak keibuan.

b. Janganlah kekanak-kanakan.

6. sangat merasakan, misalnya pada kata berikut ini:

a. Dia tampak kesakitan.

b. Gunakan selimut biar tidak kedinginan.





Penggunaan Imbuhan

Kata dasar yang penulisannya sering kurang tepat ketika diberi imbuhan gabungan, antara lain naik, tunjuk, dan kata yang di belakangnya huruf /k/ .

Misalnya, kata dasar naik mendapat imbuhan ke-an, ada yang menuliskannya [kenaikkan]. Padahal prefiks ke- tidak dapat bergabung dengan sufiks –kan.

Prefiks ke- hanya dapat bergabung dengan sufiks -an dan dengan –i pada kata ketahui.

Dengan demikian, penulisannya yang benar adalah kenaikan.

Jika kata dasar itu diberi imbuhan gabungan me-kan, ada juga yang menulis [menaikan]. Prefiks me-tidak dapat bergabung dengan sufiks –an. Penulisannya yang benar adalah menaikkan.

Kalau mendapat imbuhan di-kan menjadi dinaikkan.

Begitu pula, kata naik yang mendapat akhiran –kan menjadi naikkan. Prefiks Sisipan Sufiks Imbuhan Gabungan

ber- -el- -kan ber-kan

per- -em- -i ber-an

me- -er- -nya di-kan

di- di-i

ter- diper-

ke- diper-kan

se- diper-i

pe- ke-an

me-kan

me-i

memper-

memper-kan

memper-i

pe-an

per-an

per-kan

per-i

se-nya

ter-kan

ter-i





Pembentukan Kata-kata Bahasa Indonesia

Ada banyak ragam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Untuk memahami cara pembentukan kata-kata tersebut kita sebaiknya mengetahui lebih dahulu beberapa konsep dasar dan istilah seperti yang dijelaskan di bawah ini. Untuk mempersingkat dan memperjelas pembahasannya, kami menggunakan kata-kata yang tidak bersifat gramatikal atau teknis untuk menjelaskan kata-kata tersebut sebanyak mungkin. Kami tidak membahas tentang infiks (sisipan yang jarang digunakan), reduplikasi dan kata-kata majemuk yang berafiks.



Definisi Istilah

kata dasar (akar kata) = kata yang paling sederhana yang belum memiliki imbuhan, juga dapat dikelompokkan sebagai bentuk asal (tunggal) dan bentuk dasar (kompleks), tetapi perbedaan kedua bentuk ini tidak dibahas di sini.

fiks (imbuhan) = satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila ditambahkan pada kata dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks tidak dapat berdiri sendiri dan harus melekat pada satuan lain seperti kata dasar. Istilah afiks termasuk prefiks, sufiks dan konfiks.

prefiks (awalan) = afiks (imbuhan) yang melekat di depan kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.

sufiks (akhiran) = afiks (imbuhan) yang melekat di belakang kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.

konfiks (sirkumfiks / simulfiks) = secara simultan (bersamaan), satu afiks melekat di depan kata dasar dan satu afiks melekat di belakang kata dasar yang bersama-sama mendukung satu fungsi.

kata turunan (kata jadian) = kata baru yang diturunkan dari kata dasar yang mendapat imbuhan.

keluarga kata dasar = kelompok kata turunan yang semuanya berasal dari satu kata dasar dan memiliki afiks yang berbeda.


Afiks Bahasa Indonesia yang Umum

prefiks: ber-, di-, ke-, me-, meng-, mem-, meny-, pe-, pem-, peng-, peny-, per-, se-, ter-

sufiks: -an, -kan, -i, -pun, -lah, -kah, -nya

konfiks: ke - an, ber - an, pe - an, peng - an, peny - an, pem - an, per - an, se - nya

Penggunaan Afiks

Mempelajari proses pembentukan kata-kata dan metode pembubuhan afiks merupakan kunci untuk memahami makna kata-kata turunan dan belajar membaca teks Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata yang terdapat dalam surat kabar dan majalah Indonesia berafiks. Jika seseorang mengerti makna kata dasar, ia dapat mengerti makna sebagian besar kata yang berasal (diturunkan) dari kata dasar itu dengan menggunakan kaidah umum untuk masing-masing jenis afiks.

Jika kita dapat menerima sedikit kekeliruan dalam penggunaan afiks, kita dapat menyederhanakan pembahasan tentang afiks (imbuhan). Dalam mengklasifikasikan jenis kata (nomina, verba, adjektiva, dan lain-lain) kami menggunakan kaidah pengklasifikasian kata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Edisi Kedua - 1991) yang disusun dan diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia. Penjelasan di bawah adalah untuk menguraikan hasil penambahan afiks (imbuhan) kepada kata dasar, bukan untuk menjelaskan bilamana afiks digunakan. Dalam kamus ini tidak diuraikan tentang asal kata dasar (etimologi). Perlu diperhatikan bahwa penjelasan di bawah ini lebih berhubungan dengan perbuatan (aksi) dalam suatu kalimat - siapa yang melakukan aksi itu, hasil perbuatan, arah perbuatan atau tindakan dan apakah tindakan itu merupakan fokus utama dalam kalimat atau bukan.



Frekuensi Penggunaan Afiks

Dalam kamus ini terdapat 38.308 entri (tidak termasuk singkatan, akronim dan entri kata majemuk) dimana 22.022 berafiks dan 16.286 tidak berafiks. Menurut persentase, 57% berafiks dan 43% tidak. Dengan kata lain, untuk tiap 9 entri dalam kamus ini, 5 kata berafiks dan 4 kata lainnya tidak.

Pada tahun 1998, secara tidak formal, kami menganalisis 10.000 kata Bahasa Indonesia dari terbitan yang umum di Indonesia. Dari 10.000 kata tersebut, terdapat 2.887 atau kira-kira 29% kata berafiks dan 7.113 atau 71% tidak. Dengan kata lain, untuk tiap 100 kata di surat kabar atau majalah, Anda mungkin dapat menemukan 29 kata yang berafiks dan 71 kata tidak berafiks. Tingkat penggunaan masing-masing afiks diuraikan di bawah ini.



Aplikasi Afiks

ber- : menambah prefiks ini membentuk verba (kata kerja) yang sering kali mengandung arti (makna) mempunyai atau memiliki sesuatu. Juga dapat menunjukkan keadaan atau kondisi atribut tertentu. Penggunaan prefiks ini lebih aktif berarti mempergunakan atau mengerjakan sesuatu. Fungsi utama prefiks "ber-" adalah untuk menunjukkan bahwa subyek kalimat merupakan orang atau sesuatu yang mengalami perbuatan dalam kalimat itu. Banyak verba dengan afiks "ber-" mempunyai kata yang sama dengan bentuk adjektiva dalam Bahasa Inggris. Sekitar satu dari tiap 44 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini.



me-, meng-, menge-, meny, mem-: menambah salah satu dari prefiks ini membentuk verba yang sering kali menunjukkan tindakan aktif di mana fokus utama dalam kalimat adalah pelaku, bukan tindakan atau obyek tindakan itu. Jenis prefiks ini sering kali mempunyai arti mengerjakan, menghasilkan, melakukan atau menjadi sesuatu. Prefiks ini yang paling umum digunakan dan sekitar satu dari tiap 13 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki salah satu dari prefiks ini.



di- : Prefiks ini mempunyai pertalian yang sangat erat dengan prefiks "me-." Prefiks "me-" menunjukkan tindakan aktif sedangkan prefiks "di-" menunjukkan tindakan pasif, di mana tindakan atau obyek tindakan adalah fokus utama dalam kalimat itu, dan bukan pelaku. Sekitar satu dari tiap 40 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini.



pe- : Prefiks ini membentuk nomina yang menunjukkan orang atau agen yang melakukan perbuatan dalam kalimat. Kata dengan prefiks ini juga bisa memiliki makna alat yang dipakai untuk melakukan perbuatan yang tersebut pada kata dasarnya. Apabila kata dasarnya berupa kata sifat, maka kata yang dibentuk dengan prefiks ini memiliki sifat atau karakteristik kata dasarnya. Sekitar satu dari tiap 110 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini.



ter- : Sekitar satu dari tiap 54 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini. Penambahan afiks ini menimbulkan dua kemungkinan.

(1) Jika menambahkan ke kata dasar adjektif, biasanya menghasilkan adjektif yang menyatakan tingkat atau kondisi paling tinggi (ekstrim) atau superlatif. (misalnya: paling besar, paling tinggi, paling baru, paling murah)

(2) Jika menambahkan ke kata dasar yang bukan adjektif, umumnya menghasilkan verba yang menyatakan aspek perfektif, yaitu suatu perbuatan yang telah selesai dikerjakan. Afiks ini juga bisa menunjukkan perbuatan spontanitas, yaitu suatu perbuatan yang terjadi secara tiba-tiba atau tidak disengaja (misalnya aksi oleh pelaku yang tidak disebutkan, pelaku tidak mendapat perhatian atau tindakan natural). Fokus dalam kalimat adalah kondisi resultan tindakan itu dan tidak memfokuskan pada pelaku perbuatan atau bagaimana kondisi resultan itu tercapai.



se-: menambah prefiks ini dapat menghasilkan beberapa jenis kata. Prefiks ini sering dianggap sebagai pengganti “satu” dalam situasi tertentu. Sekitar satu dari tiap 42 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini. Penggunaan paling umum dari prefiks ini adalah sebagai berikut:

1. untuk menyatakan satu benda, satuan atau kesatuan (seperti “a” atau “the” dalam Bahasa Inggris)

2. untuk menyatakan seluruh atau segenap

3. untuk menyatakan keseragaman, kesamaan atau kemiripan

4. untuk menyatakan tindakan dalam waktu yang sama atau menyatakan sesuatu yang berhubungan dengan waktu



-an : menambah sufiks ini biasanya menghasilkan kata benda yang menunjukkan hasil suatu perbuatan. Sufiks ini pun dapat menunjukkan tempat, alat, instrumen, pesawat, dan sebagainya. Sekitar satu dari tiap 34 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki sufiks ini.


-i : menambah sufiks ini akan menghasilkan verba yang menunjukkan perulangan, pemberian sesuatu atau menyebabkan sesuatu. Sufiks ini sering digunakan untuk memindahkan perbuatan kepada suatu tempat atau obyek tak langsung dalam kalimat yang mana tetap dan tidak mendapat pengaruh dari perbuatan tersebut . Sufiks ini pun menunjukkan di mana dan kepada siapa tindakan itu ditujukan. Sekitar satu dari tiap 70 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki sufiks ini.



-kan: menambah sufiks ini akan menghasilkan kata kerja yang menunjukkan penyebab, proses pembuatan atau timbulnya suatu kejadian. Fungsi utamanya yaitu untuk memindahkan perbuatan verba ke bagian lain dalam kalimat. Sekitar satu dari tiap 20 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki sufiks ini.



-kah : menambah sufiks ini menunjukkan bahwa sebuah ucapan merupakan pertanyaan dan sufiks ini ditambahkan kepada kata yang merupakan fokus pertanyaan dalam kalimat. Sufiks ini jarang digunakan.



-lah : sufiks ini memiliki penggunaan yang berbeda dan membingungkan, tetapi secara singkat dapat dikatakan bahwa sufiks ini sering digunakan untuk memperhalus perintah, untuk menunjukkan kesopanan atau menekankan ekspresi. Hanya sekitar satu dari tiap 400 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki sufiks ini.



ke-an : Konfiks ini yang paling umum digunakan dan sekitar satu dari tiap 65 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki konfiks ini. Konfiks ini adalah untuk:

1. membentuk nomina yang menyatakan hasil perbuatan atau keadaan dalam pengertian umum yang menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan kata dasar

2. membentuk nomina yang menunjuk kepada tempat atau asal

3. membentuk adjektif yang menyatakan keadaan berlebihan

4. membentuk verba yang menyatakan kejadian yang kebetulan

.

pe-an, peng-an, peny-an, pem-an : penggunaan salah satu dari keempat konfiks ini biasanya menghasilkan suatu nomina yang menunjukkan proses berlangsungnya perbuatan yang ditunjuk oleh verba dalam kalimat. Sekitar satu dari tiap 75 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki konfiks ini.



per-an : menambah konfiks ini akan menghasilkan sebuah nomina yang menunjukkan hasil suatu perbuatan (bukan prosesnya) dan dapat juga menunjukkan tempat. Artinya sering menunjuk kepada suatu keadaan yang ditunjuk oleh kata dasar atau hasil perbuatan verba dalam kalimat. Keadaan ini mirip dengan yang diperoleh dengan menggunakan konfiks “ke-an”, tetapi biasanya kurang umum dan lebih konkrit atau spesifik. Sekitar satu dari tiap 108 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki konfiks ini.



se - nya : Konfiks ini seringkali muncul bersama-sama dengan kata dasar tunggal atau kata dasar ulangan untuk membentuk adverbia yang menunjukkan suatu keadaan tertinggi yang dapat dicapai oleh perbuatan kata kerja (misalnya: setinggi-tingginya = setinggi mungkin).



-nya : Ada penggunaan “-nya” sebagai sufiks murni yang mengubah arti kata dasarnya, tetapi hal ini merupakan konsep yang agak rumit dan kurang umum dan tidak dibahas di sini. contoh: biasanya = usually; rupanya = apparently



-nya, -ku, -mu: satuan-satuan ini bukan merupakan afiks murni dan semuanya tidak dimasukkan sebagai entri dalam kamus ini. Pada umumnya satuan-satuan ini dianggap sebagai kata ganti yang menyatakan kepemilikan yang digabungkan dengan kata dasar yang mana tidak mengubah arti kata dasar. Misalnya, kata “bukuku” = buku saya, “bukumu” = buku Anda, “bukunya” = buku dia atau buku mereka. Selain sebagai kata ganti yang menyatakan kepemilikan, satuan “-nya” pun dapat memiliki fungsi untuk menunjukkan sesuatu. Misalnya, “bukunya” berarti “buku itu”, bila “-nya” berfungsi sebagai penunjuk.

Penggunaan “-nya” baik sebagai kata ganti maupun penunjuk (bukan sebagai sufiks murni) adalah sangat umum dan sekitar satu dari tiap 14 kata tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki satuan ini. Penggunaan “-ku” dan “-mu” bervariasi sesuai dengan jenis tulisan. Dua jenis kata ganti ini sangat umum digunakan dalam komik, cerpen dan tulisan tidak resmi lainnya, dan jarang digunakan dalam tulisan yang lebih formal seperti surat kabar dan majalah berita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar